Sikap Rasulullah Pada Bulan Ramadhan
Marhaban Ya Ramadhan (2)
Selain hadis yang anda
sebutkan sebelum ini, adakah hadis-hadis lain yang berhubungan dengan bulan
Ramadhan?
Ada. Dalam CD yang berisi hadis Kutubu Tis’ah,
yaitu kumpulan sembilan kitab hadis, terdapat 1009 hadis yang berhubungan
dengan Ramadhan. Dari jumlah sekian itu, 1-135 terdapat dalam Shahih Bukhari,
136-243 dalam kitab Muslim, 244-305 dalam kitab Tirmidzi, 306-418 dalam kitab
Nasa’i, 419-503 dalam kitab Abu Daud, 504-556 dalam kitab Ibnu Majah, 557-912
dalam kitab Ahmad, 913-965 dalam kitab Malik, dan 966-1009 dalam kitab
Ad-Darami.
Wah! Banyak sekali ya!? Masalah apa saja yang dibicarakan dalam
Hadis-Hadis itu?
Sangat bervariasi; selain juga banyak hadis yang membahas
masalah-masalah yang sama dengan susunan kalimat (redaksi) yang sama, atau agak
sedikit berbeda.
Saya masih penasaran dengan masalah penyambutan kedatangan bulan Ramadhan.
Selain hadis tadi, adakah hadis-hadis lain yang berhubungan dengan penyambutan
bulan Ramadhan?
Ada Hadis Muslim, dari narasumber Aisyah, mengungkapkan bahwa Rasulullah
adalah orang yang selalu bersungguh-sungguh (serius), dan beliau menjadi lebih
serius lagi pada bulan Ramadhan.
Apakah itu berarti bahwa Rasulullah tidak pernah bercanda atau bersantai?
Bukan begitu! Ada beberapa hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah juga
suka bergurau. Tapi Hadis Muslim tadi mungkin bermaksud mengatakan bahwa
Rasulullah adalah orang yang tidak pernah lalai, tidak suka berleha-leha.
Bagaimana gambaran keseriusan beliau di bulan Ramadhan?
Saya belum mendalami semua hadis-hadis yang saya sebutkan tadi. Tapi
dalam kitab Al-Bukhari ada hadis yang menggambarkan satu hal yang khusus
berkaitan dengan diri pribadi Rasulullah. Bunyinya seperti ini:
‘Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan ia menjadi lebih
dermawan lagi pada bulan Ramadhan, bulan kedatangan Jibril untuk menemuinya.
Pada bulan Ramadhan, Jibril menemuinya setiap malam untuk menemaninya
mempelajari Al-Qurãn kepadanya. Maka karena itulah Rasulullah saw
sunguh-sungguh menjadi orang yang lebih dermawan dari hembusan angin (udara).’”
Hadis ini mengungkap tiga rahasia. Pertama
bahwa Rasulullah saw adalah orang yang dikenal para sahabatnya sebagai orang dermawan.
Kedua, malaikat Jibril ternyata datang menemui
Rasulullah setiap malam pada bulan Ramadhan, sementara pada bulan-bulan lain
hanya datang pada waktu-waktu tertentu, yaitu untuk menyampaikan wahyu.
Kedatangan Jibril setiap malam pada bulan Ramadhan, seperti terungkap lewat
hadis ini, agaknya punya tujuan yang berbeda dari biasa, yaitu dalam rangka
menemani belajar Al-Qurãn. Ini jelas terungkap melalui kata yudãrisu (يُدَارِسُ
) yang digunakan dalam teks hadis. Ketiga,
ternyata pada bulan Ramadhan itu Rasulullah menjadi lebih dermawan dari
biasanya.
Bahkan kedermawanan beliau itu digambarkan seperti ‘hembusan angin’.
Seperti hembusan angin? Apa maksud perumpamaan itu?
Bayangkanlah bahwa anda sedang merasa gerah, kepanasan di suatu tempat,
lalu tiba-tiba berhembuslah angin sepoi-sepoi basah …
Wah, nikmat luar biasa!
Selain itu, ingat juga bahwa angin itu tidak berhembus hanya untuk anda,
tapi untuk semua orang.
Wah, wah! Itu perumpamaan yang hebat untuk menggambarkan bahwa Rasulullah
memang rahmatan lil-‘alamin, bukan?
Ha-ha! Benar sekali! Tapi harap diingat bahwa Rasulullah menjadi
rahmatan lil-‘alamin itu bukan karena harta yang didermakannya, yang tentu
jumlahnya sangat terbatas.
Lantas karena apanya?
Karena ajaran yang diamanahkan kepadanya. Al-Qurãn! Dan bila Al-Qurãn
ini diibaratkan angin, ingatlah bahwa ‘angin’ ini pada kenyataannya tidak
membuat sejuk semua orang. Kebanyakan orang malah merasa dibuat ‘gerah’
olehnya.
Wah, anda bisa saja! Tapi, kelihatannya … ya … benar juga sih.(ah)