News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Pribumi Indonesia

Pribumi Indonesia


Siapakah pribumi di Indonesia?

THE JAMBI TIMES - JAMBI - Perdebatan mengenai istilah pribumi menjadi hangat belakangan ini dengan adanya polemik penggunaan kata "pribumi" dalam pidato Gubernur DKI Jakarta yang baru saja dilantik. Polemik ini seolah-olah mengangkat isu SARA yang merupakan isu yang sangat rentan di negara dengan keragaman bahasa, agama dan suku bangsa seperti Indonesia.

Memahami kata "pribumi"di Indonesia tentunya kita harus memahami sejarah bangsa ini dimulai semenjak bangsa ini mulai ada.

Pada dasarnya Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang tergolong dalam rumpun melayu yang merupakan kelanjutan dari ras Indo Mongoloid yang merupakan ras dengan warna kulit kekuningan.
Indo Mongoloid merupakan ras kuning yang melakukan perpindahan dari Babilonia bergerak ke arah timur masuk ke daerah Mongolia, kemudian China, Korea, Jepang, Okinawa yang kemudian memasuki gugusan kepulauan Polinesia dan Melanesia di sebelah Timur sampai tenggara Indonesia dan benua Australia.

Percampuran antara etnis yang mendiami wilayah polinesia dan melanesia inilah yang membentuk rumpun melayu yang kemudian dikenal sebagai Bangsa Indonesia.

Terbentuknya bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Indonesia itu sendiri tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sekitar 1 abad sebelum masehi, di wilayah Indonesia sudah ada penduduk yang merupakan ras kuning, sebelum masuknya bangsa India yang membawa ajaran Hindu.

Bangsa Indonesia awal merupakan ras kuning seperti halnya etnis China, Korea, Jepang, Indochina dan lain sebagainya. Mereka inilah yang merupakan bangsa yang pertama kali mendiami wilayah Indonesia dengan pandangan hidupnya berupa pandangan hidup animisme dan dinamisme. 

Semenjak Abad I Sebelum Masehi, mulai masuk bangsa asing pertama ke wilayah Indonesia yaitu Bangsa India Keling yang terdesak oleh Bangsa Arya yang memasuki India dari Babilonia sekitar Abad III SM. 

Bangsa India Keling ini merupakan ras negroid dengan warna kulit hitam dan rambut keriting. Mereka membawa ajaran Hindu ke Indonesia dengan sistem kastanya.

Dengan masuknya India dengan ajaran Hindunya, terjadi pertarungan peradaban antara bangsa asli (pribumi) dengan bangsa pendatang (India Keling). Dalam pertarungan tersebut dimenangkan oleh India dengan Hinduismenya yang membuat bangsa asli yang tidak mau memeluk Hinduisme harus terdesak ke pedalaman. Sementara itu, mereka yang menerima Hinduisme menjadi pandangan hidup yang baru kemudian berbaur dan membentuk ras campuran (kuning + hitam). 

Masuknya India kemudian diikuti oleh Bangsa China dengan membawa ajaran Budha sekitar Abad V Masehi. Benturan antara Budhisme dan Hinduisme dengan dinamika ilmu yang setara (Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya) membuat keduanya membagi wilayah kekuasaan dimana India dengan Hinduisme di Pulau Jawa, sedangkan China dengan Budhismenya menguasai Pulau Sumatera. 

Bagi penduduk pribumi Indonesia yang tidak mau menerima Hinduisme dan Budhisme maka terdesak ke pedalaman membentuk suku-suku terbelakang seperti Suku Anak Dalam atau Suku Kubu di pedalaman Riau dan Jambi. 

Abad VII Masehi mulai masuk Bangsa Arab yang membawa Islam, yang kemudian dilanjutkan dengan masuknya Islam melalui Aceh (Samudra Pasai) pada Abad XI dan Pulau Jawa melalui Wali Songo pada Abad XIII. Sepertihalnya Bangsa India dan China sebelumnya, Bangsa Arab yang masuk ke Indonesia juga merupakan pendatang dimana pada waktu itu percampuran (Indo) antara penduduk asli (ras kuning) dengan India (ras hitam) dan China (ras kuning) merupakan penduduk pribumi, sedangkan penduduk pribumi sebenarnya sudah terlempar dari peradaban menjadi suku-suku terpencil di pelosok-pelosok wilayah yang tidak terjamah oleh yang lain.

Dengan datangnya Bangsa Arab dengan membawa ajaran Islam, terjadi pertarungan peradaban antara bangsa pendatang dengan bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dulu mendiami wilayah Indonesia. 

Dalam pertarungan peradaban ini, Bangsa Arab dengan Islam-nya memenangkan pertarungan peradaban terbukti dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam hampir di seluruh Nusantara.
Sementara itu, bagi mereka yang tidak mau harus terdesak ke pedalaman seperti Suku Badui di Banten dan Suku Tengger di Jawa Timur.

Abad XVI Masehi masuk bangsa Eropa yang merupakan ras putih (Eropid) menjajah Bangsa Indonesia sekaligus membawa ajaran Kristen dan pola pikir Barat-nya. 

Sepertihalnya dengan datangnya bangsa-bangsa sebelumnya, pada saat Bangsa Barat masuk ke Indonesia, juga terjadi pertarungan peradaban yang dimenangkan oleh Barat. 

Hal ini dibuktikan dengan pola pikir dan gaya hidup Barat yang mendominasi Bangsa Indonesia sekarang ini dibandingkan pola pikir yang masuk sebelumnya.

Namun demikian, seluruh pola pikir atau budaya, baik itu animisme, dinamisme, hindu, budha, Islam, dan Kristen (Barat), bercampur membentuk budaya Bangsa Indonesia sekarang ini yang majemuk merupakan percampuran berbagai etnis dan ras yang Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia sendiri merupakan negara yang dibentuk berdasarkan semangat persatuan dan kesatuan yang dimulai dari Ikrar seluruh elemen bangsa dalam Sumpah Pemuda. 

Begitupun dengan ideologi bangsa merupakan perwujudan cita-cita persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu PANCASILA yang tercantum dalam UUD 1945.

Jadi rasanya janggal kalau saat ini kita meributkan permasalahan “pribumi dan non pribumi” karena baik secara etnis, maupun secara pola pikir, bangsa ini adalah percampuran dari berbagai unsur yang membentuk Indonesia yang majemuk. 

Kalaupun mau disebut pribumi, rasanya hanya bisa dialamatkan kepada mereka yang masih hidup di tengah-tengah hutan sekarang ini yang tidak mau bersinggungan dengan budaya yang dibawa oleh bangsa-bangsa pendatang semenjak Abad I Sebelum Masehi.

Perdebatan terjadi hanya karena dipengaruhi oleh keberpihakan politik dan kultus pribadi yang akhirnya melupakan esensi hidup ini untuk saling menghormati dan menghargai orang lain.

Padahal dalam setiap ajaran apapun, diharamkan (tidak dibenarkan) untuk saling bergunjing akan kejelekan orang lain apalagi diikuti dengan bahasa cacian dan makian. 

Kita wajib mengingatkan, namun bukan untuk melecehkan atau menjatuhkan orang lain, apalagi dilakukan dengan berbagai hinaan dan cacian.

Berpolitiklah dengan santun karena walau bagaimanapun, yang berbeda pandangan politik dengan anda adalah saudara anda sebangsa dan setanah air. Cinta bangsa adalah bagian dari Iman (Hubbul Wathon Minnal Iman).(budi abc/berbagai sumber)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.