Nabi Adam Bukan Manusia Pertama di Bumi? Lihat Pembuktian Ilmiah
The Jambi Times, Al Qur’an tidak pernah menyebut Adam sebagai manusia pertama. Demikian pula istrinya, bukanlah manusia kedua yang diciptakan setelah Adam.
Buku Adam bukan Manusia Pertama
Banyak ayat Al Qur’an yang jusru
memberikan indikasi kuat bahwa Adam dan Hawa adalah salah satu saja dari sekian
banyak umat manusia yang sudah ada pada waktu itu. Salah satu indikasi kuat
terdapat pada ayat berikut.
QS. Al A'raaf (7): 11:
"Sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu sekalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka
mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang
bersujud".
Ayat diatas dimulai dengan kalimat ‘menciptakan
kamu sekalian', lalu kami bentuk tubuh kalian’. Artinya, "waktu itu
Allah sudah menciptakan banyak manusia dimuka Bumi. Baru kemudian memerintah
para malaikat untuk bersujud kepada Adam".
Sayangnya, dalam kitab terjemahan
bahasa Indonesia kata kum itu ditafsiri sebagai Adam. di sebelah kata ‘kamu’
diberi penjelasan dengan kata dalam kurung - (Adam). Padahal kita tahu bahwa
kum adalah bermakna jamak kalian semua.
Ini semakin jelas kalau kita baca
ayat sebelumnya, berikut ini. Bahwa yang dimaksud dengan ‘kum’ itu adalah
bangsa manusia secara keseluruhan. Spesies manusia.
QS. Al A'raaf (7): 10
"Sesungguhnya Kami telah
menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu
(sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur".
Dari 2 ayat yang berurutan diatas,
kita bisa memperoleh kesimpulan bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan bangsa
manusia di muka Bumi, dengan segala sumber penghidupannya.
Dan, kemudian memilih salah satu
diantaranya sebagai khalifah dimuka Bumi. Dialah Adam. Ditandai dengan perintah
kepada malaikat untuk bersujud kepadanya.
Kalau Adam memang manusia pertama,
ayatnya tidak akan berbunyi demikian. Diawalnya pastilah Allah mengatakan
kepada Adam dalam bentuk tunggal: “Walaqad khalaqnaka".
Dan sungguh telah Kami ciptakan kamu (Adam)...” Tapi, tenyata menggunakan kum.
Bukti lain tentang Adam bukan
manusia pertama adalah ketika Allah berkata kepada malaikat mau menjadikan Adam
sebagai khalifah. Informasi itu ada pada ayat berikut.
QS. Al Baqarah (2): 30
Dialog antara Allah dengan Malaikat:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi".
mereka (Malaikat) berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah", padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui".
Ayat ini sering dipakai oleh
sebagian besar kita untuk menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama.
Karena disana digambarkan dialog
antara Allah dengan malaikat, untuk menjadikan Adam sebagai khalifah dimuka
Bumi.
Padahal justru ayat ini menegaskan
bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Melainkan adalah salah satu manusia yang
terpilih dari sekian banyak manusia yang sudah ada di jaman itu.
Ada dua hal yang menunjukkan itu:
Pertama:
Adalah kata 'inni ja'ilun fil
ardhi khalifah' artinya:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”.
Kalimat tersebut tidak menggunakan kata
‘menciptakan’ (khalq) melainkan menggunakan kata ‘menjadikan’ (ja'ala).
Jadi bukan mengadakan dari ‘tidak
ada’ menjadi ‘ada’, melainkan ‘memilih’ dari yang sudah ada
menjadi khalifah alias pemimpin bagi umat manusia di jaman itu. Kata ‘memilih’
itu lebih jelas lagi pada ayat lain, berikut ini.
QS. Ali Imran (3): 33
"Sesungguhnya Allah telah
memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di
masa mereka masing-masing)"
Allah menggunakan kata 'isthofaa'
yang secara eksplisit berarti ‘memilih dari yang sudah ada’. Dan lebih
jelas lagi, dalam ayat itu Allah membandingkan dengan nabi-nabi lainnya seperti
Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran. Mereka semua adalah orang-orang yang
terpilih pada zamannya.
Dan masih banyak lagi ayat yang
memberikan kepahaman bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka Bumi. Meskipun
pada beberapa ayat, seringkali agak membingungkan jika dipahami secara
sebagian. Padahal jika kita berpokir tidak sempit ayat-ayat itu memiliki
penjelasan di ayat lainnya atau saling bekaitan erat antara ayat-ayat
dari surat ke surat dalam Al Quran.
Sebagai contoh adalah ayat berikut
ini. Allah mengatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia (al Insaan) dari
tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Ada kesan, seakan-akan Allah
bercerita tentang penciptaan manusia pertama Adam langsung dari tanah liat.
Dan, begitulah yang sering kita dengar dari orang di sekitar kita.
QS. Al Hijr (15): 26
"Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (insan) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk".
Akan tetapi kalau anda cermati, ayat
diatas tidak bercerita tentang penciptaan seorang manusia melainkan manusia
secara kolektif.
Yang digunakan adalah kata ‘al
insaan’. Sayangnya sekali lagi dalam kitab terjemahan seringkali diberi
penjelasan dalam kurung(Adam). Ini menjebak pemahaman orang-orang yang hanya
membaca dari terjemahan bahasa Indonesianya. Seakan-akan ayat itu bercerita tentang
penciptaan Adam, sebagai manusia pertama.
Jika mau lebih jelas lagi dalam
memahami ayat itu, bacalah ayat-ayat berikutnya.
QS. Al Hijr (15): 28-30
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
(basyaran) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk".
Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu
semuanya bersama-sama.
Allah memberikan penjelasan lebih
rinci bahwa yang diciptakan dari ‘tanah liat kering yang berasal dari lumpur
hitam’ itu, adalah basyaran. Yaitu manusia sebelum 'al insaan'.
Atau, nenek moyang al insaan, yang memang sudah ada selama jutaan tahun
sebelumnya.
Karena itu, ayat berikutnya
memberikan penjelasan bahwa basyaran itu masih perlu disempurnakan lagi oleh
Allah, agar menjadi al insaan.
‘Maka bila telah Kusempurnakan
kejadiannya, dan telah Kutiupkan Ruh-Ku kedalamnya, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud’. Dan para malaikat pun bersujud bersama-sama. Bukan
kepada al basyar, melainkan kepada al insaan.
Jadi, adalah keliru kalau kita menafsiri
ayat tersebut sebagai proses penciptaan Adam manusia pertama dari tanah liat.
Itu adalah cerita tentang penciptaan al basyar secara kolektif, yang ‘ditumbuhkan’
oleh Allah dari tanah Bumi.
Dan setelah disempurnakan
kejadiannya menjadi al insaan barulah malaikat diperintahkan bersujud
kepada salah satu dari al insaan itu, yaitu Adam.
Lantas, dari keturunan Adam inilah
manusia modern berkembang biak. Sedangkan manusia-manusia lain selain keturunan
Adam mengalami kepunahan. Maka manusia modern ini disebut sebagai ‘bani Adam’
alias keturunan Adam.
Dari ayat diatas yaitu Dialognya
antara Allah dengan malaikat sesuai dengan QS. Al Baqarah (2): 30 disimpulkan secara obyektif bahwa
telah ada manusia hidup sebelum Adam dengan pola hidup tidak beradab dan saling
membunuh, hal ini mengisyaratkan bahwa manusia tersebut memiliki sifat seperti
BINATANG dan wajar sekali memiliki corak kehidupnya tidak beradab.
Namun setelah Adam mendapatkan
kehidupan berdasarkan wahyu maka ILMU PENGETAHUAN mulai diterapkan oleh
Adam sebagai pilihan hidup yang benar dan beradab sesuai konsep Wahyu Allah.
Sangat wajarlah ada seorang
Ilmuwan dunia yang terkenal bernama Charles
Darwin yang memiliki Teori Darwin yaitu asal usul mausia dan
pencetus teori evolusi. Bahwa Kera berawal dari manusia.
Hidup tidak memilik rumah, tidak
mengenal keluarga sedarah, tidak memilik ilmu pengetahuan, tidak mengunakan
pakaian, hidup selalu bebas dan lepas tidak terarah sesuai WAHYU/ILMU, mungkin
disitulah asal usul para peneliti menemukan manusia PURBA.
Ayat berikut ini menjelaskan bahwa
para nabi yang disebut didalam Al Qur’an itu adalah keturunan Adam. Sebagiannya
lagi keturunan Nuh, keturunan Ibrahim, dan Imran. Jalur manusia modern adalah
jalur keturunan Adam. Maka ia pun disebut sebagai bapaknya manusia.
QS. Maryam (19): 58
"Mereka itu adalah orang-orang
yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan
dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan
Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami
pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis".
Perbedaan yang paling mendasar
antara al basyar manusia purba dengan al insaan manusia
modern adalah pada kemampuan akalnya. Secara fisikal, itu diwakili oleh
kualitas dan kapasitas otaknya.
Malaikat yang semula ‘ragu-ragu’
untuk bersujud kepada Adam ternyata mau bersujud kepadanya ketika Allah
menunjukkan bahwa kemampuan akal Adam diluar dugaan malaikat. Adam dengan
mudahnya menguasai ilmu pengetahuan alam yang diajarkan Allah kepadanya.
QS. Al Baqarah (2): 31-34
Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar!"
"Wa’allama aadamal
asmaa-a kullahaa tsumma ‘aradhahum ‘alal malaa-ikati faqaala anbi-uunii
biasmaa-i ha’ulaa-i in kuntum shaadiqiin(a)'
Shaadiqiin itu artinya adalah 'orang
yang benar dalam ucapan dan perbuatan', shaadiqiin sama al imanu yaitu
orang yang beriman.
Iman: : "Al imanu akdun bil
kolbi waiqrarun biilisani wa'amalun bil arkanni".
Iman adalah tambatan hati yang
mengema ke dalam seluruh ucapan dan menjelma ke dalam segenap laku
perbuatan.Iman meliputi 3 aspek yaitu:Isi hati ucapan dan laku perbuata. ( Untuk Iman akan dikupas habis di edisi selanjutnya)
Mereka( Malaikat) menjawab: "Maha
Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana".
Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dan berkatalah Kami kepada para
malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka,
kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir".
Mari kkita berfikir obyektif bahwa
Nabi Adam A.S. bukanlah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah?
Pahami dulu Ayat Al Quran bahwa
Al-Quran itu tidak pernah menipu. Itulah kesimpulan dari ilmu yang ada
dalam Al Quran, dan science (Ilmu pengtehuan) itu tidak akan pernah dapat
dipisahkan dari pada Al Quran.
Surat Al-Baqarah ayat 30, "Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di bumi".
Soal arti khalifah juga jangan
salah mengerti:
Khalifah adalah: Penganti,
mengantikan yang sebelumnya. Alasanya Allah berkata kepada malaikat: "inni
ja'ilun fil ardhi khalifah": artinya "sesungguhnya saya hendak
menjadikan khalifah di bumi"
Maka malaikat menjawab:
"ataj 'alu fiha may yufsidu fiha wa yusfikud dima'a:mengapa angkau
ciptakan yg akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya di bumi".
Khalifah adalah: Manusia yang
hidupnya dengan ilmu dari Allah yaitu Al Quran.Ilmu dari Allah memiliki
daya sudut yaitu khair/nur terang (benar) dan syarr/dzulumat/gelap (salah).
Mereka (Malaikat) bertanya tentang
hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata: "Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi
itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan),
padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak
mengetahuinya".
Perhatikan kata-kata ayat
Al-Quran ini dengan hati-hati. Di dalam ayat tersebut menerangkan bahwa,
Allah berfirman kepada para malaikat.
Menurut pemahaman selama ini bahwa
ketika itu manusia belum diciptakan. Coba perhatikan betul-betul pada ayat yang
sudah di bold kan di atas.
Sedangkan Nabi Adam baru
saja hendak diciptakan, mana mungkin malaikat sudah mengetahui bahawa manusia
itu makhluk yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah?
Dengan merujuk kepada al-Quran dan
riwayat-riwayat secara pasti dapat dikatakan bahwa sebelum Nabi Adam terdapat
generasi atau beberapa generasi manusia disebut sebagai “insan atau
bangsa Nisnas” meski terkait dengan hal-hal detilnya, tipologi personal
dan model kehidupan mereka, kita tidak memiliki informasi yang akurat.
Allamah Thabathabai berkata, “Dalam sejarah
Yahudi disebutkan bahwa usia jenis manusia semenjak diciptakan hingga kini
tidak lebih dari tujuh ribu tahun lamanya.
Namun para ilmuan Geologi meyakini
bahwa usia genus manusia lebih dari jutaan tahun lamanya. Mereka menyuguhkan
sejumlah argumen untuk dari fosil-fosil yang menyebutkan bahwa terdapat
peninggalan manusia-manusia pada fosil-fosil tersebut.
Di samping itu, mereka juga
membeberkan dalil-dalil skeleton (tengkorak) yang telah membatu milik
manusia-manusia purbakala yang usianya masing-masing dari fosil dan skeleton
itu ditaksir, berdasarkan kriteria-kriteria ilmiah, kira-kira lebih dari lima
ratus ribu tahun.
Demikian keyakinan mereka. Namun
dalil-dalil yang mereka suguhkan tidak memuaskan. Tidak ada dalil yang dapat
menetapkan bahwa fosil-fosil ini adalah badan yang telah membatu milik nenek
moyang manusia-manusia hari ini.
Demikian juga tidak ada dalil yang
dapat menolak kemungkinan ini bahwa tengkorak-tengkorak yang telah membatu ini
berhubungan dengan salah satu dari periode manusia-manusia yang hidup di muka
bumi, karena boleh jadi demikian adanya, dan boleh jadi tidak.
Artinya periode kita manusia-manusia
boleh jadi tidak bersambung dengan periode-periode fosil-fosil yang telah
disebutkan, bahkan boleh jadi berhubungan degan manusia-manusia yang hidup di
muka bumi sebelum penciptaan Adam Bapak Manusia (Abu al-Basyar) dan kemudian
punah.
Demikian juga kemunculan
manusia-manusia yang kepunahannya berulang, hingga setelah beberapa periode
tibalah giliran generasi manusia masa kini.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat manusia sebelum penciptaan Adam dan setelah manusia Adam
ditemukan kemudian malaikat ditugaskan untuk sujud kepadanya.
Hanya saja al-Quran tidak
menyebutkan secara tegas tentang proses kemunculan manusia dimuka bumi, apakah
kemunculan jenis makhluk ini (manusia) dimuka bumi terbatas hanya pada periode
sekarang yang kita hidup di dalamnya, atau periode-periode yang banyak dan
periode kita manusia-manusia sekarang ini merupakan periode terakhir?
Kendati sebagian ayat Al Quran
menengarai bahwa sebelum penciptaan Adam As terdapat manusia-manusia yang
hidup dimana para malaikat dengan ingatan pikiran mereka tentang manusia,
bertanya kepada Allah Swt, “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah”dimana
dapat disimpulkan dari ayat ini bahwa terdapat masa yang telah berlalu sebelum
penciptaan Nabi Adam.
Namun terdapat beberapa riwayat dari
para Imam Ahlulbait As yang sampai kepada kita menegaskan bahwa sebelum
generasi ini, terdapat generasi-generasi sebelumnya yang telah punah dan
riwayat-riwayat ini menetapkan periode-periode manusia sebelum periode yang ada
sekarang ini.
Sebagai contoh kami akan menyebutkan
sebuah hadis berikut ini:
Penyusun Tafsir Ayyasyi meriwayatkan
dari Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Salim dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Apabila
malaikat-malaikat tidak melihat makhluk-makhluk bumi sebelumnya, yang
menumpahkan darah lantas dari mana mereka dapat berkata, “Apakah Engkau
akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di
dalamnya dan menumpahkan darah?”
Adapun sehubungan dengan apakah Adam
merupakan manusia kedelapan dimuka bumi ini harus dikatakan bahwa kami tidak
menjumpai teks-teks agama yang menetapkan bahwa Adam adalah manusia kedelapan
dimuka bumi.
Benar terdapat beberapa riwayat yang
menjelaskan bahwa generasi Nabi Adam setelah tujuh periode dan tujuh generasi
semenjak penciptaan Adam. Namun boleh jadi riwayat-riwayat ini tengah
menyinggung banyaknya periode-periode masa lalu.
Misalnya Syaikh Shaduq dalam
al-Khishâl, meriwayatkan dari Imam Baqir As yang bersabda, “Allah Swt
semenjak menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya (kemudian
punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini berasal dari generasi Adam
Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa menciptakan mereka di muka bumi dan
mengadakan generasi demi generasi dan masing-masing, alam demi alam muncul
hingga akhirnya, (Allah Swt) menciptakan Adam Bapak Manusia dan keturunannya
berasal darinya".
Boleh jadi riwayat-riwayat ini
dengan memperhatikan riwayat-riwayat lainya yang menetapkan periode-periode
yang banyak pada masa silam, tengah menyinggung tentang banyaknya periode pada
masa silam; misalnya Syaikh Shaduq dalam kitab Tauhid mengutip riwayat dari
Imam Shadiq As yang bersabda, “Kalian mengira bahwa Allah Swt tidak
menciptakan manusia lain selain kalian. Bahkan (Allah Swt) menciptakan ribuan
ribuan Adam dimana kalian adalah generasi terakhir Adam dari generasi-generasi
Adam (lainnya).”
Demikian juga dalam al-Khisâl
diriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Allah Swt menciptakan dua
belas ribu alam yang masing-masing (dari dua belas ribu itu) lebih besar dari
tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Tiada satu pun dari penghuni satu
alam pernah berpikir bahwa Allah Swt menciptakan alam lainya selain alam (yang
ia huni).”
Akan tetapi sebagaimana yang Anda
perhatikan riwayat terakhir menyinggung tentang penciptaan alam-alam dan boleh
jadi alam-alam tersebut berada di luar planet bumi dan kita dapat memandang
riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang tujuh periode sebelumnya dimuka bumi
itu tidak bertentangan satu sama lain.
Namun (dengan asumsi adanya
manusia-manusia sebelum Adam) apakah tatkala penciptaan Nabi Adam As manusia
dari generasi manusia-manusia sebelumnya masih tersisa?
Dengan memperhatikan beberapa
indikasi bukan mustahil bahwa pada masa penciptaan Adam terdapat orang-orang
dari generasi-generasi sebelumnya yang masih tersisa dan tengah mengalami
kepunahan.
Artinya mereka masih tetap ada (pada
masa penciptaan Adam) sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama.[9] Salah satu
ulama kontemporer terkait dengan pernikahan anak-anak Adam berkata:
“Di sini juga terdapat kemungkinan
lain bahwa anak-anak Adam menikah dengan manusia-manusia yang tersisa dari
generasi sebelum Adam karena sesuai dengan riwayat Adam bukanlah manusia
pertama yang hidup di muka bumi.
Penelitian ilmiah manusia hari ini
menunjukkan bahwa genus manusia kemungkinan telah hidup di muka bumi semenjak
beberapa juta tahun sebelumnya, padahal sejarah kemunculan Adam hingga masa
sekarang ini tidak terlalu lama (kurang lebih 7000 tahun).
Karena itu kita harus menerima bahwa
sebelum Adam terdapat manusia-manusia lainnya yang hidup di muka bumi yang
tatkala kemunculan Adam tengah mengalami kepunahan. Apa halangannnya anak-anak
Adam menikah dengan manusia dari salah satu generasi sebelumnya yang masih
tersisa?”
Tentu saja tidak terdapat keraguan
bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama dari generasi yang ada sekarang ini.
Al Quran nampaknya menegaskan bahwa
generasi yang ada sekarang ini berasal dari ayah dan ibu yang berujung pada
satu ayah (bernama Adam) dan satu ibu (yang dalam beberapa riwayat dan Taurat
bernama Hawa) dan kedua manusia ini adalah ayah dan ibu seluruh manusia.
Demikian juga ayat-ayat berikut
menyokong makna ini, “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air
yang hina (air mani).”
(Qs. Al-Sajdah [32]:8)
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia) , maka
jadilah dia.”
(Qs. Ali Imran [3]:59)
“(Ingatlah) ketika Tuhan-mu
berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya
roh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya.”
(Qs. Shad [38]:71 & 72)
Seperti yang anda saksikan ayat-ayat
yang telah dikutip memberikan kesaksian bahwa sunnah Ilahi menjamin lestarinya
generasi manusia melalui pembuahan sperma namun penciptaan dengan sperma ini
terjadi setelah dua orang dari jenis ini (manusia sekarang ini) diciptakan dari
tanah liat dan Dia menciptakan Adam kemudian setelah Adam istrinya yang
diciptakan dari tanah liat (dan setelah memiliki badan dan alat-alat
reproduksi, Allah menciptakan anak-anaknya dengan menciptakan sperma pada badan
Adam dan istrinya).
Karena itu, tidak terdapat keraguan
bahwa generasi manusia (sekarang ini) berujung pada Adam dan istrinya
berdasarkan bentuk lahir ayat-ayat yang disebutkan di atas.
Adapun pertanyaan berikutnya apakah
di antara generasi tersebut terdapat seorang nabi?
Apakah mereka juga termasuk
orang-orang yang memiliki intelegensia?
Kita tidak menemukan penjelasan
tentang hal ini dalam ayat-ayat al-Quran dan riwayat-riwayat. Namun mengingat
bahwa mereka sama dengan kita, manusia (atau Nisnas) maka dari sisi ini kita
sama dengan mereka.
Dan tentu saja mereka memiliki
intelegensia dan kecerdasan serta sangat boleh jadi dapat dikatakan bahwa untuk
membimbing mereka diutuslah nabi atau nabi-nabi kepada mereka.
Peradaban manusia bisa besar dikarenakan belajar pada satu (1) Ilmu yang
sama (Al-Asma/Adam, Suhuf Ula/Ibrahim, Zabur/Daud, Taurat/Musa, Injil/Isa,
Al Quran/Muhmmad(Ahmad), mereka dan kita tanpa Ilmu tersebut adalah sama
seperti halnya binatang-binatang yang ada seperti (anjing, babi, monyet,
dll).
Ahmad bin Abdullah adalah bukan
siapa-siapa jika tidak ada Ilmu Al Quran, begitu pun Isa, Musa dan kita semua.
Itu terbukti apabila bayi-bayi
manusia jika dibuang ke hutan ataupun ketempat yang tidak ada ILMU, mereka hanya
mempergunakan Selera/Hawa Nafsu sama seprti yang dilakukan
binatang.
Contoh manusia yang tidak
mendapatkan ILMU, http://unikdiary.blogspot.com/2012/02/manusia-tarzan-memang-ada.html
Evolusi Manusia (Teori Evolusi
Darwin):
- Manusia Berkarakter Sama Seperti Binatang, sebelum diberikan wahyu/ilmu, mahluk yang dinamakan manusia level nya sama dengan binatang, yang bertindak hanya mempergunakan 3 hal, harta (memperkaya diri), tahta (kekuasaan), wanita (kebutuhan sex), di Al Quran disebut dalam level Dabbah (QS An Nur ayat 45).
- Manusia Beradab (Homo Sapiens), setelah diberikan wahyu/pemahaman ilmu hidup menurut ajaran Allah, maka level manusia naik menjadi level BASYAR/NAS/INSAN (Alquran memanggilnya dengan yaa ayyuhannas), level ini manusia belum menentukan pilihan hidup yang ditawarkan oleh ajaran Allah, mau memilih hidup yang HAQ (konsekuensi nya jannah), atau memilih hidup yang bathil (konsekuensi nya peri kehidupan naar, sikut kanan sikut kiri). Level manusia ini masih dalam kondisi try and error didalam menjalani hidupnya.
- Manusia Modern, level terakhir manusia adalah level Mukmin (yaa ayyuhalladziina aamanuu), manusia modern bukan diukur oleh maju tidak nya teknologi, manusia modern adalah manusia yang memilih jalan hidupnya hanya dengan ajaran Allah. Kembali kepada istilah mukmin terbagi 2 (dua), yaitu mukmin haq adalah mukmin yang memilih hidupnya dengan aturan Allah, maka disebut sebagai Bani/kaum Adam, Bani Nuh, Bani Ibrahim…dst sampai kepada Bani Muhammad. Satu lagi mukmin bathil (QS 16:72, QS 29:52, 67) yaitu mukmin yang memilih hidupnya dengan ajaran aduk-adukan (gado-gado) antara ajaran Allah dan selera diri nya (harta, tahta, wanita), maka disebut sebagai bani Iblis, bani Firaun,..kafir, kadzaba, tawala, munafiq dan seterusnya, konsekuensi nya adalah peri kehidupan naar yang sikut kanan sikut kiri, seperti halnya peri kehidupan sekarang yang tidak sesuai dengan maunya Allah adalah peri kehidupan Naar.
Sebagai sosok jasad Nabi Adam
bukanlah sebagai manusia pertama di bumi,
tetapi sebagai sosok keILMUan Bani Adam adalah sekelompok orang-orang yang
pertama kali mendapatkan mandat membentuk budaya IPOLEKSOSBUD / JANNAH
Soal ciptaan alam semesta: alam
semesta diciptakan dalam waktu 6 yaum (masa)1 yaum: 1000 tahun. 6 yaum sama
dengan 6000 tahun.
2000 tahun pertama Allah ciptakan 7
lapis semesta angkasa dan bumi dari rumusan alam Al Maa-u.
Al Maa-u: Dua unsur dalam satu
kesatuan, SAMAWAATI (semesta angkasa) dan ARDH (bumi).pada 2000 tahun pertama
sermesta angkasa dan bumi masih dalam keadaan DUKHAAN, kalau bahasa intleknya NEBULA.
Tahun 3000 s/d 4000, Allah memproses
matahari yang sebelumnya dalam keadaan DUKHAAN (bola gas membara) menjadi
bersinar. Otomatis planet yang lainya sebulmnya daalm keadaan DUKHAAN menjadi
memadat, termasuk bumi.
Karena terjadi perbedaan suhu maka
terjadi peredaran udara dari yang bertekanan tinggi kepada yang bertekanan
rendah. Selanjutnya terjadi penguapan awan menjadi mendung, dan hujan,
akhirnya menyirami bumi yang mati jadi hidup akibat ada kelembaban struktur.
Tahun 5000 Allah ciptakan
hewan dibumi, penghujung tauhn 6000 Allah ciptakan jin, malaikat dan akhirnya
Allah ciptakan Manusia hingga Adam dan kaum sejawatnya yang ingin meneria
AL ASMA atau WAHYU atau juga ILMU.
Kembali diulas bahwa;
Al A'raaf (7);11. kum bermakna
jamak: kalian semua. kum: bangsa manusia seacra keseluruhan.
Al Araaf (7):10
"Sesungguhnya kami telah
menempatkan kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan bagimu itu sumber
penghidupan, namun amat sedikitlah kamu yang bersyukur.
Dari 2 ayat diatas kita peroleh
kesimpulan bahwa;
Allah terlebih dahulu menciptakan
bangsa manusia dimuka bumi dengan segala sumber penghidupan dan kemudian
memilih salah satu diantara sekumpulan manusia yang mau dengan maunya Allah
(liman yasya) sebagai khalifah dimuka bumi.
Dilansir dari berbagai sumber
Edotor: Zainul Abidin