Nafkah Materi dan Non Materi, Siti Khadijah dan Rasul SAW
THE JAMBI TIMES - Mengkisahkan
awal mula pertemuan Khadijah dan
Rasulullah dalam urusan bisnis. Saat itu Rasulullah belum diutus sebagai
seorang nabi dan Rasul.
Khadijah adalah wanita yang hidup dan besar di lingkungan
Suku Quraisy dan lahir dari keluarga terhormat pada lima belas tahun sebelum
Tahun Gajah, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin mempersuntingnya.
Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua kali menikah. Suami
pertama Khadijah adalah Abu Halah at-Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga
jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin Makhzum,
yang juga wafat dengan meninggalkan
harta dan perniagaan. Dengan demikian, Khadijah
menjadi orang terkaya di kalangan suku Quraisy.
Suatu hari,
sang ratu bisnis mendengar kabar tentang pemuda yang sangat terpercaya di
kalangan Arab, dialah Rasulullah Muhammad. Tertarik menjadikan pemuda itu
karyawannya, Khadijah pun memanggilnya.
“Saya memanggil
Anda berdasarkan apa yang kudengar dari orang-orang tentang perkataan Anda yang jujur, integritas Anda
yang terpercaya, dan akhlak Anda yang mulia. Saya memilih Anda untuk
menangani urusan-urusan perdagangan dan akan saya bayar Anda dua kali lipat
dari apa yang biasa kuberikan kepada selain Anda," ujar Khadijah kepada
Rasulullah. Nabiyullah Muhammad pun menerima tawaran Khadijah tersebut dengan
senang hati.
Khadijah pun
mengirim Rasulullah sebagai pemimpin kafilah dagang ke negeri Syam. Seorang
budak kepercayaan Khadijah bernama Maysarah pun ikut serta dalam kafilah
tersebut. Dalam perjalanan tersebut, seorang rahib Yahudi yang dikenal memiliki
wawasan agama yang luas, Nestora bertanya pada Maysarah, siapa gerangan pemimpin
kafilah dagang yang ia ikut serta didalamnya.
Maysarah pun
mengabarkan tentang reputasi Rasulullah
yang dikenal jujur dan cerdas. Nestora kemudian mengatakan bahwa orang
tersebut merupakan bakal nabi yang diutus Allah.
Segala
pengalaman Maysarah dalam mengikuti kafilah dagang Rasulullah pun dikabarkan
kepada Khadijah. Maysarah bahkan mengatakan melihat dua malaikat membawa awan
diatas kepala nabi untuk melindunginya dari terik matahari. Khadijah pun mulai
terpesona dengan pribadi Rasulullah. Apalagi setelah mengetahui hasil
perdagangan sang Al-Amin.
Bisnis Khadijah
di negeri Syam semakin besar, laba yang dihasilkan meningkat tajam. Keputusan
Khadijah memilih Muhammad sebagai tangan kanan bisnisnya menjadi keputusan
tepat. Ia pun terus bermitra dengan Rasulullah dalam menjalankan bisnis
tersebut. …………………….
Khadijah sangat ikhlas dengan segala sesuatu yang dilakukan suaminya dan
tidak khawatir selama ditinggal suaminya. Bahkan dia
menjenguk serta menyiapkan makanan dan minuman selama beliau I’tikaf di dalam
gua, karena dia yakin bahwa apa pun yang dilakukan suaminya merupakan masalah
penting yang akan mengubah dunia. Ketika itu, Nabi Muhammad berusia empat puluh
tahun.
Khadijah
meyakini seruan suaminya dan menganut agama yang dibawanya sebelum diumumkan kepada
masyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya berjihad di
jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan
agama Allah.
Khadijah tampil
mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan.
Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata
jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang
Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian
dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga
tidak jarang dia harus mengendapkan perasaan agar tidak terekspresikan pada
muka dan mengganggu perasaan suaminya. Yang keluar adalah tutur kata yang lemah
lembut sebagai penyejuk dan penawar hati.
Orang yang
paling keras menyakiti Rasulullah adalah paman beliau sendiri, Abdul Uzza bin
Abdul Muthalib, yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta istrinya,
Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya untuk memutuskan pertunangan dengan
kedua putri Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, Allah telah
menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu Utsman bin Affan bagi Ruqayah.
Khadijah adalah
tempat berlindung bagi Rasulullah. Dari Khadijah, beliau memperoleh keteduhan
hati dan keceriaan wajah istrinya yang senantiasa menambah semangat dan
kesabaran untuk terus berjuang menyebarluaskan agama Allah ke seluruh penjuru.
Khadijah pun tidak memperhitungkan harta bendanya yang habis digunakan dalam
perjuangan ini. Sementara itu, Abu Thalib, paman Rasulullah, menjadi benteng
pertahanan beliau dan menjaga beliau dari siksaan orang-orang Quraisy, sebab
Abu Thalib adalah figur yang sangat disegani dan diperhitungkan oleh kaum
Quraisy.
Suatu ketika
Rasul melihat Khadijah sedang duduk termenung, beliau merasa sedih dan berdosa,
sedih karena sang Istri sedang tidak gembira, merasa berdosa, karena harta Khadijah telah habis untuk membiayai
dakwah beliau. Lalu Rasul, mengajak Khadijah untuk berjalan-jalan, dengan
niat, agar Khadijah terhibur dan melupakan kesedihannya. Sambil berjalan-jalan
itu, Rasul bersenandung “~~~ khasirun
nas,~~ bahilul maal~~” yang artinya kebanyakan manusia, pelit akan harta.
Lalu, tiba-tiba Rasul menunjuk ke pasir, seraya berkata “coba liat Khadijah,
benda apakah itu?” benda itupun lalu diambil Khadijah, ternyata emas, sebesar
butiran pasir, sebanyak tiga buah.
Perjalananpun
terus dilanjutkan, Rasul masih bersenandung seperti diatas, lalu kembali Rasul
menyuruh Khadijah mengambil benda aneh yang terlihat di pasir di perjalanan
itu, ternyata emas dan besarnya sebesar buah kemiri sebanyak tiga buah.
Demikian
seterusnya, perjalanan dilanjutkan, Rasul masih tetap bersenandung, agar sang
istri tercinta terhibur, penemuanpun kembali terjadi, kini benda yang
ditemukan, bukan sebesar buah kemiri, tetapi sebesar buah kelapa dan jumlahnya
tetap tiga buah.
Khadijahpun
curiga, ada apa ini, apa maksud Rasul dengan semua ini, semua ini tentu tidak
kebetulan saja? Lalu Rasulpun cerita kenapa dia mengajak Khadijah jalan-jalan,
cerita apa yang dia kuatirkan pada Khadijah, maka Khadijahpun menangis
terharu…..
Pertanyaannya, apa yang dapat kita petik dari cerita
diatas? Ternyata harta yang kita
habiskan di jalan Allah sesunguhnya harta kita yang tersimpan dengan aman,
tidak akan hilang, bahkan ketika kita ingin agar dia dikembalikan lagi, maka
Allah akan mengembalikannya di dunia dengan tidak berkurang satu senpun.
Tetapi, jika kita tidak menginginkan untuk dikembalikan di dunia, maka Allah
akan mengembalikannya kelak di Akhirat dengan nilai yang berlipat, yang
kelipatannya, tidak diketahui manusia, karena hitungannya terserah Allah dan
Allah tidak pernah mengingkari janjNya….(cerita ini, merupakan cerita yang
mashur di dunia pesantren)
………………………..
Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk
menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, baik itu berupa
rayuan, intimidasi, dan penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot dan
mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang kemudian digantung di pintu
Ka’bah agar orang-orang Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah,
istrinya, dan juga pamannya. Mereka terisolasi di pinggiran kota Mekah dan
diboikot oleh kaum Quraisy dalam bentuk embargo atas transportasi, komunikasi,
dan keperluan sehari-hari lainnya.
Dalam kondisi seperti itu, Rasulullah dan istrinya
dapat bertahan, walaupun kondisi fisiknya sudah tua dan lemah. Ketika itu kehidupan Khadijah sangat jauh
dan kehidupan sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, kemakmuran, dan
ketinggian derajat. Khadijah rela didera rasa haus dan lapar dalam mendampingi
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan kaum muslimin. Dia sangat yakin
bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang lain,
sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan makanan dan minuman untuk
mempertahankan hidup. Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi
tidak sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang mereka rasakan adalah
bertambah kokohnya keimanan dalam hati.
Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah gagal,
sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan membiarkan kaum muslimin kembali ke
Mekah. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pun kembali menyeru nama Allah Yang
Mulia dan melanjutkan jihad beliau.
Beberapa hari setelah pemboikotan, Abu Thalib jatuh
sakit, dan semua orang meyakini bahwa sakit kali mi merupakan akhir dan
hidupnva. Dalam keadaan seperti itu, Abu Sufjan dan Abu Jahal membujuk Abu
Thalib untuk menasehati Muhammad agar menghentikan dakwahnya, dan sebagai
gantinya adalah harta dan pangkat. Akan tetapi, Abu Thalib tidak bersedia, dan
dia mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam tidak akan bersedia
menukar dakwahnya dengan pangkat dan harta sepenuh dunia.
Abu Thalib meninggal pada tahun itu pula, maka tahun
itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam. Sebaliknya, orang-orang Quraisy sangat gembira
atas kematian Abu Thalib itu, karena mereka akan lebih leluasa mengintimidasi
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan pengikutnya. Pada saat kritis
menjelang kematian pamannya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membisikkan
sesuatu, Secepat ini aku kehilangan engkau?
Pada tahun yang sama, Khadijah sakit keras akibat
beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. Semakin
hari, kondisi badannya semakin menurun, sehingga Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam semakin sedih. Bersama
Khadijahlah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam membangun kehidupan rumah
tangga yang bahagia. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam
puluh lima tahun, Khadijah meninggal, menyusul Abu Thalib. Khadijah dikuburkan
di dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam. sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan
kalimat terakhir yang beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalah
Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”
Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang
tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul Mukminin istri
Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang mernpercayai risalah Rasulullah,
dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri Rasulullah. Dia merelakan harta
benda yang dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah orang
pertama yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya adalah ahli surga. Kenangan
terhadap Khadijah senantiasa lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat.
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti Khuwailid dan
semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Jika melihat kepada runutan kisah diatas, Khadijah secara penuh menafkahi
keluarga dengan MATERI (NAFAQA/INFAQ UTK PERJUANGAN ISLAM) dan Nabi SAW
menafkahi keluarga dengan NON MATERI (AJARAN ALLAH, ALQURAN)
QS 18:110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,…
QS 41: 6. Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,..
Qs 9:24. Katakanlah: "jika
bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.(abc)