News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

"Muktamar" Isi Khutbah Terakhir Rasulullah Saat Berhaji, Khutbah Wadâ’: Konsep Persaudaraan Sesama Muslim

"Muktamar" Isi Khutbah Terakhir Rasulullah Saat Berhaji, Khutbah Wadâ’: Konsep Persaudaraan Sesama Muslim

PADA tanggal 8 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah, Nabi Muhammad berangkat dari Makkah menuju Arafah, mengendarai untanya yang bernama Al-Qashwâ, diiringi umatnya yang berjumlah sekitar 140.000 orang. 

Sampai di Mina, semua mampir dan mendirikan kemah, lalu bermalam disitu. 

Esoknya, setelah subuh, perjalanan ke Arafah dilanjutkan.

Di kawasan bukit Arafah, mereka berkemah pula di desa Namirah, di sebelah timur bukit Arafah. Setelah matahari tergelincir, mereka berangkat ke lembah Bathnul Wâdy, yang terletak di lapangan Urnah. 

Setelah berwukuf dan memperlihatkan cara-cara ritual haji, Nabi naik ke punggung untanya, dan kemudian berteriak sekeras-kerasnya, memanggil berkumpul umatnya. 

Panggilan Nabi disambung oleh Rabi’ah bin Umayyah bin Ghalaf dengan sekeras-kerasnya pula. Disitulah Nabi berkhutbah, menyampaikan serangkaian amanat yang kemudian dikenal sebagai Khutbah Wadâ’ (خطبة الوداع).

Ringkasan isinya dapat diuraikan ke dalam butir-butir (hukum) sebagai berikut:

  1. Darah (jiwa) kalian itu mulia. Demikian juga harta-benda dan harga diri.
  2. Kalian semua akan bertemu dengan Tuhan kalian, dan Dia akan bertanya tentang amal-amal kalian.
  3. Bila kalian berbuat jahat, kalian harus mempertanggung-jawabkannya sendiri.
  4. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.
  5. Harta seorang muslim haram bagi saudaranya, kecuali bila mendapat ijin darinya.
  6. Seluruh ajaran Jahiliyah telah hancur di bawah kakiku.
  7. Riba pada zaman jahiliyah telah dihapuskan.
  8. Takutlah pada Allah dalam urusan wanita. Mereka adalah amanat Allah atas kalian. Kalian mempunyai hak atas istri kalian, dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian.
  9. Patuhilah pemimpin yang menegakkan kitabullah, walaupun ia (mantan) budak hitam asal Habsyi (Abesinia).
  10. Ahli waris tidak berhak atas wasiat, dan wasiat (bagi bukan ahli waris) tidak boleh lebih dari sepertiga kekayaan.
  11. Anak adalah milik suami yang sah, bukan hak bagi pezina.
  12. Setan gagal untuk dipatuhi di negeri ini, tapi mereka cukup puas bila kalian melakukan hal-hal yang menurut perkiraan kalian penting.
  13. Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam dari tanah. Orang yang termulia adalah yang takwa. Tak ada kelebihan Arab atas non-Arab, selain karena takwa.

Setiap menyelesaikan butir-butir pernyataannya, Nabi menyelingi dengan pertanyaan, “Sudahkah ini kusampaikan?”, yang dijawab oleh umat dengan teriakan bahwa Nabi memang telah menyampaikan. 

Kemudian Nabi menengadah ke langit sambil berkata, “Ya Allah, saksikanlah ini!”

Melalui khutbah ini, kita mendapat kesimpulan tentang inti ajaran yang disampaikan Rasulullah, yakni inti ajaran DINUL ISLAM dalam bidang pergaulan kemasyarakatan (social aspects), khususnya antar sesama muslim.

Apa itu DINUL ISLAM Menurut Al Qur'an, nanti kita akan rincikan di episode selanjutnya.

DINUL ISLAM  yang Muhammad terapkan dalam kehidupan sehari hari selama kerasulannya 

---------------------

Haji Wada’ dikenal dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw. Beliau mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah 10 H atau setahun sebelum beliau wafat.

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata: “Selama 9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Rasulullah saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah Saw dan mengamalkan ibadah haji sebagaimana amalan beliau.”

Peristiwa Haji Wada adalah momen besar yang menjadi perpisahan beliau dengan umatnya. Pada akhir tahun 10 H, tampaklah beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa ajal Rasulullah Saw telah dekat.

Pada bulan Dzul Qa’dah tahun 10 H, mulailah Nabi Saw mempersiapkan diri untuk menunaikan haji yang pertama sekaligus yang terakhir dalam kehidupan beliau. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah Saw menyeru kaum muslimin dari berbagai kabilah untuk menunaikan ibadah haji bersamanya.

Diriwayatkan, jamaah haji pada tahun itu berjumlah lebih dari 100.000 orang bahkan lebih. Ada yang mengatakan jumlah rombongan jamaah calon haji yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah kurang lebih 114.000 orang.

Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi Saw berangkat menuju Mina. Beliau shalat zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan menunaikan shalat Subuh juga di tempat itu. Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser, condong ke Barat, Nabi Saw mulai memberikan khotbah di sebuah tempat bernama Namirah. Setelah beliau berkhotbah, Allah Swt menurunkan ayat:

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Khutbah Terakhir

Saat Haji Wada’, Rasulullah menyampaikan khutbah yang merupakan wasiatnya yang terakhir. Khutban ini disampaikan pada 9 Zulhijah tahun 10 Hijrah di Lembah Uranah, Gunung Arafah.

“Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan. Aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini. Maka dengarlah kata-kataku dengan teliti dan sampaikanlah kepada mereka yang tidak hadir disini.

“Wahai manusia, seperti halnya kalian menganggap bulan dan kota ini sebagai kota suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kalian kepada pemiliknya yang berhak. Jangan kau sakiti orang lain, agar ia tidak menyakitimu pula.”

“Wahai manusia! Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram (terlarang) bagimu, sampai datang masanya kamu menghadap Tuhan, dan pasti kamu menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung jawaban atas perbuatanmu. Saya sudah menyampaikan ini. Maka barangsiapa yang telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.”

“Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhanmu, dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba. Oleh karena itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.”


Semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Jangan kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak ada lagi riba, dan riba Abbas bin Abdul Muttalib semua sudah tidak berlaku. Semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi’a bin Harith bin Abdul Muttalib.”

Waspadalah terhadap setan demi keselamatan agamamu. Sesunggunya ia telah berputus asa untuk menyesatkanmu dalam perkara-perkara besar. Maka berjaga-jagalah supaya jangan sampai kamu disesatkan dalam perkara-perkara kecil.

“Wahai manusia! Hari ini syaitan sudah berputus asa untuk disembah di tanah ini selama-lamanya. Tetapi bila kamu perturutkan dia maka senanglah dia. Karena itu peliharalah agamamu ini sebaik-baiknya.  Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci.”

“Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas istrimu, mereka juga mempunyai hak atasmu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka atasmu, maka mereka juga mempunyai hak atas nafkahmu secara lahir maupun batin.”

“Layanilah mereka dengan baik dan belaku lemah lembut terhadap mereka, karena sesungguhnya mereka adalah teman dan sahabatmu yang setia, serta halal hubungan suami-istri atas kalian. Dan kamu berhak melarang mereka memasukkan orang  yang tidak kamu sukai ke dalam rumahmu.”

“Wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah dan dirikanlah shalat lima waktu dalam sehari. Berpuasalah engkau di bulan Ramadhan. Tunaikan zakat dari harta yang kau miliki, serta tunaikan ibadah haji sekiranya engkau mampu melaksanakannya. Ketahuilah, bahwa setiap muslim adalah saudara dengan derajat yang sama, tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya, kecuali dalam taqwa dan amal shaleh.”

“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari nanti. Dan pada hari itu, kamu akan dimintai pertanggungjawabkan segala yang kamu perbuat. Karena itu, waspadalah, jangan sampai kamu keluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.”

“Wahai manusia, tidak akan ada lagi nabi dan rasul selepas ketiadaanku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh karena itu, wahai manusia, dengarlah dengan sungguh-sungguh dan pahamilah kata-kataku yang telah kusampaikan kepadamu. Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal kepadamu, yakni Al Qur’an dan Sunnahku, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti keduanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selamanya.”

“Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku menyampaikan kepada orang lain, dan hendaknya orang lain itu menyampaikan kepada yang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang hanya sekedar mendengar dariku tanpa memahaminya.  Saksikanlah Ya Allah, bahwa telah aku sampaikan risalah ini kepada hamba-hamba-Mu.” []

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.