News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Sholawat itu Jamak dari Sholat

Sholawat itu Jamak dari Sholat



Ditulis oleh:  Zainul Abidin

DOA selalu menjadi senjata terakhir untuk meninta pertolongan kepada sang Pencipta.

Jika ada masalah dalam hidup maupun dalam keadaan gembira,  doa itu solusi terakhir untuk  meminta sesuatu pertolongan atau mengucapkan tanda terima kasih karena hajatnya suatu tujuan tercapai dam sukses. 

Doa bisa bermacam-macam bentuknya: bisa menjadi bagian dari rangkaian liturgi atau ritual, dan bisa dilakukan sendiri atau berkelompok.

Doa dapat berbentuk himne, mantra, pernyataan kredo formal, atau ucapan spontan orang yang berdoa.

Baiklah, doa dalam bahasa Arab itu adalah du'a yang artinya permohonan atau permintaan yang tuju kepada Allah. 

Bagaimana dengan arti sholat, secara bahasa sholat(tunggal), itu berarti doa. Dalam hadits juga demikian bahwa sholat itu doa (asholatu yaa du'a)

Terkadang kita terlalu dangkal untuk  memaknai sebuah arti, kita terbiasa menerima yang sudah ada dan mengikuti suara mayoritas ketimbang minoritas.

Begitulah berat dan sulitnya kondisi  Nabi Muhammad  yang mana posisi Muhammad saat itu terletak pada arus minoritas untuk membangun infrastruktur dan suprastruktur. 

Ada satu ayat yang kerap diucapkan diatas mimbar pada saat khotbah sholat Jumat yaitu  surat Al-Ahzab ayat ke 56:

Inna Allaha wa mala `ikatahu yushalluna 'alan-nabiyi, ya ayyuhal-ladzina amanu ssalu `alaihi wa sallimu taslima. 

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Dalam terjemahan ayat diatas, ada yang merasa kurang puas dengan pengertian shalawat (jamak) yang diterjemahkan 'mendoakan nabi'. Ditambah ucapkan salam penghormatan. Seperti apa salam  penghormatan itu, nanti akan dijelaskan dibawah ini.

Dari terjemahan diatas sebenarnya tidak ada yang  salah tetapi tetap ada koreksi dan kritisi karena pengertian kata yang dimaksud itu cukup luas dan jangan berfokus pada satu arti saja. 

Saya sedikit mengutip dari kata-kata yang disampaikan oleh Islah Bahwari mantan wartawan Suara Pembaharuan dan juga  menjadi tenaga ahli bidang pencegahan  Radikalisme, Ekstremisme, radikskisme, dan Terorisne di Polri. 

Islah pernah mengatakan di media sosial  mengenai dan  menyinggung soal 'beragama terjemahan' sehingga pelaku radikalisme mengikuti terjemahan dan akhirnya melakukan segala macam cara untuk di-halal-kan termasuk pembunuhan.

Tulisan ini, bukan untuk membanding-bandingkan antara terjemahan Kemenag dengan  terjemahan alternatif namun sebagai bahan pertimbangan untuk sekedar  informasi semata, sah-sah saja, bukan!

Jangan salah juga, rupanya terjemahan Kemenag ada juga yang melakukan revisi melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Badan  Litbang dan Diklat.

Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) juga pernah mengkritik dan merevisi terjemahan Alquran yang ditebitkan Kemenag karena memicu masalah terorisme, libarilisme dan aliran sesat.

Tapi masalah ini juga di kritisi balik oleh  Kemenag dan mengatakan "Penyebabnya bukan terjemahanya tetapi pemahamanya terhadap teks-teks keagamaan secara persial, sempit dan sikap tidak terbuka terhadap perbedaan"

Tetapi pada akhirnya Kemenag  juga terus melakukan revisi dan penyempurnaan, kalau tidak salah di tahun 2024 lalu ada yang di-sempurnakan-nya.

Baik, kita lanjutkan terjemahan Kemenag di surat dan ayat diatas tadi.

Ada beberapa tokoh agama yang belum cukup dikenal khalayak tapi bisa juga untuk dijadikan tolak ukur dan referensi.

Salah satu alternatif solusi bahwa shalawat itu adalah jamak dari sholat yang artinya doa, ada yang membahas soal makna shalawat sampai tuntas dan menyeluruh, sesuai apa yang ada di dalam kandungan surat Al-Ahzab ayat 56 diatas .Ini videonya 

Begitu juga yang lain sama, tapi apa yang dijelaskan secara detail oleh Ahmad Husein mantan editor disalah satu majalah nasional di Jabodetabek. Bahwa shalawat itu jamak dari sholat yang artinya doa. 

Wikipedia juga sama menjelaskan bahwa shalawat itu jamak dari sholat yang artinya doa juga.

Saya sepaham dengan apa yang dikatakan Himaidi Hamid anggota Majelis Tarjih dan Tajdid  PP Muhammadiyah di laman muhammadiyah.or.id dengan judul: Penjelasan Tentang Allah Swt Bershalawat  Nabi Muhammad Saw.

Hamid mengatakan bahwa "pemaknaan shalawat diatas tidak dapat diterima secara akidah apabila dinisbatkan kepada Allah Swt. 

Pasalnya, tidak mungkin Allah Swt berdoa untuk Rasulullah Saw, sebab bila Allah Swt berdoa, lantas kepada siapa Dia memohon?"

Bagitu juga, dari ulasan nara sumber diatas tentang shalawat, saya tertarik dan  sependapat dengan yang diutarakan oleh Ahmad Husien karena penjelasanya soal shalawat itu di kupas habis secara detail dan utuh dan juga cara penyampainya realistis sekali.

Saya akan coba menyusun terjemahan yang disampaikan  oleh Ahmad Husien mengenai Shalawat.

Menurut Ahmad Husien, doa itu banyak mengandung arti seperti ambisi,  himbauan,  harapan,  permohonan,  permintaan,  cita-cita dan obsesi,

Pada umumnya orang Islam mengartikan solat itu adalah ritual.

Jika Shalawat dan sholat itu sama artinya yaitu doa atau juga harapan,  maka dua-duanya harus di bahas. Karena Shalawat dan sholat itu termasuk kata benda.

Dalam ayat diatas ini, bahwa Allah memberikan Rahmad kepada Muhammad, lantas Rahmad itu memiliki bentuk atau tidak? 

Jika memiliki bentuk berarti Rahmad Allah yang diberikan kepada Muhammad itu adalah berupa Wahyu. Jika dibukukan namanya Alquran.

Secara logika berpikir jika Muhannad minta didoakan terus menerus oleh umatnya ini berarti secara tidak langsung merupakan titik lemah oleh agama lain karena agama lain, Isa itu misalnya sebagai juru selamat. Mau dibantah atau tidak begitulah realitanya.

Oleh sebab itu jangan terlalu dangkal untuk menerjemahkan kata jika itu masih memiliki kalimat tanya tanya, yakini dulu sesuatu hal yang belum tentu benar dan pas, jika tidak maka akan beresiko fatal. Pembiaran ini membuat malapetaka besar.

Dibawah ini adalah terjemahan alternatif untuk dijadikan solusi karena Alquran itu Ar-Rahmah juga Al-Haqq. Lihat dan ini dia bunyinya:

"Sesungguhnya Allah (dengan penurunan Al-Quran ini) begitu juga para malaikatnya, sama berharap kepada Nabi Muhammad... (Dengan demikian) wahai para  mu'min, bangunlah harapan sebagaimana harapannya (Muhammad). Yakni ber-Islam-lah (patuhlah) kalian se-Islam -Islam-nya (sepatuh-patuhnya)."

Rinciannya begini:  

Harapan Allah, dan Malaikat satu harapan dan berharap dengan Muhammad  begitu juga Mukmin sama satu harapan untuk patuh dengan Alquran sepatuh,-patuhnya.

Ada dua terjemahan yang sudah saya sajikan di atas,  mohon untuk diperhatikan mana yang logis maknanya dan dapat untuk dijadikan rujukan jika itu diperlukan.

Saya hanya memberikan alternatif atau pandangan spesifik untuk bahan pertimbangan bukan bahan perbandingan.

Bahwa Alquran itu sebenarnya membawa  "berita gembira", menunjukan bahwa Alquran membawa kabar gembira bagi umat manusia (Al-Burhan) yang PASTI bukan membawa keraguan.



Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post