Surat Terbuka Abdulah Ben T.M Nurdin Untuk Ayah Angkatnya
ACEH | Surat terbuka yamg diterima oleh awak media dari salah satu warga Aceh yang saat ini masih bermukim di negara jiran 29 November 2018 jam 17.45 wib.
Surat yang ini dituju untuk sang ayah tirinya, bagaimana isi suratnya, ini isinya.
Surat terbuka untuk Senator Aceh H Sudirman.(Haji Uma ).
Yth.
Ayahanda kami ,H.Sudirman
Di
Propinsi Aceh,Indonesia
Surat terbuka untuk dirimu seorang Senator Aceh, H.Sudirman - haji Uma yang juga sebagai ayah bagi Semua warga Aceh yang ada provinsi Aceh maupun diluar negeri.
Suara hati yang sudah lama Ssya pendam dan selalu saya tulis dalam catatan harian namun tidak tahan hati ini ingin kutumpahkan semuanya walau itu salah, wajah dan ketegasan itu terilihat dari pancaran cahaya matamu, nafas dan suaramu mempunyai kekuatan besar yang akan membawa perubahan, kinerjamu memang tidak sebanding dengan dengan apa yang disebut Senator Aceh H Sudirman alias Haji Uma, perjalanan lima tahun terasa 1 hari bagi kami masyarakat Aceh Untuk Seorang Ayah Bagi kami di Provinsi Aceh yang respek terhadap Amanak negeri ini.
Nama saya Abdullah Ben T.M Nurdin yang lahir di Rawang Itek Dusun Tgk Umar Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, Saya lahir di perbatasan Aceh Utara, saat ini saya masih berada di negara jiran yang sudah sepuluh tahun meninggalkan keluarga untuk mencari sesuap nasi untuk saya kirin buat anak istri dan keluarga.
Kami tau kami belum cukup dewasa dengan apa yang kami lakukan, kami tahu kami belum layak untuk pergi dari kampong halaman, kami tahu kami tidak punya keahlian untuk menantang ombak besar dengan penuh rintangan, namun ingin kami sampaikan kami tidak punya ayah untuk kami mengadu,
kami sudah lama ditinggalkan oleh sang ayah sejak tahun 1990. Komplik yang berkepanjangan yang melanda kampong halaman kami waktu dulu melululantakkan hidup keluarga kami hingga kami menjadi anak yatim - piatu.
Kami harus mengadu nasib di negara orang walau pahit bagi kami untuk meninggalkan sanak keluarga yang kami cintai, rasa ingin tetap ingin dikampung halaman harus kami lawan untuk mencari segumpal nasi untuk kami berikan buat anak dan istri kami di kampong halaman, terkadang kami harus berjalan kaki untuk mengarungi laut luas untuk menantang maut. Hanya ingin sebuah nama baik menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab, memang ini adalah resiko yang harus kami tanggung dalam sebuah perjuangan dalam membahagiakan keluarga.
Ingin saya sampaikan rimba yang selama ini menjadi tempat kami berteduh, suara bising hanya kami dengar dari suara jeritan malam dirimba raya, memang banyak orang berkata, hujan itu akan membawa kesejukan namun itu hanya sebagai penguatan dalam hidup kami yang mengadu nasib di negeri seberang.
Tangisan anak dan istri adalah kekuatan hidup bagi kami, terkadang dada ini harus kami tekan untuk menahan rasa pahit yang kami rasakan mendengar jeritan seorang anak yang tidak berdosa yang belum tau apa harus menerima semua penderitaan yang setiap saat meneteskan air mata mengingat ayahnya yang sedang berjuang hidup di negeri orang.
Ini bukanlah rayuan yang saya tuliskan untuk mu sang Senator Aceh H. Sudirman (Haji Umar )namun ini adalah sebuah surat yang saya buat yang menjadi sebuah kekuatan bagi kami yang masih berada di negeri jiran Malaysia.
Catatan hidup kami di Malaysia terus kami tulis , tentang apa yang telah H.Sudirman berikan kepada daudara –saudara kami yang sama - sama berjuang hidup disini, akan terus kami ingat dan ini menjadi catatan penting bagi kami sebagai anak dan dirmu adalah ayah bagi kami yang saat ini masih di perantauan.
Koresponden: Muhammad