Ingin Makan Daging Kuda? Kunjungilah Festival Berkuda Turatea di Jeneponto
The Jambi Times, JENEPONTO | Kodim 1425/Jp akan menggelar Festival Berkuda Turatea dalam
rangka memperingati Hari Juang TNI AD atau biasa dikenal dengan Hari
Lahirnya Korps Infanteri. pada event yang akan digelar selama 3 hari
mulai tanggal 20 s/d 23 Desember 2019 bertempat di Pantai Karsut,
Jeneponto ini, ada sajian khusus kuliner daging kuda.
Hal
tersebut diungkapkan Komandan Kodim 1425/Jeneponto, Letkol (Inf) Irfan
Amir kepada pewarta media ini melalui saluran WhatsApp-nya, 1 Desember
2019. “Kegiatan ini sekaligus juga untuk mengekplorasi kearifan lokal
Butta Turatea Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, baik dalam hal
pacuan kuda maupun sisi kuliner daging kudanya,” ujar Irfan.
Adapun mata kegiatan yang akan digelar yakni:
1.
Tanggal 20 Desember 2019 akan digelar karnaval berkuda dengan
menampilkan kuda-kuada yang ditunggangi dengan menggunakan pakaian adat
dan pakaian pejuang yang menggambarkan budaya Jeneponto dan Hari Juang
TNI AD (Hari Infanteri).
2. Festival kuliner
dengan menu utama olahan daging kuda yang akan dilaksanakan pada esok
hari, 21 Desember 2019 dengan menampilkan masakan yang menggunakan
olahan daging kuda seperti Ganja (Gantala Jarang) dan olahan daging kuda
lainnya yang sudah familiar seperti coto dan konro. Dalam hal ini juga
akan ditampilkan olahan daging kuda lainnya yakni abon daging kuda,
dendeng daging kuda, dan rendang dari daging kuda.
3. Pacuan Kuda dilaksanakan [ada tanggal 22 Desember 2019 yang merupakan budaya masyarakat Jeneponto dari jaman dahulu.
Melalui
kegiatan festival berkuda ini, Kodim dan jajaran panitia ingin ikut
mewarnai dan memperkenalkan budaya Jeneponto di tingkat nasional, bahkan
di level dunia. Sebagaimana diketahui bersama bahwa satu-satunya daerah
pemakan kuda termasif (terbanyak) di dunia adalah masyarakat Kabupaten
Jeneponto.
“Kita boleh cari di belahan dunia
mana yang masyarakatnya bisa menandingi warga Jeneponto dalam hal
mengkomsumsi daging kuda,” kata Letkol Inf Irfan Amir sambil tertawa
kecil.
Dari informasi yang diperoleh selama
ini, bahwa masyarakat Jeneponto dalam sehari dapat mengkomsumsi kurang
lebih 20 ekor kuda/hari yang dimulai dari komsumsi orang per orang
secara individu sampai dengan sajian di warung-warung makan yang
menyajikan olahan daging kuda. Para pelancong yang datang ke Jeneponto
dapat melihat bagaimana olahan daging kuda itu dibuat di Jeneponto.
Mulai dari daerah perbatasan Kabupaten Jeneponto -Takalar sampai ke
perbatasan Kabupaten Jeneponto - Bantaeng, sebagian besar dari warung
makan yang ada menyajikan olahan daging kuda. Wujud kulinernya bermacam
ragam, seperti dibuat dalam bentuk coto, konro, dan abon.
“Secara
matematis, apabila masyarakat Jeneponto mengkomsumsi kurang lebih 20
ekor kuda per hari, maka perbulannya masyarakat di sini membutuhkan
kurang lebih 600 ekor untuk dikomsumsi. Pertahun dapat mencapai 7.200
ekor kuda,” jelas Irfan sambil tersenyum.
Berdasarkan
fakta tersebut, masyarakat Jeneponto mengklaim bahwa mereka merupakan
masyarakat termasif (terbanyak) di dunia dalam hal mengkomsumsi daging
kuda. “Silahkan lembaga Muri atau Guinness Book of Word Record mencari
dan mensurvei tempat di belahan bumi mana terdapat masyarakatnya yang
sama dengan masyarakat Jeneponto dalam hal mengkomsumsi kuda,” tantang
Irfan yang dikenal suka humor ini.