Usia Bumi Sudah Milyaran Tahun, Berarti Adam Bukan Manusia Pertama?
The Jambi Times, Kebohongan teori usia bumi jutaan tahun (normatif), benartkah umur peradaban manusia hanya sampai 6000 tahun saja?
Lempeng Bumi Tektonik Lebih Dari 3,2 Milyar Tahun Lalu
Ada
suatu hadist seperti ini :
Dari
Ibnu Abbas, dari (cerita) Rasul SAW (kepadanya), kemudian ia berkata:
“Umur
Adam adalah 1000 tahun”. Kemudian ia berkata: Antara Adam dengan Nuh adalah
1000 tahun, dan antara Nuh dengan Ibrahim adalah 1000 tahun, dan antara Ibrahim
dengan Musa adalah 700 tahun, dan antara Musa dengan Isa adalah 1500 tahun,
sedangkan antara Isa dengan Nabi kita adalah 600 tahun.
[HR. Hakim]
Maksudnya
adalah:
Umur
umat nabi Adam > umat nabi Nuh = 1000 tahun
Umur
umat nabi Nuh > umat nabi Ibrahim = 1000 tahun
Umur
umat nabi Ibrahim > umat nabi Musa = 1000 tahun
Umur
umat nabi Musa > umat nabi Isa = 1500 tahun
Umur
umat nabi Isa > umat Nabi Muhammad = 600 tahun
Umur
umat Nabi Muhammad > Hari Kiamat = 900 tahun
Total menjadi 6000
tahun
Dari
mana angka ini didapat?
Bahasan
detail tentang umur umat Muhammad ini ada dalam buku yang ditulis ulama Timur
Tengah, Ust Amin Muhammad Jamaluddin.
Beliau mengutip hadist riwayat Al Bukhari
yang artinya:
Perumpamaan kaum Muslimin dan Yahudi serta Nasrani, seperti
perumpamaan seorang yang mengupah satu kaum (Yahudi) untuk melakukan sebuah
pekerjaan sampai malam hari, namun mereka melakukannya hanya sampai tengah
hari.
Lalu mereka pun berkata:
“Kami tidak membutuhkan upah yang engkau
janjikan pada kami, dan apa yang telah kami kerjakan, semuanya bagi-mu”.
Ia pun
berkata:
“Jangan kalian lakukan hal itu, sempurnakanlah sisa waktu pekerjaan
kalian dan ambillah upah kalian dengan sempurna”.
Mereka (Yahudi) pun menolak
dan meninggalkan orang itu. Maka orang itu mengupah beberapa orang (Nasrani)
selain mereka (Yahudi), ia berkata:
“Kerjakanlah sisa hari kalian dan bagi
kalian upah yang telah aku janjikan untuk mereka (Yahudi)”.
Sehingga ketika
tiba waktu sholat Ashar, mereka (Nasrani) berkata:
“Ambillah apa yang telah
kami kerjakan untukmu dan juga upah yang engkau sediakan untuk kami.”
Orang itu
berkata:
“Sesungguhnya sisa waktu siang tinggal sedikit.”
Mereka (Nasrani)
tetap menolak, sehingga orang itu mengupah satu kaum yang lain (Muslimin) untuk
melanjutkan pekerjaan sehingga selesai sisa hari mereka (Nasrani).
Maka kaum
itu (Muslimin) pun bekerja pada sisa hari mereka (Nasrani), yaitu sehingga
terbenamnya matahari dan mereka pun mendapat upah yang sempurna yang dijanjikan
kepada dua kelompok sebelumnya.
Seperti itulah perumpamaan mereka (Yahudi dan
Nasrani) dan perumpamaan apa yang kalian (Muslimin) terima pada cahaya
(hidayah) ini.
(HR Al Bukhari. Lihat Fathul-Kabir juz V hlm. 202 no: 5728).
Penjelasan
hadist ini menurut Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani:
“Para Ahli Naql telah
sepakat bahwa masa (umur) bangsa Yahudi–sejak diutusnya Musa as–sampai
diutusnya Muhammad saw adalah lebih dari 2000 tahun.
Dan umur Nasrani
dari jumlah itu sebanyak 600 tahun. Satu pendapat mengatakan lebih
sedikit dari itu”
(Fathul-Barri juz IV hlm. 449).
Ini artinya, umur Yahudi
ialah 2000 tahun lebih – 600 = 1400 tahun lebih. Ust Amin Muhammad
Jamaluddin mengatakan, menurut para ahli sejarah:
“lebih” yang dimaksud adalah
seratus tahun lebih sedikit, sehingga umur umat Yahudi adalah kurang lebih 1500
tahun. Masa 600 tahun untuk umur Nasrani itu berdasarkan HR Al Bukhari dari
Salman, “Masa fatrah (kevakuman) antara Isa as dan Rasul SAW adalah 600 tahun".
Adapun
‘tambahan’ umur untuk umat Muhammad terdapat dalam hadist berikut:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan melemahkanku, yaitu pada umatku, jika Ia mengulur (umur)
mereka setengah hari, yaitu 500 tahun.”
(HR Abu Nu’aim dalam Al Hilyah.
LIhat Fathul Kabir juz II hlm. 126 No: 1807)
Jadi,
umur umat Muhammad saw = umur umat Yahudi – umur umat Nasrani = 1500 (lebih
sedikit) – 600 = 900 tahun lebih sedikit ditambah 500 tahun = 1400 tahun
lebih sedikit.
“lebih
sedikit” ini, menurut para ahli sejarah, sekitar 100 tahun. Maka dapat
disimpulkan, umur ummat Islam adalah sekitar 1500 tahun.
Dari sini kita
dapat melihat bahwa umur manusia di dunia hanya 6000 tahun saja, atau 6
hari akhirat dimana 1 hari akhirat = 1000 tahun dunia.
Dan perlu diketahui, dunia ini sudah ada sejak 18 milyar tahun yang lalu, jadi,
perbedaan manusia di bumi hanya : = 3,3 jam saja (...lebih singkat lagi…)
Kemunculan
imam Mahdi
Imam artinya: Pemimpin/pembina
Mahdi artinya: Hudan atau petunjuk, (maksudnya petunjuk itu Al Qur'an).
Jadi bisa mungkin dapat diterjemahkan seperti dibawah ini:
"Bangkitnya kembali Alquran sebagai pemimpin/pembina
penataan hidup di dunia".
Seperti
yang sudah kita lihat tadi, umur umat Nabi Muhammad sampai ke hari kiamat
(dihitung sejak tahun kerasulan beliau) adalah 900 tahun, tapi itu cuma pembulatan
kebawah, tapi angka ini biasanya diganti dengan jumlah 1000 tahun, kemudian
ada salah satu hadist yang menyebutkan:
“Semoga umat ini (umat Nabi Muhammad
SAW) dipanjangkan sampai setengah hari “.
Maksud setengah hari disini adalah
setengah hari akhirat, jadi sama dengan 500 tahun dunia, umur umat nabi
Muhammad => 1000 + 500 = 1500 tahun.
Nah, sekarang kita bandingkan
dengan penanggalan hijriah.
Angka 1500 tahun itu, dihitung dari tahun setelah
kenabian beliau, sedangkan kalender hijriah, diambil mulai hijrahnya beliau ke
madinah, jadi antara tahun kenabian dengan hijrahnya beliau masih ada jarak,
yakni masa kerasulan beliau di Makkah, yaitu selama kurang lebih 12 tahun.
Jadi kalau kita mau jadikan ke kalender hijriah : 1500 – 12 = 1488 Hijrah
Menurut
perhitungan diatas, maka hari kiamat (bangkitnya Alquran sebagai
pemimpin/pembina penataan hidup didunia) akan terjadi pada tahun 1488 Hijriah
atau sekitar tahun 2067 Masehi.
Tentang
prediksi tahun kedatangan kebangkitan Imam Mahdi, ada sebuah hadist yang
maksudnya:
“setelah Imam Mahadi diturunkan, maka bumi akan diliputi
kemakmuran, sampai-sampai harimau dan domba akan makan rumput bersama di padang
rumput yang sama, dan masa kemakmuran ini akan berlangsung selama 7 tahun“.
Dan
setelah masa kemakmuran yang selama 7 tahun itu, akan muncul asap yang memenuhi
timur dan barat, dimana setiap orang yang beriman, apabila menghirup sedikit
saja asap tersebut, maka dia akan meninggal.
Jadi
pada masa ini, terjadi pembantaian umat islam (bukan pembantaian sebenarnya,
karena maksud Allah disini, cuma mau menghabiskan umat islam, agar mereka tidak
merasakan pedihnya hari kiamat) jadi yang tersiksa hanyalah orang-orang kafir
saja yang akan merasakan pedihnya hari kiamat.
Maka kehidupan pada masa itu
akan kacau balau, karena kehancuran akhlak dan moral mereka yang tidak mengenal
dan memahami islam.
Masa-masa kacau ini akan berlangsung selama 40 tahun,
hingga Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniupkan sangkakala yang
pertama, hingga akhirnya terjadilah kiamat.
Dan orang-orang kafir tersebut akan
merasakan pedihnya hari kiamat.
Dari
dalil-dalil yang diatas, bisa diambil kesimpulan :
1. Setelah korps para pendukung Imam Mahdi di baiat, dan kemudian Nabi Isa pun
turun ke bumi di menara putih di Damaskus, dan kemudian hadir ketika akan
dilaksanakan sholat subuh bersama imam Mahdi, dan imam Mahdi yang menjadi
imamnya.
Sesudag solat subuh, ketika gerbang makkah dibuka, maka sudah bersiap
Dajjal bersama pasukannya di luar.
Dan kemudian tiba-tiba mereka pun jatuh
seperti air yang meleleh, dan kemudian Dajjal pun mati dengan perantaraan
ditombak oleh nabi Isa.
2.
Dajjal Mati = 7 tahun kemakmuran islam => penghabisan umat islam
3.
Umat islam habis => 40 tahun orang kafir tersisa = > hari kiamat.
Kita
coba kepada perhitungan pelajaran matematika:
Angka
yang sudah kita dapat adalah 1488 H (yakni waktu terjadinya hari kiamat).
Kemudian
seperti yang tertera dipoin nomor 3, sebelum terjadi kiamat, umat islam akan
dihabiskan dan tersisa orang kafir saja, masa ini terjadi selama 40 tahun,
jadi:
1488 – 40 = 1448 H.
Kemudian setelah Imam Mahdi di baiat, akan terjadi
masa-masa kemakmuran selama 7 tahun.
jadi,
Imam Mahdi akan dibaiat :
1448
– 7 = 1441 Hijriah
Atau
=> 1441 Hijriah = 2020 Masehi (r b k F k b r…bunyi ayat
simetris pada RaBaKaFaKaBiR
di QS 74:3)
Itu keterangan dari sebagian ulama mengenai Imam Mahdi dan Nabi Isa
Kesimpulannya adalah pada 2020 akankah ada kejadian luar biasa sesuai yang ditulis diatas, secara data dan fakta kejadian itu berupa penyakit yang menyebar luas ke semua negara dibelahan BUMI ini.
Penyakit itu adalah pandemi Virus Corona (COVID-19).
Jika itu ada hubungannya dengan istilah munculnya ASAP yang mengakibatkan banyak yang meninggal. Apakah ASAP itu bermakna penyakit?
Dari beberapa pakar peneliti Genetika, ilmuwan dunia dalam tulisannya yang di publikasi kan di media online sciencenews.org pada April 2020 ini.
"Bahwa kejadian virus corona (COVID-19) bukan karena kebocoran laboratorium atau kesengajaan dari pihak militer adikuasa melainkan karena penyebab ALAM", begitu katanya.
Jika itu betul dari proses ALAM maka ada keterkaitannya secara mutlak dari KehendakNYA. Bukan berarti yand tidak datang secara ALAMI itu tidak datang dariNYA.
Pertanyaannya adalah penderita virus ini bukan saja datang kepada orang non Islam namun pada orang-orang yang Islam juga terkena infeksi virus yang mematikan ini hingga MENINGGAL DUNIA.
TEKA TEKI ini bisa terjawab bagi manusia yang memahami Ilmu Allah yaitu Al Qur'an.
JIka hitung-hitungan diatas ada alternatif lain yaitu:1500 -1441= 58 tahun.
2020+58= 2078 atau 2067 (seperti yang dijabarkan diatas)
Pada tahun 2078 Masehi atau 2067 Masehi akan berakhirnya usia BUMI dan MANUSIA? Atau hadirnya KURUN KEDUA?
Menyingkap
Kebohongan Teori Umur Bumi Jutaan Tahun
METODA
“PENENTUAN UMUR” DAN UMUR BUMI YANG SEBENARNYA
Banyak
fosil yang membuktikan ketidakbenaran teori evolusi disembunyikan oleh para
evolusionis (pendukung teori evolusi) dan bahkan dipalsukan untuk kepentingan
mereka. Hal yang paling menarik dari skenario para evolusionis adalah umur dari
fosil-fosil ini.
Evolusionis
menyatakan bahwa Archaeopteryx hidup 150 juta tahun yang lalu, manusia Lucy 3
juta tahun lalu, dan reptil pertama hidup 250 juta tahun yang lalu.
Akan
tetapi, penelitian yang dilakukan terhadap fosil-fosil ini menunjukkan
kenyataan bahwa umur yang disebutkan memperlihatkan bias dan interpretasi yang
menipu.
Kenyataannya,
semua angka-angka jutaan tahun yang diberikan para evolusionis terhadap umur
fosil ini sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Metoda untuk menentukan
umur fosil ini sangat spekulatif. Lebih jauh, metoda “penentuan umur” yang lain
tidak diterima oleh evolusionis, karena bisa membuktikan bahwa umur fosil
ternyata jauh lebih muda.
Sebenarnya
pertanyaannya adalah mengenai umur bumi, bukan hanya umur fosil. Evolusionis
berpendapat bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun.
Angka ini digunakan oleh
berbagai media cetak dan elektronik, literatur sains dan sumber-sumber yang
lain.
Banyak orang percaya pada pendapat tersebut yang menyatakan bahwa bumi
umurnya beberapa miliar tahun dan menerimanya tanpa pembuktian yang nyata.
Pendapat
ini tetap bertahan tanpa adanya langkah nyata untuk membuktikan kebenarannya.
Termasuk angka-angka perkiraan yang diberikan oleh para evolusionis terhadap
umur fosil pada kenyataannya sangat meragukan.
Kemudian,
apakah pentingnya mengetahui umur bumi sudah tua (4,5 miliar tahun) atau masih
muda (ribuan tahun)?
Orang
Kristen mula-mula teguh pada kepercayaan bahwa manusia ada di bumi sejak 5000 –
6000 tahun SM, menurut Alkitab Perjanjian Lama. Akan tetapi di bawah konsep
evolusi, pemahaman umur bumi mulai berubah.
Georgede Buffon, salah satu pionir teori evolusi, pertama kali menyatakan bahwa umur
bumi lebih tua dari 80 ribu tahun.
Geologis James Hutton dan Charles Lyell
menunjuk pada umur yang lebih tua lagi.
Dengan berkembangnya teori evolusi,
perkiraan umur bumi menjadi semakin tua. Hari ini para pendukung evolusi
menerima bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun dan makhluk hidup pertama ada
3,5 miliar tahun lalu.
Teori
evolusi
Apa
alasan para evolusionis begitu memaksakan hal ini?
Mengapa teori ini mencoba
menaikkan umur bumi dari semenjak pertama teori evolusi dicetuskan?
Alasannya
adalah : proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa terjadi.
Klaim bahwa semua makhluk ada karena perkembangan secara bertahap dari satu sel
makhluk hidup, tentu saja akan gagal dan tidak berarti apa-apa jika umur bumi
masih muda hanya beberapa ribu tahun lalu.
Tetapi jika bisa dibuktikan bahwa
umur bumi adalah beberapa miliar tahun, maka waktu yang diperlukan untuk
terjadinya proses evolusi bisa dipenuhi menurut teori ini.
Jadi
latar belakang klaim bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun, semata-mata
didasarkan pada keperluan teori evolusi.
Dengan alasan yang sama, umur alam
semesta diakui relatif lebih tua sesuai penetepan dari umur bumi sebelumnya. Stephen
W. Hawking, seorang fisikawan modern yang terkenal, tidak ragu-ragu untuk
mengakui tujuan sebenarnya dari pemikiran para evolusionis.
Hawking
menjawab pertanyaan, “Mengapa Bing Bang terjadi sepuluh miliar tahun
lalu?” dengan sebuah jawaban, “Waktu selama itu (miliaran tahun) diperlukan
untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan sebuah makhluk yang cerdas.”
Kalau
begitu, apakah yang benar-benar dibutuhkan oleh teori evolusi?
Apakah bumi
memang setua yang di klaim oleh para evolusionis?
Pada
penjelasan berikut, kita akan melihat jawaban terhadap pertanyaan ini. Tetapi
hal pertama yang harus dilakukan adalah mempertanyakan keabsahan metoda yang
digunakan oleh para evolusionis untuk membuktikan umur bumi dan fosil dari
organisme makhluk hidup.
Kemudian kita akan melihat metoda yang lain dalam
menentukan umur, yang tidak diterima bahkan diabaikan oleh para evolusionis,
hanya karena bisa membuktikan umur yang lebih muda.
TES
RADIOMETRIK
Dewasa
ini ada dua macam tes untuk menentukan umur bumi.
Pertama:
Berdasarkan observasi (pengamatan) terhadap kejadian alam yang ada di muka
bumi. Jika diamati bahwa beberapa peristiwa geologis terjadi pada masa
tertentu, maka bisa diasumsikan dengan mempergunakan data ini, kejadian yang
sama telah terjadi dalam kurun waktu yang sama dimasa lalu.
Mengacu
pada prinsip ini, bisa perkirakan umur bumi. Sebagai contoh, diasumsikan rasio
konsentrasi garam dilaut naik 100 ton dalam sebulan. Berdasarkan rasio ini,
metoda penentuan umur dilakukan dengan cara:
Memperkirakan jumlah garam yang
ada disemua lautan, selanjutnya dibagi dengan jumlah rasio peningkatan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Angka yang diperoleh akan mengindikasikan jumlah
bulan yang dilewati sampai sekarang, dari sejak pertama kali adanya lautan
(dengan asumsi tidak ada kandungan garam di laut mula-mula).
Kedua:
Adalah tes Radiometrik. Test ini ditemukan awal abad 20 dan menjadi
sangat populer. Teknik test Radiometrik terletak pada prinsip bahwa “atom tidak
stabil” di material radioaktif akan berubah menjadi “atom stabil” dalam satu
interval waktu tertentu.
Kenyataan bahwa perubahan ini terjadi dengan jumlah
yang sudah dipastikan dan juga dalam periode waktu yang tertentu, membuat
timbulnya gagasan untuk mempergunakan data ini sebagai penentu dari umur fosil
dan umur bumi.
Test
Uranium adalah yang pertama kali digunakan, tetapi kemudian tidak dipakai lagi.
Prinsip dari test ini adalah perubahan uranium menjadi timah. Uranium berubah
menjadi atom thorium saat memancarkan radiasinya.
Thorium adalah sebuah elemen
radioaktif, berubah menjadi protactinium setelah beberapa waktu tertentu.
Setelah tiga belas perubahan tambahan, uranium pada akhirnya berubah menjadi
timah yang merupakan elemen stabil.
Waktu
yang dibutuhkan oleh elemen radioaktif untuk berubah dari setengah masanya
menjadi elemen yang lain, disebut setengah-umur dari elemen ini.
Setengah umur
dari uranium 238 adalah 4,5 miliar tahun. Artinya 100 gram uranium yang kita
miliki hari ini, akan menjadi 50 gram uranium 238 dan 50 gram timah 206 setelah
4,5 miliar tahun kemudian.
Dan setelah 4,5 miliar tahun berikutnya, ada tersisa
seperempat dari jumlah uranium yang kita miliki mula-mula. Reaksi ini akan
berlanjut sampai uranium itu habis.
Tes
radiometrik untuk mengukur batuan vulkanik
Tes
radiometrik digunakan untuk menghitung umur batuan sesuai dengan prinsip
setengah umur, yaitu:
Ada sejumlah elemen radioaktif di batuan vulkanik di
bumi. Kandungan radio aktif di batuan ini secara alami hilang dan berubah
menjadi bentuk yang stabil.
Dengan melihat proses ini, menghitung jumlah
radioaktif dan material stabil, bisa ditentukan berapa banyak material
radioaktif yang berubah ke dalam bentuk stabil di dalam rentang waktu tertentu.
Sehingga umur batuan ini adalah dua kali dari jumlah material radioaktif
berubah menjadi setengah umur.
Umur
bumi juga ditentukan dengan metoda yang sama. Batuan yang dipakai untuk
memperkirakan umur bumi sama dengan dengan meteor atau tanah di bulan, yang
diasumsikan diciptakan pada waktu yang sama dengan bumi.
Sampel dari batuan ini
diasumsikan sebagai batuan yang tertua, dan digunakan untuk menentukan umur
bumi. Sesuai dengan data ini, umur bumi adalah 4,6 miliar tahun.
Ada
sejumlah test radiometrik mempergunakan prinsip ini : “material radiometer
berubah terhadap waktu.”
Bahan dari berbagai material setengah umur
dipergunakan untuk membuat perkiraan historis dari berbagai henis batuan.
Selain mempergunakan perubahan uranium-timah, digunakan teknik perubahan yang
lain seperti rubidium-strontium dan potassium-argon juga digunakan.
Ada juga
metoda yang lebih baru seperti jam fisi, thermoluminescence,
neodymium-samarium. Kebanyakan dari cara-cara itu sebelumnya digunakan untuk
menentukan umur.
Banyak
orang berpikir bahwa metoda penentuan umur ini menunjukkan bahwa segi ilmiahnya
tepat dan sesuai dengan hukum-hukumnya. Tetapi kenyataannya sangat banyak
kritik serius terhadap penentuan umur mempergunakan metoda ini.
Tes
radiometrik ini didasarkan pada beberapa asumsi, walaupun tidak ada landasan
yang bisa dipegang.
Pertama, supaya bisa mempercayai tes ini, harus dipahami
sungguh-sungguh bahwa tidak ada atom yang stabil di batuan mula-mula.
Contohnya:
Sebuah tes uranium yang bisa dipertanggungjawabkan hanya bisa dibuat
jika tidak ada timah di batuan itu. Jika sebelumnya batuan itu sudah memiliki
kandungan timah, maka umurnya akan diperkirakan jauh lebih tua. Dan tidak
mungkin bisa ditemukan apakah batuan mula-mula sudah memiliki kandungan timah
atau tidak.
Hal
kedua yang lebih penting adalah, menentukan lebih dahulu bahwa batu yang akan
diukur berada dalam sistem yang tertutup. Batuan ini harus terlindungi dari
efek-efek kejadian eksternal.
Contoh
terbaik dari jenis efek ini bisa ditemukan di penentuan umur dengan
potassium-argon. Metoda penentuan umur ini mengukur jumlah potassium yang
berubah menjadi argon dalam satu rentang waktu.
Jadi kita berpikir bahwa umur
batuan bisa ditentukan dari perubahan komposisi rasio potassium-argon yang
dimilikinya. Tetapi ada satu hal penting: Udara yang kita hirup berisi gas
argon dalam jumlah besar.
Gas ini, saat bebas, akan masuk ke dalam batuan dan
meningkatkan jumlah kandungan argon di dalamnya.
Sehingga umur batuan akan
diperkirakan jauh lebih tua dari kenyataannya.
Air
di dalam tanah juga membuat masalah yang penting. Air menyerap berbagai mineral
dan material radioaktif saat melewati kedalaman tanah.
Kemudian para
evolusionis memakai mineral yang ada di batuan ini untuk menentukan umurnya.
Ini menyebabkan masalah penting dan tidak bisa diabaikan dalam menentukan umur
batuan.
Supaya
tepat dalam memperkirakan umur sebuah sampel, tiga fakta di bawah ini harus
diperhatikan:
1.
Jumlah material radioaktif yang dimiliki oleh batuan mula-mula
2.
Jumlah atom stabil yang ada di batuan mula-mula
3.
Gas eksternal yang masuk ke dalam batuan.
Tenyata
sangat tidak mungkin mengetahui dengan tepat ketiga kenyataan yang ada di atas.
KASUS
PULAU SURTSEY
Beberapa
studi yang dilakukan para ilmuwan juga menyarankan bahwa test radiometrik yang
digunakan untuk menentukan umur tidak tepat seperti yang diperkirakan.
Satu
contoh yang cukup berharga adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah pulau
yang muncul dari letusan gunung api bawah laut di dekat Iceland tahun 1970.
Dengan berjalannya waktu, muncul berbagai makhluk hidup dan ekosistemnya di
pulau Surtsey.
Pulau
Surtsey Iceland dikatakan berumur ratusan juta tahun
Seorang
peneliti pada tahun 1975 ingin membuat tes untuk menentukan umur pulau ini
dengan mempergunakan teknik metoda potassium-argon. Umur pulau yang
diperoleh adalah satu miliar tahun!
Kenyataannya semua orang tahu bahwa pulau
itu baru berumur beberapa tahun. Ternyata gas argon telah memasuki batuan saat
pembentukan lava, dan mencapai jumlah yang besar yang mengakibatkan umur sampel
batuan yang diambil menunjukkan beberapa ratus juta tahun lebih tua.
Ada
beberapa contoh lain yang bisa diberikan:
-
Aliran lava bawah tanah yang diketahui berumur 20 tahun, dengan test
radiometrik dikatakan berumur 12-21 miliar tahun.
-
Umur lava yang meletus di Hawaii pada tahun 1.800, dengan test potassium-argon
dikatakan berumur 1-2,4 miliar tahun dan dengan metoda penentuan umur helium
dikatakan berumur 140-670 miliar tahun.
-
Umur danau garam Crater di Oahu Amerika, diperkirakan 92-147 juta tahun,
140-680 juta tahun, 930-1.580 juta tahun, 1.230-1.960 juta tahun, 1.290-2.050
juta tahun dan 1.260-1.900 juta tahun dari beberapa metoda tes rediometrik. Ini
jelas menunjukkan ketidak-akuratannya.
-
Beberapa pohon di Auckland, New Zealand yang ada di lapisan lava, diperkirakan
berumur 145-465 tahun. Padahal dengan mempergunakan tes Karbon-14, pohon yang
sama diperkirakan hanya berumur beberapa ratus tahun saja.
Dalam
banyak kondisi yang sama, diketahui bahwa test radiometrik memberikan hasil
yang keliru sampai ribuan bahkan jutaan tahun, dan menimbulkan pertentangan
yang keras di antara penggunanya sendiri.
Contoh
yang lain adalah sampel batuan bulan yang dikumpulkan oleh NASA. Tes
radiometrik menyatakan bahwa umur batuan itu antara 700 juta tahun sampai 28
miliar tahun. Ini membuktikan pengukuran umur dengan metoda itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena memberikan hasil dengan rentang waktu yang tidak
masuk akal untuk batuan yang sama.
TEST
KARBON-14
Karbon-14
sebenarnya termasuk jenis tes rediometrik. Tetapi ada karakteristik khusus yang
membedakannya dari yang lain.
Tes radiometerik yang lain hanya bisa digunakan
untuk menentukan umur batuan vulkanik, sedangkan karbon-14 bisa digunakan untuk
memperkirakan umur makhluk hidup, karena elemen radioaktif yang ditemukan di
dalam makhluk hidup hanyalah karbon-14.
Tes
karbon-14 untuk mengukur makhluk hidup
Bumi
secara terus-menerus terpapar dengan hujan cahaya kosmik dari luar angkasa.
Cahaya ini berbenturan dengan nitrogen-14 yang ada banyak di atmosfer dan
berubah menjadi elemen radioaktif, karbon-14.
Substansi baru yang dihasilkan
dari kombinasi karbon-14 dan oksigen di atmosfer membuat karbon-140, yang
merupakan jenis radioaktif yang lain.
Sebagaimana
diketahui, tanaman mempergunakan CO2 (karbon dioksida), H2O (air) dan udara
sebagai nutrisi.
Beberapa molekul karbon dioksida ini diserap oleh tanaman di
mana membuat molekulnya berisi kabon radioaktif, karbon-14. Tanaman
mengumpulkan bahan radioaktif di dalamnya.
Beberapa
organisme hidup makan tanaman. Beberapa makhluk hidup memakan makhluk yang lain
atau makan tanaman.
Mengikuti rantai makanan ini, karbon radioaktif yang
dihisap makanan dari udara disalurkan ke tanaman yang lain. Sehingga setiap
makhluk di bumi menghirup karbon-14 dalam jumlah yang sama yang ada di
atmosfer.
Saat
tanaman atau binatang mati, mereka tidak memperoleh karbon-14 karena tidak bisa
makan lagi. Karena karbon-14 adalah bahan radioaktif, dia memiliki
setengah umur dan mulai berkurang jumlahnya sejalan dengan waktu.
Jadi
berdasarkan hal itu, dengan mengukur karbon-14 di dalam tubuh tiap-tiap
makhluk, bisa digunakan untuk memperkirakan umur bumi.
Setengah-umur
dari karbon 14 adalah mendekati 5.570 tahun, yang berarti setiap 5.570 tahun
setengan dari jumlah karbon 14 yang ada di dalam makhluk hidup menjadi rusak.
Contohnya:
Jika ada 10 gram karbon-14 di dalam tubuh makhluk hidup 5.570 tahun
yang lalu, hari ini akan tinggal 5 gram.
Karena karbon 14 memiliki perioda
setengah-umur yang pendek, maka tidak bisa dingunakan untuk menentukan umur
dari sampel yang diperkirakan memiliki umur sangat tua seperti yang dihasilkan
oleh tes radiometrik. Diasumsikan bahwa tes karbon 14 memberikan hasil yang
bisa dipertanggungjawabkan untuk meneliti sampel antara 10 ribu sampai 60 ribu
tahun.
Seperti
sudah disebutkan, tes karbon 14 memiliki tempat yang berbeda dari tes
radiometrik yang lain, karena digunakan untuk menentukan umur makhluk hidup.
Karena itulah, tes karbon 14 sekarang ini paling banyak digunakan dibandingkan
teknik penentuan umur yang lain.
Tetapi tetapi ada kelemahan tes karbon 14,
seperti yang ditemukan pada tes radiometrik yang lain.
Satu
hal yang paling penting dari kenyataan ini adalah, sangat besar kemungkinannya
bahwa sampel yang sedang diukur umurnya, terpapar dengan gas eksternal.
Interaksi dengan gas-gas yang lain ini sangat mungkin terjadi melalui air
terkarbonasi atau bikarbonasi.
Jika air alam yang berisi karbon-14 ini mengenai
sampel yang diukur, maka elemen karbon-14 air tersebut akan masuk ke dalam
sampel.
Dengan kondisi ini, umur sampel akan menjadi lebih muda dibandingkan
yang sebenarnya.
Kebalikannya
bisa juga terjadi. Di bawah kondisi tertentu, jumlah karbon 14 yang ada di
sampel dapat menguap keluar membentuk karbonat dan bikarbonat. Dalam kondisi
ini, umur yang dihitung akan jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Pada
kenyataannya ada banyak temuan yang nyata yang menunjukkan tes karbon-14
tidak tepat. Sampel dari makhluk yang masih hidup, dites dengan karbon-14,
menunjukkan umurnya beberapa ribu tahun. Sedangkan sampel dari makhluk yang
baru saja mati menunjukkan umur yang jauh lebih tua dari yang sebenarnya.
Diketahui
bahwa tes karbon-14 yang dilakukan terhadap sampel yang telah diketahui
umurnya, biasanya memberikan hasil yang salah.
Contohnya:
-
Tes karbon-14 yang dilakukan terhadap anjing laut yang baru saja mati,
menunjukkan umur 1.300 tahun.
-
Umur dari tiram yang masih hidup adalah 2.300 tahun.
-
Tanduk rusa yang sama menunjukkan umur 5.340, 9.310 dan 10.320 tahun.
-
Kulit kayu pohon memberikan hasil 1.168 dan 2.200 tahun saat ketika diukur
dalam waktu yang bersamaan.
-
Di kota Jarmo Irak Utara orang-orang di sana hidup 500 tahun lalu, tetapi
dengan tes karbon-14 umurnya adalah 6.000 tahun.
Kenyataanya,
semua contoh ini mempelihatkan fakta bahwa tes karbon-14 juga tidak bisa
diterima keakuratannya seperti halnya tes radiometrik yang lain.
INDEKS
FOSIL
Sudah
disebutkan bahwa SATU-SATUNYA tes radiometrik yang bisa digunakan untuk
menentukan umur makhluk hidup hanyalah test karbon-14.
Sebagai tambahannya, tes
karbon-14 hanya bisa digunakan untuk menghitung sampel yang berumur kurang dari
60 ribu tahun.
Tetapi fosil yang dipelajari oleh para ilmuwan evolusionis dan
kita baca dari buku-bukunya, kadang-kadang berumur sampai jutaan tahun.
Jadi
bagaimana mereka bisa menentukan umur fosil-fosil tersebut?
Jawaban
terhadap pertanyaan ini akan terlihat menarik banyak orang yang menghadapi
masalah ini untuk pertama kali, karena angka-angka yang diberikan oleh para
evolusionis sangat mengesankan seolah-olah mereka metoda penentuan umur yang
benar-benar canggih.
Akan tetapi metoda penetuan umur fosil yang berikutnya,
yaitu metoda indeks, tidak disangka benar-benar mencengangkan.
Karena
tes radiometrik tidak bisa digunakan terhadap fosil, maka untuk menentukan umur
fosil para evolusionis melihat lapisan tanah dimana fosil itu ditemukan.
Metoda penentuan umur fosil dengan melihat umur lapisan tanahnya ini dinamakan
metoda “indeks fosil”.
Langkah
pertamanya adalah menentukan umur setiap lapisan geologis dengan menggunakan
metoda tes radiometrik. Kemudian fosil yang ditemukan di lapisan ini ditentukan
umurnya berdasarkan umur lapisan geologisnya.
Pada
kenyataannya ada sebuah masalah penting dalam hal ini yaitu : tes penentuan
umur batuan hanya bisa dilakukan terhadap batuan vulkanik. Batuan jenis ini
adalah batuan yang terbentuk dari lava yang keluar dari gunung berapi, membeku
dan berubah bentuk.
Jadi di dalam batuan ini sangat kecil kemungkinan bisa
ditemukan fosil karena proses pembentukannya. Makhluk hidup yang masuk ke dalam
lava panas akan habis terbakar.
Lapisan
batuan bumi
Lebih
jauh, hampir semua fosil berada di lapisan sedimen tanah atau tumpukan
bebatuan. Lapisan sedimen tanah ini bertumpuk melalui perubahan permukaan bumi
atau karena penyebab yang lain, menutupi permukaan makhluk yang mati ini.
Organ
lunak dari makhluk yang mati ini mulai membusuk dengan cepat. Hanya kerangka
yang tersisa. Dan kerangka ini menjadi keras dan membatu, menyerap kalsium dan
bahan-bahan lain dari sekitarnya.
Akhirnya hanya tersisa kerangka yang membatu.
Biasanya lapisan sedimen yang menutupi kerangka yang membatu ini terbuat dari
batuan garam, bertambah tebal sesuai dengan berlalunya waktu.
Saat lapisan ini
semakin tebal, tekanan meningkat dan lapisan-lapisan sedimen berubah menjadi
batu keras. Melalui proses ini, fosil dapat diawetkan untuk periode waktu yang
lama. Akan tetapi penentuan umur dengan tes radiometrik tidak bisa dilakukan
terhadap batuan ini.
Secara
singkat, ada sebuah pertentangan yang sangat mutlak yaitu: hanya batuan
vulkanik yang satu-satunya mungkin dipakai untuk memperkirakan umurnya, tetapi
hampir tidak pernah ditemukan ada fosil di dalamnya karena proses pembentukan
batuan vulkanik tersebut.
Jadi
kenyataannya, batuan yang berisi fosil tidak bisa ditentukan umurnya dengan
metoda apa pun!
Untuk
mengatasi masalah ini, metoda yang sangat menarik dipergunakan
diantara lapisan vulkanik, walaupun sangat jarang, kadang-kadang terdapat fosil
di antaranya.
Debu vulkanik atau material dingin yang terbentuk saat gunung
berapi meletus, menutupi permukaan makhluk hidup itu dan melindungi
kerangkanya.
Pada kondisi ini, penentuan umur lapisan debu vulkanik mungkin
untuk dilakukan. Umur dari lapisan debu sama dengan umur dari fosil yang ada.
Umur debu vulkanik yang diperoleh dengan tes radiometrik sama dengan umur
fosil.
Perkiraan umur fosil yang telindungi debu vulkanik itu sangat penting,
karena berikutnya itu digunakan untuk menentukan umur fosil-fosil lain di
lapisan yang sama.
Contohnya:
Fosil ikan Coelacanth pertama ditemukan di lapisan vulkanik, dihitung dengan
tes radiometrik berumur 300 juta tahun (makhluk dibawah air juga bisa
dipengaruhi oleh letusan vulkanik).
Fosil
ikan Coelacanth dikatakan hidup 300 juta tahun lalu
Berdasarkan
umur lapisan ini, umur ikan Coelacanth juga ditentukan berumur 300 juta tahun.
Umur 300 juta tahun cocok untuk Coelacanth karena ikan ini diperkirakan
merupakan bentuk perubahan ikan primitif.
Jika ada fosil manusia ditemukan pada
lapisan ini, maka para evolusionis akan berpikir bahwa mereka sudah membuat
sebuah kesalahan, karena bagi mereka tidak mungkin menemukan fosil manusia di
lapisan yang umurnya sangat tua menurut teori mereka.
Setelah
penemuan besar ini, semua fosil yang ditemukan di lapisan yang sama dengan ikan
Coelacanth ini juga diberi umur 300 tahun tanpa keraguan sedikit pun.
Selanjutnya ikan Coelacanth menjadi “indeks fosil” (fosil penentu umur). Jadi
ikan itu digunakan untuk menentukan umur batuan sedimen yang tidak mungkin
diukur dengan tes radiometrik.
Jika
kemudian ada ikan Coelacanth ditemukan pada lapisan tanah yang lain, maka
lapisan itu langsung diasumsikan mempunyai umur yang sama dengan ikan ini.
Indeks fosil ini juga biasa digunakan untuk menentukan umur fosil yang lain.
Akan
tetapi apa yang terjadi berikutnya, ikan Coelacanth yang diperkirakan berumur
300 juta tahun dan telah digunakan sebagai indeks fosil sejak lama, ternyata
ditemukan nelayan dalam keadaan hidup.
Kemudian anggota spesies yang sama juga
ditemukan dalam beberapa waktu selanjutnya mulai dari tahun 1938 sampai
sekarang.
Ikan
Coelacanth hidup banyak ditemukan sekarang ini
Ini
membuktikan bahwa makhluk ini (ikan Coelacanth) bukanlah bentuk transisi ikan
primitif, yang diperkirakan hidup 300 juta tahun lalu dan kemudian punah. Ikan
ini adalah ikan yang masih hidup sampai sekarang.
Berdasarkan kenyataan ini,
maka semua penggunaan umur fosil yang mempergunakan ikan Coelacanth sebagai
indeks fosil menjadi tidak berlaku lagi.
Kasus
ini menunjukkan metode indeks fosil dangat lemah dan tidak bisa dipertanggung
jawabkan.
Para evolusionis yang menghitung umur batuan dengan tes radiometrik
dan kemudian mempergunakan batuan ini sebagai indeks, ternyata terbukti tidak
tepat.
Ketika para evolusionis menemukan berbagai fosil dari makhluk yang sama
di tempat-tempat yang berbeda di seluruh bumi, lapisan di tempat makhluk itu ditemukan juga diterima memiliki umur yang sama tuanya.
Masalah
yang paling penting terletak pada kalkulasi spekulatif ini, yaitu asumsi adanya
evolusi makhluk hidup.
Karena, fosil yang diterima sebagai “indeks” ini
diasumsikan hidup pada masa purba dan berubah menjadi spesies lain. Akan tetapi
jika klaim terhadap terjadinya proses evolusi ini tidak diterima, maka semua
perkiraan umur ini tidak ada artinya.
Alasan
dari itu semua adalah, anggota dari spesies yang sama yang sebelumnya diterima
sebagai indeks fosil yang diperkirakan hidup berjuta tahun lalu, ternyata
ditemukan masih hidup sekarang ini tanpa ada perubahan bentuk. (seperti contoh
ikan Coelacanth).
Sebagai akibatnya, metoda indeks fosil ini tidak bisa
dipergunakan lagi sebagai penentu umur fosil yang bisa dipertanggungjawabkan,
dan juga berimbas pada pentuan semua fosil dengan umur yang sama di lapisan
batuan yang sama.
Sebagai
tambahan, telah terbukti bahwa test radiometrik yang digunakan untuk menentukan
indeks fosil sama sekali tidak bisa dipercaya kebenarannya.
Indeks
fosil ternyata digunakan untuk membagi lapisan bumi ke dalam bermacam kategori
sesuai dengan lapisan geologisnya.
Contohnya:
Lapisan yang berisi sebagian besar invertebrata dikatakan berasal dari “periode
cambrian”. Semua fosil yang ditemukan pada lapisan ini, juga dinamakan sebagai
makhluk priode cambrian.
Setelah
periode cambrian ini, sesuai dengan sudut pandang evolusionis, vertebrata dan
mamalia bergabung menjadi satu.
Jadi melalui asumsi ini disusun bukti dari
perkembangan evolusi pada catatan fosil.
Di asumsikan bahwa ada urutan
perubahan bentuk dari invertebrata menjadi vertebrata, bentuk primitif dan
menjadi moderen.
Akan tetapi, in bukanlah bukti yang sebenarnya untuk
memastikan terjadinya proses evolusi, karena hanya asumsi yang diambil setelah
teori evolusi diterima.
Sebuah
contoh kecil akan memperjelas kondisi masalah ini:
Setiap
orang yang menyelam dengan perlengkapan tabung udara di laut akan menjumpai
berbagai makhluk hidup yang sama dengan makhluk yang dikatakan oleh para
evolusionis berasal dari periode cambrian.
Dapat terlihat bahwa invertebrata
dan organisme yang tidak termasuk jenis crustacea hidup di dasar laut pada saat
yang sama sekarang ini.
Kemudian fosil yang tergolong pada periode cambrian
masih hidup dengan semua jenisnya sampai hari ini pada waktu yang sama.
Padahal, para evolusionis mempergunakan fosil dari makhluk ini sebagai indeks
fosil, menyatakan umur mereka miliaran tahun.
METODA
“PENENTUAN UMUR” YANG SULIT DITERIMA
Pada
pembahasan awal disebutkan bahwa metoda penentuan umur ditentukan dari
observasi (pengamatan) atas peristiwa awal yang terjadi yaitu dengan mengamati
kejadian-kejadian geologis pada rentang waktu tertentu, yang kemudian diterima
terjadi pada periode yang sama sekarang ini.
Berdasarkan prinsip ini, perkiraan
umur bumi bisa ditentukan.
Hal
yang paling menarik adalah, hampir semua metoda penentuan umur melalui
observasi kejadian alam memberikan hasil umur yang muda terhadap bumi.
Semua
angka yang dihasilkan, walaupun ditemukan ada sedikit perbedaan satu sama lain,
tetapi semuanya sangat kecil dibandingkan dengan umur bumi 4,5 miliar tahun
yang diterima oleh para evolusionis.
Hasil
yang paling penting dari teknik penentuan umur dengan observasi dan temuannya,
adalah seperti berikut:
1.
Umur komet
Ketika
sebuah komet mendekati matahari, gaya tarik matahari mulai menghancurkan
partikel-partikel kecil dari bintang ini.
Jadi “ekor” komet terbentuk dari
pecahan partikel ini. Karena perubahan bentuk ini, para ahli astronomi
memperkirakan bahwa umur komet antara 1.500 sampai 10.000 tahun.
Padahal
sekarang ini ada banyak sekali komet. Jika alam semesta berumur miliaran tahun
seperti yang diklaim, maka semua komet ini pasti sudah lama sekali mati.
Untuk
mengatasi masalah ini, kaum evolusionis berdebat bahwa ada “Awan Oort” yang
memproduksi komet di luar angkasa. Kenyataannya, ini benar-benar merupakan
klaim khayalan yang tidak memiliki dasar yang beralasan.
Keberadaan dari awan
jenis ini sama sekali tidak pernah dilihat. Di sini kita bisa melihat “cara berpikir
berputar-putar” yang lazim dibuat oleh para evolusionis. Dua argumen terpisah
dibuat lebih dahulu, kemudian digunakan untuk saling membuktikan keduanya.
Contoh
“cara berpikir berputar-putar” ini adalah dalam pernyataan mereka berikut ini,
“Alam semesta umurnya sangat tua, dan karena itu, ada sesutu yang memproduksi
komet berumur-pendek; dan karena adanya “sumber” yang membuat komet
berumur-pendek ini, maka alam semesta pasti sudah berumur miliaran tahun.”
2.
Endapan di dasar laut
Temuan
lain yang menunjukkan umur bumi lebih muda dari pada yang dikatakan para
evolusionis adalah dari pengamatan jumlah endapan yang terakumulasi di dasar
laut.
Dengan mengamati tumpukan lapisan di dasar laut setiap tahun, ternyata
menghasilkan perhitungan umur bumi yang masik sangat muda.
Susunan
lapisan endapan dasar laut
Peneliti
bawah air mengamati bahwa rata-rata tebal lapisan endapan di dasar laut adalah
700 meter. Luas lautan dan permukaan laut di bumi adalah 360,9 juta kilometer
persegi.
Akibatnya, semua lapisan endapan di lautan ada sebanyak 325 juta
kilometer kubik. Rata-rata berat dari substansi lapisan ini dihitung sekitar
2,3 gram per sentimeter kubik.
Dari semua perhitungan itu diperoleh hasil
perhitungan seluruh lapisan di dasar laut adalah seberat 748 juta kali miliar
ton.
Kemudian,
berapa waktu yang dibutuhkan dari semua jumlah itu terakumulasi di bawah laut?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat berapa banyak material lapisan yang
berpindah dari darat ke laut setiap tahunnya.
Dari hasil perhitungan bahwa
semua sungai bisa membawa 19.9 miliar ton lapisan per tahun.
Jumlah lapisan
yang ditinggalkan oleh pulau es dan daratan sekitar 2.2 miliar ton. Juga
diasumsikan bahwa 1,46 juta ton lapisan dihasilkan dari gunung api bawah laut
ke seluruh lautan.
Dan dihitung bahwa 0,06 miliar ton laposan dibawa oleh
angin. Jika semuanya dijumlahkan, diperoleh hasil 27,12 miliar ton lapisan yang
masuk ke dalam laut setiap tahun.
Untuk
menghitung berapa lama waktu uang dibutuhkan untuk membentuk lapisan bawah laut
sekarang ini, angka 748 juta kali miliar ton dibagi dengan jumlah lapisan per
tahun rata-rata 27,12 miliar ton.
Hasilnya adalah 11 juta tahun. Ini sangat
kontras dengan umur bumi yang diklaim oleh para evolusionis, yaitu 4,5 miliar
tahun.
Lebih
jauh, harus diperhatikan bahwa 11 juta tahun adalah kemungkinan umur maksimum
dari bumi.
Karena sangat masuk akal untuk berpikir bahwa jumlah lapisan yang
dibawa ke laut jauh lebih banyak terjadi di masa lampau, sehingga bisa jadi
sebagian besar lapisan di dasar laut berasal dari masa itu.
3.
Rasio konsentrasi garam di laut
Ada
sebuah material yang terus menerus berpindah dari darat ke laut. Berbagai jenis
logam, mineral dan garam yang ada di bebatuan akan luruh ke dalam laut seiring
dengan berjalannya waktu.
Jika diasumsikan bahwa semua material ini tidak ada
di laut pada saat terbentuknya bumi, kita bisa menghitung berapa waktu yang
dibutuhkan oleh semua material ini sampai sekarang ditemukan terakumulasi di
laut.
Tes
yang dilakukan terhadap berbagai material yang ada di laut menunjukkan waktu
yang dibutuhkan terakumulasi di laut pada masa kini, antara 100-300 juta tahun.
Dan ini kembali membuat klaim para evolusionis terhadap umur bumi 4,5 miliar
tahun, tidak berlaku.
4.
Medan Magnetis Bumi
Medan
magnetis bumi pertama kali diukur tahun 1835. Hasil pengukuran setelah itu
menunjukkan bahwa medan magnetis berkurang secara tetap. Dengan menghitung
pengurangan medan magnetis setiap tahun, dimungkinkan untuk menentukan berapa
besarnya medan magnetis bumi pada mulanya.
Berdasarkan perhitungan besaran
medan magnetis di bumi mula-mula, terlihat bahwa umur bumi tidak terlalu tua,
karena untuk mempertahankan struktur atmosfer bumi dan letaknya di orbit tata
surya, medan magent bumi memiliki batasan tertentu.
Kalkulasi
dengan menggunakan prinsip ini menunjukkan bahwa umur bumi tidak lebih dari 10
ribu tahun. Karena umur tertua dari medan magnetis bumi akan sebanding dengan
umur medan magnetis bintang.
Tidak mungkin bumi memiliki medan magnetis sekuat
yang dimiliki bintang yang bisa melakukan proses termonuklir untuk
mempertahankan medan magnetnya.
Para
evolusionis berargumentasi melawan teori ini, mengklaim bahwa ada sumber
listrik (“dinamo”) yang mempertahankan medan magnetis dari penurunannya secara
tetap, karena efek dari dinamo ini membuat rasionya tidak seimbang.
Namun,
teori dinamo ini sama sekali konsep khayalan dan tidak ada satu pun bukti yang
bisa mendemonstrasikan keberadaannya.
Pertama,
para evolusionis membuat dogma bahwa umur bumi tua, dan kemudian mereka membuat
klaim teori khayalan untuk mendukung keyakinan mereka.
5.
Populasi Manusia di Bumi
Sekarang
ini populasi penduduk bumi tiap tahun meningkat 21 %. Walaupun kita menerima
bahwa pada masa lampau tingkat kematian sangat tinggi dan rasio pertambahan
penduduk hanya 0,5%, maka dari perhitungan hanya tersisa dua orang manusia pada
4.500 tahun yang lalu.
Di lain pihak, jika manusia pertama hidup 1 juta tahun
yang lalu seperti yang di klaim para evolusionis, maka hari ini ada 10 pangkat
2.100 orang yang hidup di bumi, dengan perhitungan rasio kelahiran hanya 0,5%
per tahun.
Lebih
lanjut, klaim para evolusionis memiliki arti, ada miliaran orang telah hidup
selama jutaan tahun.
Kenyataannya, fosil manusia sangat jarang ditemukan,
memperlihatkan bahwa klaim para evolusionis ini tidak masuk akal.
6.
Gunung Berapi
Penelitian
yang dibuat terhadap jumlah air “muda” dan letusan lava dari gunung-gunung
berapi di dunia, menunjukkan bahwa umur bumi jauh lebih muda daripada yang
dikatakan oleh evolusionis.
Gunung
meletus
Dua
puluh persen cairan yang dimuntahkan oleh gunung berapi, terdiri dari air yang
terjebak di dalam bumi. Air ini dinamakan air “muda” (Juvenile), karena air ini
tidak pernah muncul ke permukaan bumi sebelumnya. Ini bisa diketahui dari
struktur kimianya.
Setiap
tahun, hampir selusin gunung api di dunia meletus. Jumlah dari air “muda” di
lava ini keluar sekitar satu kubik mil., di mana seluruh air di laut dan danau
adalah 34 juta kubik mil. Jika pada mulanya tidak ada air di permukaan bumi,
maka seluruh air di muka bumi ada setelah selama 340 juta tahun keluar dalam
bumi. Padahal menurut konsep dari evolusionis, laut terbentuk di bumi 1-2
miliar tahun yang lalu.
Rasio
dari magma yang keluar dari gunung berapi juga menyangkal klaim dari
evolusionis.
Diperkirakan magma sebanyak 0,8 km3 keluar ke permukaan bumi
setiap tahun. Sesuai dengan rasio ini, dalam waktu 4,5 miliar tahun, maka akan
banyak sekali terdapat lava di permukaan bumi melampaui semua dataran benua
yang ada.
Tidak
perlu disebutkan, semua lava ini akan membeku. Tapi ternyata tidak mungkin
magma sebanyak ini ada terkumpul di permukaan bumi.
7.
Lava Io
Io,
adalah satu satelit dari planet Jupiter, dengan ukuran yang sangat kecil. Akan
tetapi dari dari hasil pengamatan yang dilakukan, Io masih memiliki
gunung-gunung berapi aktif yang meletus dan memuntahkan lava dalam jumlah yang
besar. Ini menunjukkan bahwa benda angkasa itu tidak berumur miliaran tahun,
karena jika demikian dengan jumlah letusan gunung berapi di Io sebanyak ini,
seharusnya letusan ini sudah berakhir jutaan tahun yang lalu.
8.
Sejarah Peradaban Manusia
Seluruh
catatan sejarah mengenai umat manusia dan temuan arkeologis yang diketahui,
berumur tidak lebih dara beberapa ribu tahun yang lalu. Jadi masuk akal bila
dikatakan bahwa tidak ada ada informasi mengenai manusia sebelum 4,000 SM.
Sementara
itu para evolusionis menyatakan bahwa manusia modern sudah ada di bumi beberapa
ratus ribu tahun yang lalu. Terhadap hal ini, muncul pertanyaan:
“Mengapa
manusia modern hidup tanpa catatan apa pun yang bisa ditemukan selama ratusan
ribu tahun, kemudian tiba-tiba muncul lagi pada tahun 4.000 SM?”
Semua
kalkulasi alam dan metode observasi untuk memperkirakan sejarah bumi ternyata
menghasilkan umur bumi yang lebih kecil dibandingkan yang diklaim para
evolusionis.
Test
yang digunakan oleh evolusionis tidak seperti kalkulasi dan observasi berdasar
kejadian di alam, tetapi metode ini dibuat oleh mereka sendiri, berisi kriteria
yang ditentukan sendiri.
Akibatnya, metoda penentuan umur (tes radiometrik dan
indeks fosil) buatan mereka memberikan hasil perhitungan tepat sesuai dengan
yang mereka harapkan sebelumnya.
Tuhan
menciptakan alam dan isinya (Kejadian 1)
Bagi
orang yang percaya pada teori Penciptaan, umur bumi tidaklah begitu penting,
berapa pun umur alam semesta atau umur bumi, semuanya ada karena langsung
diciptakan satu persatu oleh Tuhan, bukan terjadi karena proses evolusi.
Sebaliknya
para evolusionis menyatakan teorinya bahwa alam semesta berumur 10 miliar tahun
dan bumi berumur 4,5 miliar tahun.
Mereka
juga membuat metoda sendiri (tes radiometrik dan indeks fosil) untuk
membuktikan teorinya. Stephen Hawking sendiri mengakui, “Waktu selama itu
(miliaran tahun) diperlukan untuk proses evolusi supaya bisa menghasilkan
sebuah makhluk yang cerdas.”
“Ya
Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa;
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu
semuanya itu ada dan diciptakan.” (Wahyu 4:11)
Percayakah
Anda Bumi Tercipta pada 22 Oktober 4004 SM?
Ussher
yakin bahwa bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul
18:00.
NEW
YORK, Para saintis
umumnya percaya bumi ini telah berumur sekitar 4,5 miliar tahun. Keyakinan itu
didapat berdasarkan bukti meterorit dan tingkat peluruhan molekular.
Namun
karena sains demikian rumit dan kerap membosankan, orang sering mencari cara
dan sumber lain untuk mengukur usia bumi.
Dan, hasilnya cukup mengejutkan,
kendati ada juga yang menganggapnya lelucon.
Lalu
berapakah usia bumi sebetulnya?
Salah
satu perhitungan yang kini banyak dibicarakan, sebagaimana dikisahkan oleh
Brian Palmer, kolumnis pada the Slate, (12/10), adalah yang dilakukan oleh
seorang bishop Irlandia yang hidup di abad 17. James Ussher, bishop itu,
mengatakan bumi ini tercipta pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 Sebelum Masehi
(SM) pukul 18:00.
Ussher
membuat perkiraan tentang hari penciptaan berdasarkan data kronologis
kisah-kisah di Alkitab.
Kemudian ia membandingkannya dengan peristiwa
bersejarah dalam peradaban.
Usshers antara lain menggunakan hari kematian Raja
Babilonia, Nebuchadnessar sebagai salah satu batu penjuru perhitungan. Kematian
itu terjadi pada tahun 562 SM.
Ia
juga memperhitungkan penafsiran atas berbagai data di alkitab. Antara lain,
Adam yang hidup selama 930 tahun, putranya Set yang hidup 912 tahun, Israel
menjalani pembuangan ke Mesir selama 430 tahun dan sebagainya.
Berdasarkan
berbagai data dan penafsiran itu, Ussher kemudian yakin bahwa bumi ini tercipta
pada tanggal 22 Oktober tahun 4004 SM pukul 18:00.
Uniknya,
berbagai perhitungan tentang usia bumi yang didasarkan pada kronologi kisah
Alkitab memang tidak jauh berbeda. Bila mengacu pada perhitungan yang dilakukan
oleh St Theopilus dari Antiokia pada abad kedua, bumi ini lahir pada tahun 5529
SM, atau hanya berbeda sekitar 1500-an tahun. Sedangkan menurut Joseph Juste
Scaliger dalam karyanya De emendatione temporum (1583), bumi ini tercpita
pada tahun 3949 SM.
Yang
agak mengejutkan, baru-baru ini, seorang evangelis dari AS, Paul Brown
melontarkan lagi perkiraan yang kontroversial. Dia mengatakan bumi ini sudah
berusia 9000 tahun. Sayangnya, ia tidak mengemukakan apa yang mendasari
perhitungannya itu.
Anda
mungkin bertanya, apa perlunya manusia merepotkan hari lahirnya bumi?
Jangan
kaget. Para teolog abad 17 dan sampai kini masih ada yang
meyakininya umumnya percaya bahwa Armageddon atau sering juga diartikan sebagai
hari kiamat, akan tiba jika usia bumi sudah mencapai 6000 tahun.
Maka usia bumi
tentu perlu diketahui untuk menaksir berapa lama lagi kira-kira masa kiamat itu
akan tiba. Sebagian orang akan mempergunakannya untuk bertobat, tetapi ada juga
yang memanfaatkan waktu untuk mengambil ancang-ancang untuk pindah ke planet
lain.
Yang
jelas, bila percaya pada perkiraan Ussher, Anda dapat bernafas lega, karena
Armageddon ternyata tak benar-benar terjadi. Sebab seharusnya ia sudah muncul
pada tahun 1996 lalu.
Sedangkan
bila Anda percaya pada Paul Brown dan kepada perkiraan para saintis, Anda makin
bisa bernafas jauh lebih lega. Sebab, jika bumi ini sudah berusia 9000 tahun
atau malah miliaran tahun, itu berarti ramalan tentang kedatangan Armageddon
sama sekali sudah ketinggalan zaman. Karena Armageddon seharusnya sudah terjadi
setidaknya 3000 tahun lalu.
Lain
halnya jika Anda memang benar-benar percaya akan adanya Armageddon tersebut.
Bila itu yang Anda yakini, seberapa pun usia bumi tak lagi penting.
Nah,
mana yang Anda yakini?
Minyak
Bumi Bukan Berasal Dari Fosil
Baru dapat info dari milist
alumni Teknik Mesin ITS tentang propaganda peak oil, dan beberapa fakta tentang
asal mula minyak bumi.
Hipotesa Asal Mula Minyak Bumi
Sejak Sekolah Dasar, kebanyakan dari
kita diajarkan bahwa minyak bumi termasuk sumber energi yang tidak bisa
diperbaharui dan akan habis suatu saat.
Selain itu, kita juga diajarkan bahwa
minyak bumi berasal dari fosil tumbuhan atau binatang purba yang mengalami
proses kimiawi dan geologis sehingga menjadi minyak bumi.
Namun satu hal
penting yang mungkin tidak diajarkan kepada kita tentang asal mula dan teori
dari ilmuwan tentang asal mula minyak bumi.
Hipotesis pertama
yang selama ini kita percayai diajukan oleh Mikhailo V. Lomonosov, seorang
cendekiawan besar Rusia, yang pada 1757 mengajukan sebuah hipotesis bahwa
minyak bumi berasal dari sisa-sisa makhluk hidup.
Menurut Mikhail Vasilyevich Lomonosov, minyak mentah akan terbentuk sangat lambat, karena berasal dari
sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah mati, melewati jutaan tahun terkubur
di bawah batuan, mengalami tekanan dan suhu yang luar biasa, lalu
mengubahnya menjadi minyak mentah.
Industri minyak bumi modern lahir 145
tahun yang lalu di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) ketika EdwinDrake sukses melakukan pemboran pertama minyak bumi di AS.
Kala itu hampir
tidak ada yang mengkhawatirkan berapa lama lagi perut bumi menyediakan
minyaknya untuk dambil?
Tetapi sejak produksi minyak di AS memuncak sekitar
1970, sejumlah ahli geologi, ahli ekonomi dan analis industri mulai
mempertimbangkan sebuah pertanyaan, berapa lama lagi pasokan minyak bumi dunia
bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat?
Jika melihat jumlah kendaraan
yang mengonsumsi bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi ini, juga industri
lain yang menggunakannya, bisa jadi minyak bumi akan habis dalam beberapa
dekade yang akan datang.
Kemudian dilakukan peninjauan ulang
hipotesis Lomonosov itu. Pada abad ke-19, hipotesis ini ditolak oleh seorang
geolog Jerman bernama Alexander von Humboldt, dan ahli kimia termodinamik
Perancis, Louis Joseph Gay-Lussac.
Menurut mereka, minyak bumi adalah materi
primordial (purba) yang memancar dari tempat yang sangat dalam, dan tak ada
hubungannya dengan materi biologis dari permukaan bumi.
Pakar kimia Prancis
Marcellin Berthelot adalah orang pertama yang melakukan percobaan yang
melibatkan serangkaian apa yang sekarang disebut sebagai reaksi Kolbe dan
menunjukkan bahwa minyak bumi bisa dihasilkan dengan melarutkan baja dengan
asam kuat tanpa melibatkan molekul atau proses biologis.
Ahli kimia Rusia,
Dmitri Mendeleev juga menguji dan menolak hipotesis Lomonosov. Mendeleev
menyatakan dengan jelas bahwa minyak bumi merupakan bahan primordial yang
keluar dari kedalaman yang jauh.
Dengan persepsi yang luar biasa,
Mendeleev membuat hipotesis tentang adanya struktur geologi yang ia sebut
“patahan dalam” (deep fault) tempat minyak bumi melaluinya dari kedalaman.
Pada 1951, dalam sebuah kongres geologi
minyak bumi, seorang geolog asal Rusia Nikolai A. Kudryavtsev mengajukan
teori asal-usul minyak bumi abiotik atau abiogenik, setelah menganalisis
hipotesis Lomonosov yang terbukti salah. Inilah untuk pertama kalinya teori
abiotik modern dicanangkan untuk mengganti teori konvensional.
Kudryavtsev tidaklah sendiri, dia
mendapat banyak dukungan termasuk dari para ilmuwan barat, seperti Thomas Golddan Dr JF Kenney. Bahkan Kenney bersama ilmuwan Rusia lainnya benar-benar
mampu membangun reaktor dan membuktikan minyak bumi bisa dihasilkan dari
kalsium karbonat dan oksida besi, dua senyawa yang melimpah di kerak bumi.
Baru-baru ini, para peneliti dari Royal
Institute of Technology di Stockholm, Swedia telah berhasil membuktikan
bahwa fosil-fosil dari hewan dan tumbuhan tidak lagi diperlukan untuk
menghasilkan minyak mentah.
Temuan ini begitu revolusioner karena sangatlah
berarti, di satu sisi akan memudahkan menemukan sumber-sumber energi, di sisi
lain sumber energi ini dapat ditemukan di seluruh dunia.
Vladimir Kutcherov,
profesor yang memimpin riset ini,telah melakukan simulasi suatu proses yang
melibatkan tekanan dan panas yang terjadi secara alami di lapisan dalam bumi,
proses yang menghasilkan hidrokarbon, komponen utama dalam minyak dan gas alam.
Menurut Kutcherov, penemuan ini mengindikasikan dengan jelas bahwa pasokan
minyak bumi tidak akan habis.
“Tidak ada keraguan bahwa penelitian kami
membuktikan bahwa minyak mentah dan gas alam yang dihasilkan, tanpa melibatkan
fosil. Semua jenis batuan dasar dapat berfungsi sebagai reservoir minyak,” kata
Vladimir Kutcherov kepada Science Daily.
Kutcherov pun mampu
membuktikan bahwa hidrokarbon dapat dibuat dari air, kalsium
karbonat dan zat besi. Ini berarti minyak bumi merupakan sumber
energi berkelanjutan dan terbarukan.
Proses abiotik untuk menghasilkan
minyak bumi dimungkinkan lewat proses yang disebut Fischer Tropsch, reaksi
kimia yang mengubah campuran karbonmonoksida dan hidrogen menjadi hidrokarbon
cair.
Proses ini dikembangkan dan dipatenkan pada tahun 1920, kemudian
digunakan selama Perang Dunia II oleh Jerman dan Jepang.
Fenomena Pulau Eugene
Pulau Eugene merupakan ladang minyak di
Teluk Meksiko, sekitar 80 mil lepas pantai Louisiana, AS. Lansekap kepulauan
ini terbelah dengan celah dan rekahan dalam yang spontan memuntahkan gas
dan minyak.
Ladang minyak ini ditemukan pada 1973 dan mulai memproduksi
sekitar 15.000 barel per hari. Pada 1989, aliran minyaknya berkurang menjadi
4.000 barel per hari.
Tetapi tanpa alasan logis apapun, secara tiba-tiba
produksinya meningkat menjadi 13.000 barel. Selain itu, taksiran cadangan
meroket 60-400 juta barel.
Ternyata ada patahan dalam yang tidak
bisa dijelaskan, dan minyak telah memancar dari suatu kedalaman yang tidak
diketahui sebelumnya, dan bermigrasi ke atas melalui batuan untuk mengisi
pasokan yang ada.
Dugaan kuat, minyak mentah yang baru, muncul dari sumber yang
berbeda, sumber yang tidak bisa dijelaskan. Perkiraan terakhir dari cadangan
minyak kemungkinan naik dari 60 juta barel menjadi 400 juta barel.
Baik ilmuwan
dan ahli geologi dari perusahaan-perusahaan minyak besar telah melihat bukti
dan mengakui bahwa ladang minyak Pulau Eugene mengalami pengisian ulang
sendiri.
Sumber minyak dari suatu kedalaman di
Pulau Eugene sangat mendukung teori Thomas Gold yang ditulis dalam bukunya The
Deep Hot Biosphere. Gold menetapkan,
“Minyak
bumi sebenarnya adalah aliran primordial terbarukan yang terus-menerus
diproduksi oleh bumi dalam kondisi panas dan tekanan yang luar biasa. Ketika
zat ini bermigrasi ke permukaan, ia diserbu oleh bakteri, sehingga minyak bumi
tampak seperti memiliki asal usul organik dari zaman dinosaurus.“
Sumber minyak di Pulau Eugene serta
gagasan Gold membuat insinyur perminyakan bertanya-tanya tentang situasi yang
sama di ladang minyak Timur Tengah yang tak ada habisnya.
“Timur Tengah memiliki lebih dari dua kali lipat cadangan minyak
dalam 20 tahun terakhir, meskipun setengah abad dieksploitasi dan penemuan baru
relatif sedikit,” ujar Norman Hyne, seorang profesor di
Universitas Tulsa, Oklahoma, AS. “Teori yang tak konvensional (teori
abiogenik ) tentunya akan berubah menjadi benar,” katanya.
Masa Depan Minyak Bumi
Tahun 1980-an OPEC memutuskan kuota
produksi minyak didasarkan pada jumlah cadangan yang ada di negara
masing-masing, semakin besar cadangannya maka semakin besar pula produksinya
.
Belakangan ini Arab Saudi melaporkan peningkatan cadangan minyak mentahnya
sekitar 200 miliar barel. stok Minyak Saudi aman dan berlimpah , kata para
pejabatnya.
Ada juga laporan bahwa Rusia telah
mengalami peningkatan yang jauh lebih besar pada cadangan minyaknya bahkan
melampaui Arab Saudi.
Mengapa Rusia mengumumkan hal ini jika Rusia percaya
bahwa cadangan minyak adalah terbatas? Tampak jelas bahwa Rusia telah siap
dengan produksi minyak tak terbatas di masa depan.
Jelas ada kontradiksi besar
antara teori keterbatasan minyak dengan fakta peningkatan cadangan minyak.
Tidak kebetulan kemudian bahwa Rusia,
yang memelopori penelitian ini kemudian melakukan serangkaian proyek penggalian
minyak bumi dengan kedalaman yang lebih jauh lagi 30.000 meter.
Bukti-bukti lain bahwa minyak adalah
bahan bakar abiotik (bukan fosil), dapat Anda pelajari dengan mencari informasi
di internet.
Dilansir dari berbagai sumber
Editor: Zainul Abidin