Pembangunan Wilayah Batam-Bintan
Share sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan dari 38.21% tahun 2014 menjadi 36.86% tahun 2018. Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan dari tahun 2010 (USD 11.38) hingga 2016 sebesar (USD 10.28).
Tingkat pengangguran tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau pada 3 tahun terakhir (2018-2020) berada di Kota Batam, Kota Tanjung Pinang, dan Kabupaten Bintan, sementera itu pada tiga wilayah tersebut telah didukung dengan adanya pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat beberapa pusat pertumbuhan ekonomi namun belum optimal pengembangannya, yaitu KEK Galang Batang (operasional), KPBPB Batam (belum optimal), rencana pengembangan KI Bintan _Aerospace_, KSPN Nongsa (belum optimal), KSPN Lagoi-Bintan (belum optimal dikembangkan oleh swasta).
KI Bintan Aerospace akan mengembangkan beberapa klaster, diantaranya: bintan _offshore marine center_ dan _new bintan airport_. Namun, Pembangunan bandara yang sedang berjalan mengalami penjadwalan ulang mengingat pasar aviasi masih terpuruk dan belum ada kejelasan _recovery traffic_ penerbangan yang perlu untuk justifikasi pengelolaan bandara secara komersial.
Pembangunan Wilayah Batam Bintan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan Kawasan strategis dan pembangunan infrastruktur pendukung Kawasan strategis.
Berdasarkan kategori relevansi proyek, Pembangunan Wilayah Batam-Bintan merupakan major project di PN 2 yaitu mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Adapun dampak yang diharapkan dari proyek ini adalah meningkatnya LPE di kabupaten/kota wilayah Batam-Bintan dengan rata-rata 5,83% yang akan berkontribusi terhadap LPE Kepri mencapai 5,6% dan nasional 6,0%, meningkatnya Foreign Direct Investment secara nasional dan meningkatnya nilai ekspor wilayah Batam-Bintan yang akan berkontribusi terhadap nilai ekspor nasional.