Keberhasilan Apa Yang di Capai Oleh Sistim Dajjal? bag 1
THE JAMBI TIMES - Keberhasilan Apa saja yg pernah dicapai oleh seluruh
Sistim Idiologi2 Dajjal (Libralisme,Komunisme & Nasionalisme) dibanding dgn
Sistim-Islam??
Inilah drama “Perdamaian”-1
Napas Jibril, gelora hati al-Mustafa-2
Sinar yang memecahkan kegelapan
Terompet untuk menenteramkan huru-hara
Nur bagi ‘Siratal Mustaqim’
Pembangkit Timur dan Barat
Irama kalbu, senandung hidup setiap Muslim
Napas Jibril, gelora hati al-Mustafa-2
Sinar yang memecahkan kegelapan
Terompet untuk menenteramkan huru-hara
Nur bagi ‘Siratal Mustaqim’
Pembangkit Timur dan Barat
Irama kalbu, senandung hidup setiap Muslim
Hendak kupentaskan di panggung kehidupan
Di padang kersang di tanah lempung ini
Di tengah-tengah pekik-sorai kehidupan
Di seantero permukaan bumi ini
Di wadi-wadi kehidupan Nasional
Di dalam pesta di belakang Tirai Besi
Di dalam Majlis di Benteng Dunia Merdeka
Di padang kersang di tanah lempung ini
Di tengah-tengah pekik-sorai kehidupan
Di seantero permukaan bumi ini
Di wadi-wadi kehidupan Nasional
Di dalam pesta di belakang Tirai Besi
Di dalam Majlis di Benteng Dunia Merdeka
Persaksikanlah dan lihat nanti …
Satu abad yang lain, abad yang belum bernama
Sifat kehidupan penaka famili-3
Tiada tempat dengki dan tamak
Tasiknya rimbun ngarainya rindang
Tiada insan mati tak punya
Satu “Kehidupan seperti organisme”-4
Satu abad yang lain, abad yang belum bernama
Sifat kehidupan penaka famili-3
Tiada tempat dengki dan tamak
Tasiknya rimbun ngarainya rindang
Tiada insan mati tak punya
Satu “Kehidupan seperti organisme”-4
Ikutilah Kekasih, Mujahidun …
Siapkan diri bagaikan Mustafa
Di semua babak atau adegan
Sebagai Penyanyi, Penari, Pelaku,dan Sutradara
Dan … bila ‘ku gagal, jatuh terlintang
Ataupun hilang tak tentu rimba
Majulah ke depan, lanjutkan ‘Drama’ in
Siapkan diri bagaikan Mustafa
Di semua babak atau adegan
Sebagai Penyanyi, Penari, Pelaku,dan Sutradara
Dan … bila ‘ku gagal, jatuh terlintang
Ataupun hilang tak tentu rimba
Majulah ke depan, lanjutkan ‘Drama’ in
1.Perdamaian ialah Islam.
2.Al-Mustafa adalah Nabi Muhammad
3.Innamal mu’minuuna ikhwatun… (Surat al Hujarat ayat 10)
4.Al-muslimuna ka rajulin wahid.. al hadis rawi Muslim dari Nu’man bin Basyir.
2.Al-Mustafa adalah Nabi Muhammad
3.Innamal mu’minuuna ikhwatun… (Surat al Hujarat ayat 10)
4.Al-muslimuna ka rajulin wahid.. al hadis rawi Muslim dari Nu’man bin Basyir.
KATA PENGANTAR
Risalah ini adalah ringkasan dari sebuah buku yang
telah selesai ditulis dalam tahun 1958. Latar belakangnya berkisar di sekitar
perjuangan umat Islam di Indonesia dalam usahanya memperjuangkan terwudnya satu
kehidupan yang berdasarkan Islam, di-persada Indonesia. Teristimewa mengenai
kegagalan mereka dalam pemilihan umum ditahun 1955 di mana berdasarkan catatan
penulis sejarah, penduduk Indonesia 90% terdiridari orang-orang Islam.
Tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa suara-suara yang dapat dikumpulkan oleh
partai-partai Islam dalam keseluruhannya hanya mencapai jumlah 40% saja.
Berarti satu kekalahan yang menegakkan bulu roma terhadap perjuangan
partai-partai Islam sebagai umat, yang sudah barang tentu menjadi satu masalah
yang sangat unik bagi setiap Muslim yang sadar akan keyakinannya, yaitu
ideologi Islam.
Keadaan yang demikian agak serba ganjil kelihatannya. Serba
ganjil yang mengandung paradoksal. Setiap orang Islam yakin dan percaya kepada
Allah, Malaikat-Nya, Rasul-Nya, Kitab-Nya (al-Quran), dsb. Dan partai-partai
Islam di Indonesia dalam perjuangannya pun membawa semboyan “Terlaksananya
hukum-hukum Islam dalam diri orang seorang, masyarakat, dan negara yang
berdasarkan Quran dan Sunnah Rasul”.
Malahan ada yang lebih unik lagi yaitu
menambahkan semboyan “Bermazhab,berdasarkan ijmak dan qias.” Secara pokok
berarti bahwa dalam pertarungan ideologi diIndonesia partai-partai Islam
menawarkan satu pilihan yang sesuai kepada rakyat dan masyarakat Indonesia,
yang 90% jumlahnya yakin dan percaya kepada apa yang ditawarkan oleh
partai-partai Islam itu.
Dan menurut perhitungan yang normal maka pastilah
partai-partai Islam akan mencapai kemenangan yang mutlak, baik untuk pemilihan
anggota-anggota DPR maupun untuk pemilihan anggota-anggota Konstituante.Tetapi
kenyataan sebaliknya, partai-partai Islam dalam keseluruhannya memperoleh suara
hanya 40% saja. Satu kenyataan yang menggoncangkan pikiran dan perasaan setiap
muslim, yang merasa bertanggung jawab terhadap “al-Islamu ya’lu wala yu’la”.
Timbullah kesangsian kalau-kalau ada ketidak beresan
di dalam perjuangan, baik didalam tubuh partai-partai Islam maupun di dalam
tubuh umat Islam sendiri. Kesangsian yang mendorong untuk berpikir dan meninjau
kembali dalam keseluruhan dan setiap bidang yang menyangkut segi-segi dan
syarat-syarat perjuangan umat Islam.
Mengapa partai-partai Islam dalam
keseluruhannya sebagai umat mengalami kekalahan yang begitu mengejutkan.
Dimanakah letaknya sebab-sebab kesalahan itu. Sampai di manakah tanggapan
mereka terhadap tujuan Islam sebenarnya sebagai ideologi,khittah mencapainya
dan juga rangkaian kenyataan yang dihadapinya.
Dapatkah menemui satu jawaban
yang memuaskan terhadap persoalan-persoalan itu, sehingga jika semua itu sudah
jelas diketahui maka, dengan usaha yang sungguh-sungguh, dalam jangka waktu
tertentu Insya Allah kekalahan itu dapat segera ditukar menjadi kemenangan yang
gilang-gemilang. Dan bagaimanakah caranya. Inilah yang akan menjadi motif dari
risalah ini. Ukuran yang akan dipakai dalam pemikiran dan peninjauan ini ialah
Quran dan Sunnah Rasul; teristimewa sejarah perjuangan Rasul sendiri.Niat
penulis semula, berhubung oleh sesuatu pertimbangan, buku yang dimaksud baru
akan dikeluarkan nanti dalam tahun 1962. Akan tetapi, oleh desakan kawan-kawan
dan memperhatikan keadaan perjuangan umat Islam umumnya, khususnya
Indonesia,yang menurut penglihatan penulis, keadaannya sangat suram, dan
sekadar untuk memberi sumbangsih kalau-kalau ada manfaatnya, maka pertimbangan
semula itu dikesampingkan.
Dan untuk lebih memenuhi kebutuhan praktis intern
umat Islam sendiri maka isinya pun kami ringkaskan sedemikian rupa seperti yang
terlihat sekarang ini.Inilah setetes tinta dari seorang pemuda yang masih hijau
dalam segala hal, akan tetapimerasa penuh bertanggung jawab atas kebenaran dan
ketinggian apa yang menjadi keyakinannya.
1.Al-Hadits, Jami’u Shaghir I: 417, dirawi oleh Darulqutni dan Baihaqi.
Risalah ini kami beri nama “MENUJU MADINATUL
MUNAWWARAH”.
Kandungannya,bagian ke-1 “Mukadimah” melukiskan, apa dan siapa
sebenarnya manusia itu dalam hubungan fungsional dengan alam sekitarnya, bentuk
kenyataan sosial dalam prosesnya,faktor-faktor yang menyetir kenyataan sosial
ini sebagai susur-galur dari kegiatan-kegiatan manusia, dan kedudukan serta
pendirian umat Islam sekarang ini dalam arusyang demikian. Bagian ke-2
“Muhammad Membawa Revolusi dan Perdamaian” menjelaskan arus sejarah proses
sosial di mana Nasionalisme, Organisme dan Liberalisme adalah prinsip-prinsip
yang merupakan political philosophy-nya, yang merupakan back- ground dari
kekacauan-kekacauan kehidupan, dan revolusi “Perdamaian”-1)
adalah satu-satunya yang sesuai dengan fitrah manusia untuk dijadikan konsepsi dalam mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia dan sosialnya. Bagian ke-3 “Umat Islam Sebagai Pewaris Amanat Muhammad” menggambarkan perkembangan sejarah “sosialIslam”, faktor-faktor yang memperkuat dan yang melemahkannya serta sebab-sebab yang meruntuhkannya. Bagian ke-4 “Penutup” memuat kesimpulan-kesimpulan dan pandangan ke depan serta cara memperbaikinya untuk mengembalikan kejayaan umat Islam. Dengan demikian penulis berpengharapan semoga umat Islam umumnya, yang di Indonesia khususnya, dapat lekas sampai kepada keadaan di mana:
“Berdirilah abad yang lain, abad belum bernama
Cinta napas Jibril, cinta hati Al-Mustafa
Cinta utusan Ilahi, cinta kalam Tuhan
Oleh kemilau cinta merak menyala tanah lempung ini
Cinta anggur hampir matang, cinta piala bagi sang budiman
Cinta hamba beribadat, cinta panglima pasukan
Cinta Ibnu Sabil tiada terkira tempatnya singgah
Cinta jari pemetik lagu kehidupan
Kau masjid Cardova menjelma oleh sinar cinta
Berpantang mati dalam seluruh ujudmu, ajaib bagi dulu dan kini.”-2)
Cinta napas Jibril, cinta hati Al-Mustafa
Cinta utusan Ilahi, cinta kalam Tuhan
Oleh kemilau cinta merak menyala tanah lempung ini
Cinta anggur hampir matang, cinta piala bagi sang budiman
Cinta hamba beribadat, cinta panglima pasukan
Cinta Ibnu Sabil tiada terkira tempatnya singgah
Cinta jari pemetik lagu kehidupan
Kau masjid Cardova menjelma oleh sinar cinta
Berpantang mati dalam seluruh ujudmu, ajaib bagi dulu dan kini.”-2)
,,,,, Amien ya Rabbal ‘alamin!…….
1.Ialah Islam.
2.Dr. Mohd. Iqbal, Asrar-I Khudhi, Komentar dan terj. Bahrum Rangkuti dan Arief Husein BA. LLB. (Jakarta:Penerbit Pustaka Islam), hal. 23.
2.Dr. Mohd. Iqbal, Asrar-I Khudhi, Komentar dan terj. Bahrum Rangkuti dan Arief Husein BA. LLB. (Jakarta:Penerbit Pustaka Islam), hal. 23.
————–
Kata Pengantar
Kata Pengantar
………………………………………………………………………
1.Mukadimah(Manusia dan Kenyataan Sosial dalam Persoalannya)
2.Nabi Muhammad Membawa Revolusi dan Perdamaian
3.Umat Islam Sebagai Pewaris Amanat Muhammad
4.P e n u t u p
1.Mukadimah(Manusia dan Kenyataan Sosial dalam Persoalannya)
2.Nabi Muhammad Membawa Revolusi dan Perdamaian
3.Umat Islam Sebagai Pewaris Amanat Muhammad
4.P e n u t u p
…………………………………………………………………
Buku-buku Bacaan
Buku-buku Bacaan
……………………………………………………………
BAGIAN 1.
MUKADIMAH [MANUSIA DAN KENYATAAN SOSIALDALAM PERSOALANNYA]
“Timbulnya bencana di darat dan di laut adalah hasil
karya budi daya manusia,kiranya mereka dapat merasai sebagian dari apa yang
telah mereka lakukan,mudah-mudahan semuanya menjadi sadar kembali.”-1)
“Manusia adalah istimewa dalam segala hal yang dapat dilakukannya…. Hanya manusialah yang dapat bercakap-cakap, membaca, menulis, menyembah yang gaib,membikin pencakar langit, dan meramalkan posisi bintang-bintang yang ribuan tahun jaraknya…. Di antara segala makhluk hanya manusialah yang mempunyai kemampuan belajar berbicara, menyelesaikan pelbagai problem dengan ilmu-ilmu hitung yang lebih tinggi, membikin pesawat udara, menjadi perdana menteri.-2)
1.QS. ar-Rum ayat 41.
2.WF. Ogburn, MF. Nimkoff, A Handbook of Sociology(rev. ed. 2; London, 1950), hal. 1-2.
“Manusia adalah kesatuan ‘organis …’ sebagai halnya
sebuah mesin yang diselenggarakan oleh pelbagai kegiatan, di mana sistem urat
saraf dan alat-alat kelamin dapat dinyatakan seperti para ahli mesin yang
menyetir seluruh kegiatan dari mesin-mesin – menyetop, memulainya, menetapkan
kegiatan yang diperlukan, dan pada tingkatan apa seharusnya ia bekerja ….
Otak
adalah sebagian dari fungsi urat saraf yang tertinggi. Di sinilah, di dalam
permukaan yang paling atas, proses urat saraf membangkitkan untuk belajar,
kenangan, dan cita-cita; juga di sinilah pangkal untuk emosi .…
kontrol dari
lain-lain organ dengan cara demikian rupa sehingga terjamin kerja sama yang
harmonis dan pemaduan semua organ dan kegiatan ke dalam kesatuan keseluruhan,
yaitu organisme.”-1)
“Manusia ialah makhluk yang mempunyai kecenderungan hawa nafsu terhadapwanita, anak, kekayaan berupa emas dan perak, kuda yang bagus, binatang-binatang dantumbuh-tumbuhan, untuk hiasan di dunia ….”-2)
“Kehidupan manusia sebagai
kegiatan adalah bola permainan”-3)
dari “empat faktor pokok dalam kehidupan
sosial manusia.Semuanya memainkan peranan penting di dalam pengalaman hidup
manusia ….”-4).
Inilah latar belakang bahwa jika semata-mata menurutkan faktor kehidupannya saja “manusia dengan kegiatannya akan menjurus ke arah bencana dan pertumpahan darah dalam kehidupannya di permukaan bumi.”-5)
Sehingga lembaran sejarah penuh tertulis dengan dokumen-dokumen penyerangan, pembunuhan, perkosaan, perampasan, perbudakan,penipuan, dan sebagainya oleh manusia terhadap manusia. Dari zaman dahulu dan juga sekarang ini yang disebut Zaman Peradaban. Inilah kenyataan sosial sebagai problem manusia, yang menurut Tagore,-6)
“… memberikan berbagai soal kepada kita serta menuntut penyelesaian dari kita, dan bila semua ini tiada dapat kita selesaikan maka hukumannya adalah kematian atau kemunduran.”Setiap manusia dewasa ini dihadapkan kepada kenyataan sosial dalam bentuk sosial-piramida. Yaitu satu gambaran keadaan di mana di atas pundak si tidak punya (buruh)duduklah si punya, dan di atas si punya duduklah golongan yang berkuasa, dan di atas segala-galanya duduklah seorang manusia yang maha kuasa – suatu gambaran exploitation of man by human beings.
Keadaan
yang demikian berlaku di seantero permukaan bumi ini, semenjak zaman sejarah
sampai sekarang ini, di dalam Benteng Dunia Merdeka, di belakang Tirai Besi,
dan di setiap Kehidupan Nasional. Di mana setiap manusia di abad ke-20 ini
dengan harap-harap cemas mengidam-idamkan perbaikan dan penyelesaian.Sekarang
ini dunia sedang dipertarungkan antara dua raksasa, Timur dan Barat.
Dengan
tanggapan (prinsip) ‘Dari tiap-tiap orang menurut fungsinya dan untuk
semuaorang menurut kebutuhannya’. Blok Timur di bawah pimpinan Moskow, dengan
organisasi raksasanya, menawarkan satu cara penyelesaian problem ‘kenyataan
sosial’ ini kepada dunia seumumnya. Pendiriannya ke depan sangat tergantung
kepada pandangannya yang sangat pincang terhadap masa lampau.
Dan di atas dasar
dialektis diletakkanlah ajaran‘perjuangan kelas’, yang dengan melalui diktator
proletariat mereka impikanlah bayangan ‘masyarakat tidak berkelas’.
Di atas
dasar itulah mereka bekerja, katanya,‘hendak menyelesaikan problem kenyataan
sosial ini, menuju ke masyarakat tidak berkelas’. Tetapi kenyataan membuktikan,
kian menambah problem, mengacau-balaukan…..
3.Elbert Tokay, Ph.D., Human Body and How It Work ,
(New York: Permabooks 14 West 49 Street), hal. 8-9.
4.QS. Ali Imran ayat 14.
5.QS. Muhammad ayat 36.
6.Ogburn,Op. Cit., hal. 8.
5.QS. al-Baqarah ayat 30-38.
6.Rabindranath Tagore, Nasionalisme(cet. ke-2; Jakarta: Balai Pustaka, 1950), hal. 19.
4.QS. Ali Imran ayat 14.
5.QS. Muhammad ayat 36.
6.Ogburn,Op. Cit., hal. 8.
5.QS. al-Baqarah ayat 30-38.
6.Rabindranath Tagore, Nasionalisme(cet. ke-2; Jakarta: Balai Pustaka, 1950), hal. 19.
setiap kehidupan dengan jalan mengadu-domba yang satu
terhadap yang lain, (devide et impera) – melakukan penindasan.Di lain pihak
berdirilah Blok Barat.
Dengan tanggapan (prinsip) ‘Setiap orang dilahirkan menurut
hak-hak tertentu, yang harus mendapat perlindungan ( free fight) dalam mencapai
keberesannya sendiri-sendiri, dan masyarakat akan beres dengan sendirinya,’
mereka pun dengan gigih mempertahankan dan menawarkan satu cara penyelesaian
tersendiri terhadap problem ‘kenyataan sosial’ ini. Cara kerjanya sangat
tergantung kepada pandangannya yang sangat pincang terhadap masa lampau, yang
menentukan pendiriannya ke masa depan. Alat yang mereka pakai pun tidak kurang
pularaksasanya.
Dan kenyataannya pun, melalui ‘balance of power ’- masih
berakar dalam‘devide et impera,’ menyeret yang satu dalam imbangannya menarik
yang lain, merekabukannya menyelesaikan soal, malah juga kian menambah problem,
melanjutkan penindasan oleh manusia terhadap manusia.Rasa tidak puas terhadap
kedua cara penyelesaian tersebut – penindasan, yang berbeda landasan dan
caranya, timbullah reaksi di dalam keduanya, yang saling memecah menjurus ke
dalam satu jurusan – yang masih belum putus sama sekali hubungannya dengan
pandangan pertama, menawarkan cara penyelesaian ketiga. Mereka belum mempunyai
tanah tempat berpijak.
Dan oleh karena hahekatnya adalah persatuan dari dua
keping yang berbeda, maka dari siang-siang dapat kita ramalkan bahwa mereka ini
pun bukannya akan menyelesaikan persoalan, malah akan lebih menambah problem
lagi, pasti bila ada kesempatan juga akan mempraktekkan penindasan “untuk
menjamin kelanjutan hubungan produksi yang tetap semata-mata oleh karena jika
tidak demikian,maka tidak dapat dilanjutkan dalam pencaharian nafkah.”-1).
Di tengah-tengah bayangan pertarungan dari sorotan dua surya internasionalisme itu membadarlah purnama nasionalisme. Yaitu suatu nada sebagai reflek dari kumpulan emosi dan sentimen tanpa ukuran menentu, yang diikat oleh sejarah senasib dan seperuntungan, melanjutkan kebiasaan (kepribadian) turun-temurun. Dengan prinsip itu mereka menawarkan penyelesaian problem ‘kenyataan sosial’ secara lokal dalam rangkaian internasionalisme tersendiri.
Dan cara kerjanya
pun tidak dapat dilepaskandari pengalamannya di masa lampau, yang sangat
ditentukan oleh pasang surut dari pengaruh-pengaruh kedua raksasa yang sedang
bertarung itu. Sehingga kenyataannya punsangat meruwetkan, kian lebih lagi
menambah problem yang sudah bertumpuk-tumpuk,penindasan oleh manusia terhadap
manusia.Setiap manusia di mana pun ia dilahirkan dan hidup sekarang ini, oleh
fitrahnya terbelenggu dalam ‘kenyataan sosial’ dan rantai kebiasaan, yang
terus-menerus membawa penindasan oleh manusia terhadap manusia.
Dalam keadaan
yang demikianlah setiap manusia di seantero permukaan bumi ini sekarang ini
dihadapkan dengan tiga dilema tadi – dua yang pertama merupakan problem
internasional dan yang satu lagi adalah problem nasional. Tiga dilema yang
dipandang dari sudut politik, merupakan sistem-sistem tentang pembagian
nilai-nilai, moral dan material dalam kehidupan bermasyarakat, yang satu
terhadap yang lain mempunyai pangkal yang bertolak-belakang. Tetapi dalam
praktis, kenyataan membuktikan, ke semuanya bersamaan, yaitu sama-sama
melakukan praktek kehidupan dalam bentuk sosial-piramida, penindasan oleh
manusia terhadap manusia.
Dengan lain perkataan ke semuanya melakukan praktek
pembagian nilai-nilai, moral dan material, yang sangat pincang, yang pasti akan
terus menerus membawa kepincangan-kepincangan. Dan secara analog dapat
dikatakan bahwa setiap manusia sekarang ini dalam keadaan putus asa dan
abnormal saling menekan dan……….
1.Prof. Harold J. Laski,The State in Theory and
Practice(London, 1935).
memaksa satu terhadap yang lain untuk keluar dari satu
kenyataan sosial dalam bentuk ‘sosial-piramida’, dan kemudian masuk ke lain
cara, yang juga praktis melakukan kehidupan dalam bentuk ‘sosial-piramida’
pula. Inilah problem manusia dan kehidupan abad ke-20, “zaman di mana para
pemegang kekuasaan bagaikan singa, dan para pemimpin laksana anjing dan rakyat
yang diperintah merupakan kambing belaka.”-1)
Keadaan yang mencekam setiap manusia sehingga hampir seluruhnya menjadi abnormal dan patologis, tidak luput para intelektualismenya.Bagi 450 juta umat Kristen, menurut kaca mata agamanya, dalam menentukan pilihan antara ketiga dilema tadi, tidak perlu sampai menggoncangkan perasaan dan pikiran. Agama Kristen adalah “sebagai sesuatu ajaran yang bersifat paradoks yang membuat bagi manusia di dalam hidup ini tidak sekali-kali bertambah mudah, tetapi tidak terhingga sukarnya … bahwa mereka mendirikan istana-istana yang indah tetapi mereka sendiri tinggal di sisinya dan tidak hidup di dalamnya.”-2)
Dan susunan gereja Kristen yang piramidal adalah bukti yang lebih jelas lagi sehingga Agustinus dan Thomas Aquinas telah mengemukakan pledoi terhadap tuntutan keadaan, di mana ‘pengadilan-kenyataan’ telah mengetuk palu keputusannya bahwa agama Kristen dipisahkan dari kenyataan-sosial sebagai negara. Umat Kristen umumnya telah menerima sepenuhnya. Dengan demikian agama Kristen menjadi bukan satu cara untuk menyelesaikan‘kenyataan sosial’- dimaksudkan bukan cara sebagai suatu sistem tentang pembagian nilai-nilai, moral dan material dalam kehidupan bermasyarakat menurut arti politik.Keberatan prinsipil dalam pilihan mereka terhadap Marxisme agaknya semata-mata karena Komunisme adalah Atheis.
Untuk umat Hindu, berdasarkan ajaran kasta, agaknya
tidak ada perbedaan antara kenyataan sosial dalam bentuk sosial-piramida dan
ajaran kastanya, di mana bagi golongan Sudra, teoritis, kemungkinan akan
memilih Komunisme, sedangkan yang lainnyaakan memilih Liberalisme dan atau ke
semuanya, tergantung kepada keadaan, akan memilih Nasionalisme. Agak lain
halnya bagi umat Budha, berdasarkan ajaran delapannya, yang hendak lari ke alam
sunyi memisahkan diri dari kenyataan sosial.Sehingga dalam usianya selama 2500
tahun ia tidak pernah mementaskan sesuatu lakon sebagai cara penyelesaian yang
memuaskan untuk melenyapkan penindasan oleh manusia terhadap manusia.
Tetapi bagi 400 juta-3) umat Islam, yang tersebar di
seluruh permukaan bumi ini,penawaran ketiga dilema tersebut di atas terhadap
kenyataan sosial ini sungguh sangat menggoncangkan seluruh perasaan dan
pertimbangan hidupnya.
Menggoncangkan karenapetunjuk membandingkan “Manakah
yang lebih baik, sistem-sistem biadab yang hendak mereka paksakankah atau
sistem Islamkah,”-4) masih remang-remang terombang-ambing dalam kesadaran
hidupnya, di samping rantai membelenggu mulai terbuka selilit demi selilit. Tiga
belas abad lamanya umat Islam terbelenggu oleh kenyataan sosial, yang terus
menerus disinari oleh dua surya Internasionalisme dalam sekali waktu, dan
purnama Nasionalisme silih membadarinya di malam-malam bertaburan bintang.
Seluruh aparattubuhnya menjadi kaku. Matanya menjadi berkunang-kunang sehingga
padang-padang kersang dan bukit-bukit berbatu karang seolah-olah bagaikan surga
dalam penglihatannya di bawah rembulan Nasionalisme. Topan “Barang siapa yang
terus berpegang kepada,…..
1.Al-Hadits.
2.R.F. Beerling, Apakah yang Disebut Filsafat Existensi(Jakarta: Pustaka Rakyat, Jalan Paseban 58), hal. 8.
3.Lihat, M. Nur El Ibrahimy, Inggris dalam Pergolakan Timur Tengah(seri A; Bandung: NV. Almaarif), hal.10.
4.QS. al-Maidah ayat 50.
sistem-sistem biadab, tidak berpegang kepada sistem
Islam, itulah manusia-manusia yang abnormal, … manusia yang tidak mempunyai
pendirian, … manusia a-sosial atau penindas”-1) hanya sayup-sayup sampai di
sarafnya sehingga Muhammad-nya pun terus bertumpang dagu membisu tanpa ucapan
“zammiluni”. Api “Apakah hanya setengah saja yang engkau iman dan kafir yang
setengah lagi, ingatlah bahwa akibatnya akan menimbulkan huru-hara dalam
kehidupan di dunia”-2) tidak merasa lagi membakar hidupnya sehingga pikiran,
perasaan dan pertimbangan hidupnya pun terus membatu tanpa “Qum fa andzir, wa
Rabbaka fa kabbir, wa tsiabaka fa thahhir, warrujza fahjur,wala tamnun
tastaktsir …,”-3)
“alam pikiran mereka tidak memberontak dan gaya berpikir tidak beradu dengan gaya perbuatan mereka.”-4)
Tanggapan tujuan pecah berderai sehingga komando “Bersatu padulah dengan tali tanggapan perikatan kepada Allah danjangan berpecah-belah”-5) tidak pernah lagi berkesan dalam kalbunya. Seolah-olah “mereka mempunyai mata hati tanpa tanggapan mendalam, dan mata tanpa penglihatan, dan telinga tanpa pendengaran,-6) begitulah aparat tubuh kehidupan muslimin atau umat Islam sekarang ini. Sehingga menyebabkan Dr. Iqbal dengan tangis pilu bersenandung:
Aku suara penyair dari dunia ‘kan datang
Temanku sesuai tak paham maksudku mendalam Yusufku tidak sedia bagi pasarmu ini
Putus harapku sudah dari kawanku lawas
Gunung Sinaiku menyala bagi Musa ‘kan datang
Samudera mereka diam dan tenang penaka embun
Tetapi embunku gelisah penaka topan membadai
Laguku dari alam lain, bukan seperti senandung mereka
Gentaku ini musafir lain, ayo, kawan ikut bertamasya-7).
Temanku sesuai tak paham maksudku mendalam Yusufku tidak sedia bagi pasarmu ini
Putus harapku sudah dari kawanku lawas
Gunung Sinaiku menyala bagi Musa ‘kan datang
Samudera mereka diam dan tenang penaka embun
Tetapi embunku gelisah penaka topan membadai
Laguku dari alam lain, bukan seperti senandung mereka
Gentaku ini musafir lain, ayo, kawan ikut bertamasya-7).
Demikianlah keadaan kaum muslimin dewasa ini, di mana
saja, diseluruh dunia,khususnya di Indonesia. Mereka merupakan mayoritas,
tetapi kenyataannya bagaikan segumpal pasir kering di tengah-tengah minoritas
yang lain, yang dalam gerakannya berhambur dan berserak tanpa menentu.
Pengertian yang bulat sebagai “Unsur mengikat untuk golongan tersusun, yang
menjalankan golongan itu sebagai golongan yang bertindak adalah tanggapan
tujuan bersama”-8) tidak ada lagi pada mereka sehingga umat Islam di Indonesia
pecah berderai dalam beberapa pimpinan, yang satu terhadap yanglain saling
bersikutan. Tanggapan tujuan mereka telah kabur, kekuatannya dalam kesadaran
telah ngawur, sehingga sifat mereka dalam perjuangan sebagai umat tidak ada
bedanya dengan massa yang mabuk emosi belaka, yang saban waktu dapat
dipemain-mainkan oleh hanya satu move saja dari lawan-lawan mereka.Atau mereka dalam keseluruhannya menipu diri
sendiri dengan ucapan-ucapan yang satu, yaitu tujuan Islam, tetapi mereka
pecah-belah dalam pengertian.
Perpecahan dalam pengertianlah yang menyebabkan
simpang siur dalam tindakan. Sehingga bentuk tantangan yang mereka berikan
terhadap ketiga dilema yang tersebut di atas sangatlah ruwet dan kaburnya dan
merupakan penyakit yang sangat kronis, meracuni tubuh…….
1.QS. al-Maidah ayat 44, 45, 47.
2.QS. al-Baqarah ayat 85.
3.QS. al-Muddatstsir ayat 1-6.
4.Dr. JJ. von Schmid, Ahli-Ahli Pemikir Besar tentang Negara dan Hukum,
terj. Mr. R. Wiratno, Mr. Jamaluddin Dt.Singomangkuto (cet. kedua; Jakarta: PT. Pembangunan), hal. 9.
5.QS. Ali Imran ayat 103.
6.QS. al-A’raaf ayat 179.
7.Mohd. Iqbal,Op. Cit.,hal. 15.
8.Prof. Mr. Kranenburg, Ilmu Negara Umum,terj.Mr. Tk. B. Sabaruddin (Jakarta-Groningen: J.B. Wolters), hal. 37.
2.QS. al-Baqarah ayat 85.
3.QS. al-Muddatstsir ayat 1-6.
4.Dr. JJ. von Schmid, Ahli-Ahli Pemikir Besar tentang Negara dan Hukum,
terj. Mr. R. Wiratno, Mr. Jamaluddin Dt.Singomangkuto (cet. kedua; Jakarta: PT. Pembangunan), hal. 9.
5.QS. Ali Imran ayat 103.
6.QS. al-A’raaf ayat 179.
7.Mohd. Iqbal,Op. Cit.,hal. 15.
8.Prof. Mr. Kranenburg, Ilmu Negara Umum,terj.Mr. Tk. B. Sabaruddin (Jakarta-Groningen: J.B. Wolters), hal. 37.
perjuangan umat Islam sendiri, di mana saja, khususnya
di Indonesia. Di lain pihak, yaitu massa umat Islam, terdapat kejahilan
terhadap tujuan, dan hasil pemilihan umum membuktikan, sehingga hal ini juga
merupakan sebab utama bagi kekalahan yang diderita oleh perjuangan umat Islam
di Indonesia khususnya.
Kaum muslimin sebagai umat kini sedang menghadapi
persoalan-persoalan besar, kedalam – perpecahan yang disebabkan oleh kaburnya
tanggapan dan kejahilan terhadap tujuan, yang merupakan penyakit yang sangat
berbahaya bagi kehidupan perjuangan; danke luar – tidak adanya pengertian yang
mendalam terhadap problem-problem Internasionalisme dan problem-problem
Nasionalisme sehingga strategi dan taktik yang mereka letakkan menjadi
simpang-siur dan kacau-balau, malah kian menjauhkan darikemungkinan mendekati
tujuan.
Tanggapan yang kabur dan atau kejahilan tujuan dan persoalan-persoalan
yang dihadapi adalah pokok pangkal segala kelemahan dan kekacauan dari bentuk-bentuk
tantangan yang mereka berikan, baik ke dalam maupun keluar. Oleh sebab itu,
keadaan terus tidak menentu seperti terlihat ini, harus segera diakhiri.
Yang
pertama-tama harus segera dilakukan ialah peninjauan kembali secara fundamental
dalam keseluruhan, mengenai tafsiran tujuan dan khitahnya, yang meliputi
segenap segi dan bidang perjuangan; dan yang kedua memperdalam pengertian
tentang pokok atau “ principia”-1.dari problem keadaan tadi, yang merupakan ‘
political philosophy’
2.atau “ philosophy of government”-3.dari kenyataan sekarang ini, dan rangkaian hubungan serta perhitungan kemungkinan-kemungkinan kesudahannya.
Sehingga berdasarkan hasil itu nanti segeralah dimulai langkah-langkah baru.Jalan dan ukuran satu-satunya dalam melakukan peninjauan yang demikian ialah “Warisan Nabi Muhammad, Quran dan Sunnahnya, yang dapat membebaskan dari terus-menerus dalam kesesatan.”-4.Tujuan dan khitah perjuangan Nabi Muhammad serta kenyataan-kenyataan yang dihadapi oleh beliau, yang mempunyai persamaan pokok dengan kenyataan sosial sekarang ini, nyata ternukil dalam lembaran sejarah, Quran dan Sunnahnya.
1.Prof. Dr. M.J. Lengeveld,Menuju PemikiranFilsafat
(Jakarta: PT Pembangunan,1959), hal. 140.
2.Prof. Mr. Dr. J. Barents, Ilmu Politika, terj.LM. Sitorus (Jakarta: Yayasan Pembangunan, 1953), hal. 33.
3.R.M. Mac Iver,The Web of Goverment (New York: The Macmillan Company, 1947), hal. 403.
4.Taraktu fikum amraini ma-intamasaktum bihima lan tadhillu abadan, kitabullah was sunnati rasulih,rawahu al-Hakim dari Abi Hurairah. author @qms_r.(by unnanoche)