News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Bisakah Masker Kain Membendung Penyebaran Virus Corona?

Bisakah Masker Kain Membendung Penyebaran Virus Corona?

 
Foto: Ilustrasi
The Jambi Times, AMERIKA SERIKAT | Orang-orang di seluruh Amerika Serikat mengenakan masker  buatan sendiri dalam upaya untuk mengekang penularan virus corona.

Tetapi tidak ada data yang cukup untuk mengetahui dengan pasti apakah masker  kain seperti itu akan mencegah orang yang terinfeksi menyebarkan virus ke orang lain, kata para ahli.

Dalam menghadapi bukti bahwa virus corona dapat menyebar dengan berbicara dan bernafas, diatas batuk atau bersin, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan bahwa orang menutupi wajah mereka dengan kain ketika keluar didepan umum.

Kain dapat mengurangi tetesan pernapasan besar dari batuk atau bersin, tetapi tidak jelas apakah itu juga akan menangkap tetesan kecil yang disebut aerosol yang dilepaskan hanya dengan bernapas atau berbicara.

Masker kain, serta masker bedah, dirancang untuk melindungi orang lain dari penyebaran virus, bukan sebaliknya. Mereka yang terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19 dapat menularkannya kepada orang lain sebelum mereka mulai menunjukkan gejala.

Ketika masker dipakai sebagai kebiasaan umum, mereka bertujuan untuk mencegah orang yang tidak sadar bahwa mereka sakit tanpa sadar menularkan virus kepada orang lain. Mengenakan masker tidak dimaksudkan sebagai pengganti social distancing, mencuci tangan, dan upaya lainnya.

Tetapi ada beberapa penelitian yang mengevaluasi keefektifan masker kain dalam mencegah penyebaran penyakit pernapasan, para peneliti dari Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional A.S. menulis dalam surat 8 April kepada Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih.

Yang memang ada menunjukkan bahwa masker kain bisa menangkap tetesan pernapasan besar, seperti yang berasal dari batuk atau bersin.

Masker  yang terbuat dari berbagai jenis kain memiliki kemampuan luas untuk menyaring partikel berukuran virus, dengan pertukaran antara penyaringan dan kemampuan bernapas.

Dalam sebuah penelitian, masker yang menggunakan 16 lapis kain sapu tangan mampu menyaring 63 persen partikel berukuran 300 nanometer. (Coronavirus berdiameter antara 50 hingga 200 nanometer.)

Tetapi masker itu lebih sulit untuk dihirup dibandingkan dengan respirator N95 yang tebal dan pas, sering digunakan di rumah sakit, yang dapat memblokir partikel yang sangat kecil. Mengenakan masker kain dengan banyak lapisan akan terasa tidak nyaman dan mungkin menyebabkan sebagian pingsan, tulis para peneliti dalam surat itu.

Masker bedah agak kurang misterius. Masker tersebut dapat membantu mengurangi penularan influenza dan virus corona musiman yang menyebabkan pilek umum dari orang-orang yang memiliki gejala, para peneliti melaporkan  pada 3 April di Nature Medicine.

Para peneliti menghitung jumlah virus yang dihembuskan oleh peserta baik dengan atau tanpa masker bedah selama 30 menit. Masker  itu secara signifikan mengurangi jumlah virus influenza yang terdeteksi dalam partikel tetesan pernapasan, serta jumlah virus corona musiman di aerosol.

Terlepas dari seberapa baik mereka bekerja, keberhasilan kain atau masker bedah dalam melindungi orang lain tergantung pada apakah orang mengenakan perlengkapan dengan benar termasuk menyimpannya di tempat dan memastikan itu tidak terlalu basah.

Seperti yang dilansir sciencenews.Kelembaban, seperti saat bernafas, dapat menjebak virus didalam masker  dan menjadikannya sumber kontaminasi yang kuat ketika si pemakai melepasnya.

Meskipun bukti untuk masker kain jarang, petugas kesehatan harus tetap mendorong orang untuk memakai masker wajah, peneliti lain menulis dalam analisis 9 April di BMJ.

Perlindungan terbatas masih bisa menyelamatkan nyawa. “Seperti halnya parasut untuk melompat dari pesawat terbang, inilah saatnya untuk bertindak” tanpa menunggu bukti, kata para penulis.


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.