Siapa Yang Membiayai ISIS?
ISIS didaulat sebagai kelompok teroris paling kaya di dunia dengan dana jihad diperkirakan sekitar 2 miliar US Dollar. Dari mana uang tersebut berasal?
The Jambi Times - Sekitar 500 miliar Dinar atau setara dengan 5 Triliyun Rupiah lenyap
dari Bank Sentral Irak cabang Mosul ketika gerilyawan ISIS merebut kota
di utara tersebut. Pengamat meyakini, kelompok Islam militan itu kini
mengantongi dana jihad sebesar dua miliar US Dollar. Dari mana uang
sebesar itu berasal, hingga kini belum jelas.
Pemerintah Irak menuding Arab Saudi mendukung perang yang dilancarkan
ISIS. "Kami menanggap Arab Saudi bertanggungjawab," atas dukungan
finansial dan moral yang didapat ISIS, kata Perdana Menteri Nuri
al-Maliki.
Amerika Serikat yang juga sekutu dekat Riyadh menepis tudingan sang
perdana menteri. Ucapannya itu "tidak tepat dan menghina," kata Jen
Psaki, Jurubicara Kementrian Luar Negeri AS di Washington.
Duit dari Teluk?
"Tidak ada bukti kuat yang melandaskan keterlibatan pemerintahan sebuah
negara dalam pembentukan dan pendanaan ISIS sebagai organisasi," kata
Charles Lister, Peneliti di Brookings Doha Centre.
Sebaliknya Günter Meyer yang memimpin Pusat Kajian Arab di Universitas
Mainz, Jerman, tidak meragukan adanya kucuran uang dari negeri jiran.
"Sumber keuangan terbesar sejauh ini adalah negara-negara di Teluk,
terutama Arab Saudi, tapi juga Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab," kata
Meyer.
Kepentingan negara-negara teluk bermazhab Sunni pada keberadaan ISIS
sejatinya untuk meruntuhkan kekuasaan Presiden Basyar Assad di Suriah,
lanjut Meyer. Sepertiga penduduk Suriah termasuk golongan Sunni.
Sementara negeri di tepi Golan itu dipimpin oleh minoritas Syiah
Alawiyah.
Peran Arab Saudi
Saat ini pemerintah Arab Saudi pun menyadari bahaya yang ia tuai.
"Penduduk Arab Saudi mewakili kelompok terbesar di antara gerilyawan
ISIS. Jika mereka pulang, akan muncul ancaman bahwa mereka lantas
merongrong pemerintah di Riyadh," kata Meyer.
Menurutnya aman untuk berasumsi bahwa kucuran dana dari Arab Saudi akan
terus berlanjut, "bukan dari pemerintah, tapi dari penduduk yang kaya."
Sumber dana kedua buat ISIS adalah ladang minyak di utara Suriah. "ISIS
memahami untuk segera menguasai sumber rejeki ini. Mereka membawa minyak
mentah ke perbatasan Turki untuk kemudian dijual," ujar Meyer.
Senjata Berkualitas dari Pasar Internasional
Serupa dengan pendapat Charles Listeri dari Brookings Doha Center.
Menurutnya ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. "ISIS
berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran
dana sumbangan." Sebagai contoh ia menyebut pemerasan sistematis di
Mosul.
"Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan
besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah setempat," kata Lister.
"Selain itu diduga organisasi ini mengambil uang pajak di kawasan yang
dikuasainya, misalnya di Raqqa, timur laut Suriah.
ISIS, menurut Meyer, akan menggunakan uang tersebut untuk membeli
persenjataan. Ketika merebut kota Mosul, kelompok teror itu juga menyita
senjata dan kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat. "Dengan uang
yang ada, mereka akan mudah membeli senjata berkualitas di pasar
internasional."(dw.com)