Marhaban, Ya Ramadhan!
Sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Di mana-mana ada ucapan
dan tulisan “Marhaban, ya Ramadhan”. Apa sih makna kalimat
itu?
THE JAMBI TIMES - Marhaban itu sebuah ungkapan yang biasa digunakan orang
Arab untuk menyambut kedatangan tamu. Makna harfiahnya adalah “keadaan
luas/lapang” (= keluasan, kelapangan). Sebagai ungkapan idiomatic,
artinya “selamat datang” (= welcome).
Bentuk kata kerja dasarnya adalah rahiba-yarhabu atau
rahuba-yarhubu. Artinya lebar, luas, dan sebagainya. Ketika dialihkan ke
pola få’ala-yufå’ilu (فعّل-يفعّل), menjadi rahhaba-yurahhibu, artinya adalah menerima atau
menyambut dengan baik.
Adakah upacara khusus yang dilakukan Rasulullah untuk
menyambut kedatangan Ramadhan itu?
Bila yang anda maksud adalah semacam ritus, setahu saya, tidak ada.
Nishfu Sya’ban
Waktu kecil, ketika masih tinggal di kampung, saya suka mengikuti upacara nishfu
Sya’ban yang diadakan di masjid atau mushalla. Apa yang dimaksud dengan
nishfu Sya’ban itu?
Nishfu Sya’ban artinya pertengahan bulan Sya’ban. Pada saat itu dilakukan
pembacaan Surat Yassin dan doa-doa. Orang-orang juga membawa berbagai wadah
berisi air putih. Mereka bilang, air itu bisa mencerdaskan otak, menjadi obat,
dan lain-lain, karena berkah dari Surat Yassin. Saya tidak pernah membaca bahwa
hal itu pernah dilakukan Rasulullah. Yang jelas, mereka yang terbiasa – selama
bertahun-tahun – meminum air tersebut, saya lihat tahun demi tahun tidak juga berubah
menjadi lebih cerdas dan sehat. Bahkan mereka juga tidak kunjung memahami surat
Yassin itu sendiri.
Lalu, apa yang dilakukan Rasulullah dalam kaitan
dengan bulan Sya’ban?
Berkhutbah, menguraikan keistimewaan bulan Ramadhan, yang tentu bersifat mengantarkan
umat beliau agar melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya.
Dan hal itu dilakukan beliau pada pertengahan
bulan Sya’ban?
Tidak. Justru pada akhir bulan itu. Berarti persis di ambang pintu Ramadhan.
Mengapa orang-orang sekarang ada yang melakukan
semacam upacara penyambutan Ramadhan di pertengahan bulan Sya’ban (nishfu
Sya’ban)?
Setahu saya, mereka mengadakan hal itu sebagai upacara “tutup buku”. Tutup
buku lama, buka buku baru. Tentu yang dimaksud adalah buku catatan amal.
Tapi, dalam upacara itu, mereka tidak membawa
buku catatan amal!
Yang mereka maksud adalah buku catatan amal yang ada di tangan malaikat.
Adakah keterangan yang menyebutkan bahwa buku
catatan amal itu dibuka dan ditutup sekali setahun?
Saya tidak tahu. Tapi dalam surat Al-Isra ayat 13-15 ada informasi begini: … Dan nasib setiap manusia kami tetapkan (gantungkan) di
lehernya, lalu akan kami keluarkan pada Hari Kiamat sebuah kitab dalam keadaan
terbuka. Bacalah kitabmu. (Kitab itu) sudah cukup bagi dirimu sebagai (sarana)
perhitungan. Siapa yang (sebelumnya telah) berusaha mendapatkan petunjuk
(Allah), maka sebenarnya petunjuk itu bermanfaat badi dirinya sendiri.
Sebaliknya, siapa yang sesat (menolak petunjuk Allah), maka sebenarnya ia
menyesatkan dirinya sendiri. Tegasnya, seorang penanggung beban tidak akan
menanggung beban orang lain; dan Kami (Allah) tidak akan tampil sebagai
pengazab sebelum mengutus seorang rasul.
Jadi, pada Hari Kiamat, kita akan diberi kitab
catatan amal, yang akan diberikan untuk kita baca sendiri?
Tampaknya begitu. Tapi harap diingat bahwa kitab itu agaknya berkaitan
langsung dengan kitab yang bisa kita temukan sekarang ini, di masa hidup kita
ini, yaitu kitab Al-Qurãn!
Artinya, catatan amal kita itu sebenarnya
seolah-olah kita buat sendiri, dengan mengacu pada Al-Qurãn?
Kalau anda sebut “mengacu”, berarti anda melakukannya secara sadar. Tapi,
sebenarnya, kita mengacu atau tidak, Al-Qurãn itu sudah dihidangkan sebagai
acuan amal kepada kita. Sehingga, seperti disebutkan dalam ayat di atas,
penurunan Al-Qurãn – pengutusan seorang rasul dengan membawa sebuah kitab,
adalah alasan bagi Allah untuk tampil sebagai Pengazab bagi yang mengabaikan
kitabNya.
Wah! Saya jadi ngeri.
Kenapa ngeri?Bukankah seharusnya kita
gembira, karena melalui kitabNya itu Allah memaparkan petunjuk bagaimana
caranya agar bisa bebas dari azabNya?
Ya, ya! Maksud saya, saya jadi ngeri kalau saya
termasuk orang yang mengabaikan kitab Allah itu.
Keistimewaan Ramadhan
Kembali kepada khutbah Rasulullah tadi. Bagaimana
sebenarnya bunyi khutbah beliau itu?
Menurut Ibnu Khuzaimah dalam (kitab hadits) Shahihnya, Salman r.a.
bercerita, “Pada hari terakhir bulan Sya’ban, Rasulullah berkhutbah kepada
kami, `Wahai manusia, kini telah membayang (dekat) kepada kalian bulan
yang agung, yang penuh berkah, yang di dalamnya terdapat satu
malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Inilah (Ramadhan) bulan yang Allah jadikan puasanya sebagai keharusan (faridhah)
dan shalat malamnya sebagai pilihan berdasar kerelaan (tathawwu’an).
Siapa yang dalam bulan ini melakukan taqarrub (pendekatan)
dengan sebuah amalan berdasar kebiasaan, maka nilai amalan itu sama dengan
menjalankan kewajiban di luar Ramadhan. Dan siapa yang menjalankan amalan wajib
di bulan ini, maka ganjarannya sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di
bulan selainnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan ganjaran
kesabaran adalah Jannah.
Bulan ini juga merupakan bulan simpati terhadap sesama.
Pada bulan inilah rejeki orang beriman ditambah. Siapa yang memberi makan
(berbuka) kepada orang berpuasa, maka hal itu menjadi penutup bagi
kesa-lahan-kesalahannya, juga merupakan pelindung dan pembebasan dari neraka,
serta ia pun mendapat imbalan sebagaimana pelaku puasa itu, tanpa sedikit pun
mengurangi imbalan pelaku puasa itu.
Kemudian kami (para sahabat Rasulullah) pun berkata, “Ya Rasulullah! Tidak
semua orang di antara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan untuk orang
lain berbuka puasa.”
Rasulullah menjawab, “Allah akan memberikan imbalan ini kepada seseorang
yang menyajikan pembuka puasa walau hanya sebiji kurma, seteguk air, atau
seisapan susu.
Inilah bulan yang sepuluh hari pertamanya
adalah rahmat, sepuluh hari pertengahnnya adalah maghfirah, dan sepuluh hari
terakhirnya adalah pembeasan dari neraka.
Siapa yang meringankan beban budaknya pada bulan ini, Allah mengampuninya
dan membebaskannya dari neraka.
Perbanyaklah empat hal di bulan ini. Dua hal darinya mendatangkan ridha
Tuhanmu, dan dua hal lagi kamu pasti membutuhkannya. Dua hal yang pertama
adalah syahadat lã ilãh illallahu dan istighfar sebanyak mungkin.
Sedangkan dua hal yang kamu butuhkan adalah mengharapkan masuk sorga dan
terhindar dari neraka. Dan siapa yang memberi minum kepada orang yang (berbuka)
puasa, maka Allah akan memerinya minum dari (telaga?) Haudh, yang dengan sekali
minum saja dia tidak akan merasakan lagi haus sampai ia masuk sorga.
Wah! Anda sudah mengungkapkan sebuah Hadis yang
panjang dan kaya informasi.
Benar. Dan mungkin ada juga di dalamnya butir-butir informasi yang masih
perlu dijelaskan. Ya. Tapi satu pertanyaan sudah terjawab dengan jelas melalui
Hadis ini. Yang dilakukan Rasulullah pada akhir bulan Sya’ban – bukan
pertengahan bulan Sya’ban – ternyata adalah memberikan penjelasan tentang
keistimewaan bulan Ramadhan.(ah)