News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Pembuat Ikan Asin Gulung Tikar Akibat Kenaikan Harga Garam

Pembuat Ikan Asin Gulung Tikar Akibat Kenaikan Harga Garam

THE JAMBI TIMES - KUALA TUNGKAL -Kenaikan harga garam beberapa waktu lalu berdampak juga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 

Hal ini dirasakan langsung oleh pembuat ikan asin di Kuala Tungkal, khususnya yang berada di kampung nelayan.

Naiknya harga garam kini seperti buah simalakama bagi pembuat ikan asin di Kuala Tungkal. Bila menghentikan produksi mereka terancam akan kehilangan pelanggan.

Verawati, pembuat ikan asin dari Kampung Nelayan mengakui jika untuk saat ini mereka benar-benar tertekan.

Karena, dengan kenaikan harga garam, maka keuntungan mereka semakin tertekan. Sementara mereka tidak bisa untuk menaikan harga ikan asin produksi mereka.

“Memang untuk saat ini kami benar-benar tertekan. Tidak membuat ikan asin lagi, nanti pelanggan akan pergi. Sementara bila tetap produksi, boleh dibilang kita bisa tidak untung sama sekali,”ungkapnya.

Verawati mengakui bila proses pembuatan ikan asin itu sendiri sangat membutuhkan garam.
Dan pembeli di Kuala Tungkal lebih menyukai ikan asin yang asin dibandingkan ikan asin tawar.
Sedangkan dirinya sendiri belum ada keinginan untuk beralih ke ikan asin tawar.

“Untuk daerah kita ini masyarakat lebih senang dengan ikan asin dibandingkan yang tawar. Makanya kita lebih suka memproduksinya,”ungkap Verawati.

Untuk saat ini meski tetap memproduksi ikan asin, tetapi hasil yang diterima sudah tidak seberapa.
Sementara dirinya harus menanggung biaya pembelian bahan baku, kemudian garam dan upah untuk pengolahan ikan. Sebab, dirinya tidak mengerjakan semuanya sendiri.

Bahan baku ikan yang akan dibuat menjadi ikan asin dibelinya langsung dari nelayan.
Lalu, untuk pengolahannya, seperti memilah jenis ikan dan membelahnya dibantu oleh empat orang. Keempat orang itu sengaja dibayar untuk membantu setiap pembuatan ikan asinnya.

“Harga ikan sampai saat ini masih biasa, upah yang kita pekerjakan juga masih sama. Tetapi untuk pembelian garam ini yang naik 100 persen,”terangnya.

Ikan asin yang dibuatnya dari ikan jenis gulama, ikan duri, dan sembilang.
Ikan gulama itu sendiri, biasanya lebih dikenal dengan istilah ikan asin kepala batu. Pengolahannya, ada yang dibiarkan bulat dan ada yang dibelah. 

Biasanya ikan asin gulama yang dibelah bila berukuran agar besar. Sedangkan yang kecil-kecil dibiarkan bulat.

“Modal ikan kita beli Rp. 4.000/kg. Sedangkan yang kecil kita beli Rp. 1.500/kg.
Lalu garam, kalau dulu Rp. 3.500/ bungkus, sekarang sudah Rp.7.000 belum lagi upah yang membersihkan dan membelah per kg Rp. 800,”ungkap Verawati.

Sementara itu mereka sendiri harus menjual produksi ikan asin mereka ke penampung dengan harga berbeda-beda.

Untuk ikan asin Gulama yang dibelah dan ukurannya agak besar dijual Rp. 14.000/kg. Ikan asin gulama bulat kecil Rp. 5.000/kg,sedangkan ikan asin duri, Rp. 25.000 dan ikan asin sembilang Rp.20.000

“Bila dihitung seluruhnya per kg hanya untung Rp.1.200 bahkan bisa hanya Rp. 800.
Sementara kita harus lagi menjemur sampai kering atau kalau situasi agak lembab, kita terancam rugi, karena ikan bisa tidak kering dan berulat. Itu kita tanggung sendiri,”terangnya.

Maka dari itu, Verawati sendiri mengaku ada keinginan untuk mengurangi produksi. Akan tetapi, bila itu dilakukan dirinya bisa-bisa tidak dipercaya lagi oleh penampung. Sebab, bila penampung membutuhkan pasokan ikan asin, dirinya harus siap. Jika tidak, penampung bisa mencari ke pembuat ikan asin yang lain. (***)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.