PHBS Terintegrasi Tingkatkan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Ngada*
The Jambi Times, JAKARTA | Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Keluarga Sadar Gizi, dan Rumah Sehat adalah program Kementerian Kesehatan yang implementasinya kurang optimal. Sebab, program-program itu sering dilaksanakan secara parsial. Melihat hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, berinovasi untuk mengintegrasikan ketiganya menjadi satu program yakni PHBS Terintegrasi.
Bupati Ngada Paulus
Soliwoa menjelaskan, perilaku sehat dan tidak sehat pasti dilakukan
setiap individu dalam keluarga. Karena itu, fokus dan lokus peningkatan
kesehatan seharusnya diarahkan kepada keluarga. “Dengan demikian kita
butuh data profil keluarga sehingga kita mengetahui secara pasti apa
yang dapat dilakukan di setiap keluarga,” jelas Paulus, dalam tahapan
presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB), beberapa waktu lalu.
Paulus
menjelaskan, pembangunan sektor kesehatan desa sudah digalakkan sejak
tahun 2010 dengan paradigma “Membangun Ngada dari Desa”. Alasannya, 80
persen penduduk Ngada tinggal di daerah pedesaan. Inovasi PHBS
Terintegrasi semakin memperkuat paradigma dan program tersebut.
Agar
inovasi ini dapat dilaksanakan dengan optimal, pemkab melengkapinya
dengan aplikasi yang dinamakan APL PHBS Terintegrasi. Dijelaskan,
aplikasi ini mampu mengolah data menjadi informasi secara cepat dan
akurat. Aplikasi tersebut juga didukung data kependudukan, pendidikan,
pekerjaan, hak politik, riwayat penyakit, dan golongan darah.
Data
hasil pengkajian di-input ke dalam APL PHBS Terintegrasi, dan secara
otomatis diolah menjadi informasi akurat berbentuk profil keluarga,
profil desa, kecamatan, hingga profil kabupaten. Informasi itu bisa
digunakan oleh semua sektor sebagai dasar intervensi kepada keluarga dan
masyarakat. “PHBS Terintegrasi memungkinkan semua orang mengenali
masalah kesehatan secara _by name, by address_, dan _by problem_,” jelas
Paulus.
Inovasi ini mulai diuji coba pada
2015, dan dievaluasi internal pada tahun 2016. Hasilnya, dari 24.361
keluarga yang menjadi objek survei, keluarga yang melaksanakan program
PHBS sebanyak 2.759 (11,33 persen). Penyebab utama tidak terlaksananya
PHBS adalah masih ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah.
Setelah
inovasi ini dijalankan secara utuh, terjadi peningkatan jumlah keluarga
ber-PHBS. Dari 11,33 persen menjadi 56,87 persen pada tahun 2018.
Peningkatan rumah sehat juga terjadi kenaikan dari 70,32 persen pada
2017, menjadi 88,26 persen pada 2018. “Dengan sistem ini kami akan
menemukan keluarga mana, jiwa mana yang perlu dibantu,” imbuh Paulus.
Pengembangan
dan usaha untuk mentransfer inovasi ini pun dilakukan. Kedepannya,
aplikasi ini juga bisa diakses melalui _smartphone_. Saat ini, sedang
dipelajari dan dikembangkan agar inovasi ini bisa langsung menentukan
titik koordinat keluarga yang butuh bantuan.
Meski
digunakan di daerah Ngada, sistem ini tak terbatas letak geografis.
Pada September 2017 sistem ini telah dipresentasikan oleh Bupati Ngada
dalam Kongres Nasional ke VII Promosi Kesehatan, dan para inovator telah
diundang ke Kabupaten Fakfak Papua Barat untuk mempresentasikan sistem
dan aplikasi ini. Paulus menegaskan, inovasi ini tidak diperjual
belikan dan boleh digunakan di mana saja. “Harga inovasi ini adalah bisa
berguna bagi banyak orang,” tegas Paulus. (don/HUMAS MENPANRB)
