News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Mengupas Istilah Kata IMAN Secara Ilmi-ah Dan Detail.

Mengupas Istilah Kata IMAN Secara Ilmi-ah Dan Detail.


Selamat membaca & menyerap se-tanggap2nya.

Bismillahirrahmanirrahiim,..

1). Arti Kata.
Perkataan “Iman” ( iimaanun ) adalah masdar dari kata kerja “aamana” ( …….. ) = kata kerja Telah – “Yu’minu”
 (………. ) = kata kerja Lagi – “mu’minun” (…………. ) = kata Pelaku. Dan untuk sementara kita artikan “Iman” saja.

Dengan demikian maka “aamana” berarti telah ber-Iman, “Yu’minu” berarti Sedang/ lagi ber-Iman, dan “Mu’minun” berarti yang ber-Iman.

Dilihat dari teori pembentukannya maka kata kerja “aamana” ( ….) adalah kata kerja Empat Huruf yang mendapatkan tambahan Satu Huruf( sulasi-majid ).

Ilmu Sharaf (Teori bentuk kata) memberikan dua kemungkinan tentang pembentukan “aamana”. Kemungkinan pertama pembentukannya itu adalah dari Kata-kerja Tiga Huruf Pokok ( sulasi mujarrad ), yaitu dari “amuna” (………) atau “amana”

( …..) atau “amina” (…..), sehingga “aamana” (………..) disini berarti percaya, teguh atau tenang.
Kemungkinan kedua adalah dari kata-Benda, yaitu “Iman” ( …………), yang oleh Hadits Ibnu Majah menjelaskan, “Al Imaanu aqdun bilqolbi wa ikraarun billisaani wa amaalun bil-arqaan” yang artinya “Iman ialah tambatan hati yang menggema kedalam seluruh ucapan dan menjelma kedalam segenap laku perbuatan”-46). Dan masing-masing dari kedua kemungkinan ini akan memberikan konsekwensi ruang-lingkup pengertian yang begitu berbeda dan tajam kepada istilah “Iman”.

2). Ruang Lingkup Iman.

Hadits Ibnu Majah, riwayat Thabarani dan Bukhari-Muslim diatas sudah membuktikan bahwa ruang lingkup “Iman” mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.

Ketiga-tiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti Kebudayaan dan peradaban-47). Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan penilaian dan pandangan, misalnya Matahari berputar tetap pada sumbunya ………..-48) dsb., kita simpulkan menjadi Pandangan Hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku-perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup. Dengan demikian maka Hadits tersebut diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi “Iman ialah pandangan dan sikap hidup”-49).
__________________
46). Berbeda dengan riwayat Ibnu Majah (aqdun bilqolbi ) maka riwayat Thabrany mempergunakan mata, sedangkan Bukhari-Muslim mempergunakan.

47). Bandingkan Bowman, Sosiology Pengertian dan Masalah, hal ……

Ruang Lingkup “Iman ialah pandangan dan sikap hidup” ini, dengan perkataan lain, oleh Surat Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :

Artinya : “Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain dari Allah (selain Al-Quran msR-NYA) menjadi pembina pandangan dan sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah msR-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-IMAN (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al Quran msR-NYA) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah msR-NYA. Dan jikalaulah yang berlaku Dzulumat msS itu sudi melihat (dengan pandangan al Quran msR) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan Dzulumat msS Satu siksa nestapa. Bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah msR-NYA secara bulat. Dan Allah dengan pembuktian al Quran msR-NYA adalah pembalas kehidupan sangat jahat ataspilihan Dzulumat msS biadab”.

Dengan demikian maka istilah “Iman ialah pandangan dan sikap hidup” sama dengan “sangat rindu untuk hidup” atau “dipuncak kerinduan” atau dilambung cinta/ rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al Quran) msR-NYA. Dan sebagai perbandingan, guna memperoleh satu penghayatan yang kongkrit, ambil saja contoh: sepasang Pemuda dan Pemudi (atau masing-masing kita sendiri yang sudah berumah tangga, selagi dalam proses berumah tangga), yang sedang dilanda asmara atau dilambung cinta, yaitu ingin hidup berumah tangga yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal yang demikian kadang-kadang juga disebut “mabuk asmara” atau “gila asmara/ cinta”. Tetapi dimaksud yang terakhir ini pasti bukan gila yang mengandung arti sakit saraf. Demikianlah konsekwensinya jikalau kata kerja,” aamana ,yu’minu , iimaanan , mu’minun ” pembentukan bentuk katanya adalah alternatif dari Isim (Kata Benda) yaitu menurut Hadits yang kita sitir diatas. Dan hal ini pasti akan bertolak belakang terhadap alternatif pembentukannya dari kata kerja Tiga Huruf Pokok.
Sudah……..
_____________________
48). Surat Yasin ayat 38 – 40 dan bandingkan dengan Coper Nicus dan Galileo.
49). Bandingkan Adinegoro, Enseklopedi Indonesia, Jakarta 1954, hal 168 : “Idiologi : Pandangan hidup, dasar pendirian, dasar paham tentang kehidupan manusia, ……………..”. Dapatkah istilah “Idiologi” itu senilai dengan “Iman”?.

Sudah kita petik Alkitab Perjanjian Baru, “Iman……percaya”, begitu Doctor Hamka, demikian pula dengan M. Hasbi Ash Shiddiqy, dan Syekh Muhammad Abduh. Kesemuanya, dari satu sudut, adalah repesentatip dari alternatif bentuk kata “Iman” dari Tiga Huruf Pokok sehingga berarti, “Iman ….Percaya”, jadi bukan dari Hadits atau tidak menurut Sunnah Rasul.

Dari sudut yang lain, seperti juga yang sudah kita petik pada halaman 3 diatas, M. Hasbi Ash Shiddiqy menggusur dan merobek totalitas gaya-hidup-50), yaitu “Iman ialah Pandangan dan sikap hidup”, sehingga “Aqdun bil qalbi” (af- idah), aspek pokok
dan paling vital untuk kehidupan “Iman”-51) menjadi hanya sekedar satu cabang atau satu ranting belaka. Sebaliknya “Ad Dinul”, salah satu dari sekian cabang-cabang “Iman” diputar balik menjadi pokok atau batangnya, sehingga menjadilah sejenis pohon ajaib, yaitu pohon kehidupan yang berakar tunggang dengan cabang atau rantingnya dan berpucuk dengan akartunggangnya-52).
 3. Nilai dan Harga Iman.

Dimaksud dengan “Nilai” menurut istilah ekonomi ialah: Kemampuan yang membikin sesuatu menjadi sedemikian rupa. Seperti, misalnya satu liter beras yang mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapar dan atau membikin kenyangnya dua orang dalam satu waktu tertentu. Sifatnya berlaku objektip, yakni tidak tergantung kepada mau atau tidak maunya manusia (yang bersifat subjektip) terhadap yang demikian. Yaitu suka atau tidak sukanya manusia maka ujudnya, seperti beras bernilai yaitu mempunyai kemampuan yang demikian, tetap berlaku demikian. Dari itu maka “Nilai”, seperti contoh beras ………………
____________________
50). Hubungkan dengan Surat Nahl ayat 78 dengan kesimpulan Surat Balad ayat 8 – 10 dan bandingkan dengan Foot not 47).
51). Ingat kembali Hadits:“Alaa inna fil jasadi…………”.
52). Bandingkan dengan Surat Ibrahim ayat 26, Surat Thahha ayat 120.
53). Idul Fitri Kembali Hidup menurut Sistem Zakat, Bandung 1969, halaman 62.
54). Surat Baqarah ayat 2.
beras dimaksud, mengandung sajian alternatip objektip-55).

Dan masalah “HARGA”, juga menurut istilah ekonomi, “ialah jumlah yang orang sedia mengorbankannya untuk mendapatkan “Nilai”.

Misalnya orang mengorbankan uangnya sejumlah dua ribu rupiah kepada pedagang beras dari mana dia terima satu liter beras.

Uang dsb, yang berfungsi menjadi alat penukar, hanya berharga, tetapi harga itu sendiri tidak mengandung nilai yang dimaksud diatas. Misalnya, jikalau seseorang makan lembaran uang yang berharga seribu rupiah itu saja maka yang demikian itu tidak mempunyai kemampuan untuk menghilangkan laparnya dan atau membikin dia menjadi kenyang dalam satu waktu tertentu. Dari itu maka “Harga” hanyalah pengganti “Nilai”. dan sifatnya “Harga” berlaku subjektip, yaitu tergantung pada suka atau tidaknya manusia. Dengan demikian maka “Harga”, seperti pada contoh pembelian beras tersebut diatas, mengandung sajian alternatip Subjektip”-56).

Jadi “Nilai Iman” ialah kemampuan isi Iman untuk membikin pendukung/ penyanjung-nya menjadi menuut apa yang di gambarkan/ dijanjikan oleh isi atau materi Iman, yakni Al-Quran MsR, “Didunia menjadi Hasanah dan di-Akherat Hasanah”-57). 

Sebaliknya“Harga Iman” ialah Jumlah yang harus dikorbankan untuk mendapat Iman atau menjadi Mukmin, yaitu mengorbankan segenap dirinya (nafsun, jamaknya anfus, subjektifismenya) dan segenap harta kekayaannya menjadi milik Allah, sehingga dia itu menjadi hamba atau abdi kehidupan menurut Allah yaitu menurut petunjuk Allah, yakni Al-Quran msR-NYA, untuk mencapai jannah atau hasanah-58). Dan orang yang demikian dinamakan Mutawakkilun-59). Dan Allah berfungsi Wakilun atau Waliyun-60).

Diatas sudah dibuktikan “Iman” ialah “Pandangan dan Sikap hidup”. “Pandangan dan Sikap hidup” apa atau menurut apa..?.

Perkataan “Iman” ini sendiri tidak mampu menjawab pertanyaan yang demikian. Arti perkataan Iman tidak akan menjadi sempurna kecuali jikalau kepadanya itu ditambahkan atau dihubungkan dengan perkataan lain. Artinya “Nilai” dan “Harga” Iman ditentukan oleh suatu yang lain. Dengan kata lain, maka perkataan “Iman” belum bernilai dan belum berharga kecuali dia diikat atau digandeng dengan sesuatu yang lain, yaitu Ajaran atau ILMU.
Dan sebagai…….
__________________
55). dan 56). Ingat kembali foot not 19), terutama mengenai istilah “alternatip-objektip” dan “alternatip-subjektip”.

57). Surat Baqarah ayat 201, Surat Nahl ayat 122, yang berkaitan dengan Surat Bani Israil ayat 7 dsb.

58). Surat Taubah ayat 111, dalam kaitannya dengan Surat 7, dsb.

59). Surat Ali Imran ayat 122 dan 160, Surat Yusuf ayat 67, Surat Ibrahim ayat 12, Surat Zumar ayat 38 dsb.

60). Surat Baqarah ayat 257, Surat Ali Imran ayat 68, Surat Nisa’ ayat 44, Surat An’am ayat 102, Surat Nisa’ ayat 80 dan 170, Surat Bani Israil ayat 65, dsb.

Dan sebagai bukti dapat kita ajukan antara lain Surat Baqarah ayat 4; demikian :

Artinya :“(Yang dinamakan Muttaqin) yaitu yang hidup berpandangan dan besikap dengan yang telah diturunkan menurut Sunnah anda (Al quran Menurut sunnah Muhammad saw), yakni yang sama dengan yang telah diturunkan menurut Sunnnah Rasul-rasul sebelum
Sunnah anda-61), dengan mana mereka meyakini mencapai tujuan terakhir (hasanah didunia dan hasanah diakhirat) dalam keadaan bagaimanapun”-62).

Dengan pembuktian ini menjadi jelas bahwa “Nilai” dan “Harga” dari perkataan “Iman” ditentukan oleh “yang telah diturunkan menurut sunnah anda (Al Quran menurut Sunnah Muhammad saw)”.
Sebaliknya Al Quran memberi “Nilai” dan “Harga” kepada “Iman” ini tidak hanya dengan Al Quran menurut Sunnah Rasul saja, tetapi bahkan dengan sembarang ajaran apapun. Sebagai bukti untuk yang demikian dapat kita ajukan antera lain Surat ‘Ankabut ayat 51 menegaskan, demikian :

Artinya :“(Tegaskan, hai Muhammad/ orang ber-iman : ) “Cukuplah Allah dengan pembuktian al Quran msR-NYA, menjadi pemberi kesaksian diantara saya yang hidup berpandangan dan bersikap dengan yang demikian dan kalangan kalian yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat msS, Dia (Allah), dengan al Quran msR-Nya, yang meng-IlMU-i segala kehidupan organis dan biologis dan begitu kehidupan budaya / sosial. Dan mereka yang hidup bepandangan dan bersikap dengan ajaran batil, yaitu mereka yang bersikap negatip terhadap ajaran Allah (Al Quran msR-Nya)niscaya mereka yang demikian adalah yang hidup rugi/ perusak kehidupan dimana sajapun”.

Arti “ajaran bathil” oleh Surat Nisa’ ayat 51 menjelaskan demikian :

Artinya :“Tidakkah kalian melihat, dengan pembuktian Al Quran msR ini, terhadap mereka yang telah mendapat nasib kehidupan sial dari para ahli Kitab-63) ……….
________________
61).Hubungkan a.l. dengan Surat Syura ayat 13, Surat A’la ayat 18 dan 19, dsb.
62).Kadang-kadang perkataan “Iman” ini dihubungkan dengan kata sandang ilallah, billah, minallah, alallah, dsb., kesemuanya sama berarti menurut Allah yaitu al Quran msR.

…, para ahli kitab-63), mereka hidup berpandangan dan bersikap menurut ajaran Idealisme dan Naturalisme-64). Dengan mana mereka berkata kepada yang, atas pilihan Dzulumat msS, bersikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya bahwa dibanding dengan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah msR-Nya, mereka itu memiliki sistim kehidupan yang lebih ilmiah adanya”. S . Nisa’ ayat 51. “ Yang demikian itu adalah mereka yang, atas pilihan aduk2-an Nur Dzulumat msS, oleh Allah dengan pembuktian Al Quran msR-Nya, telah melaknatkannya. Sehingga siapapun yang oleh Allah, dengan pembuktian Al Quran msR-Nya, telah melaknatkannya maka pasti akan kalian dapati, bagi mereka yang demikian itu, kelak tidak ada yang mau mengikutinya”- S. Nisa’ ayat 52.

Lebih lanjut arti “ Thogut “, yang kita terjemahkan menjadi Naturalisme, oleh Surat Baqarah ayat 257 menjelaskan demikian :

Artinya :“Allah, dengan Al Quran msR-Nya, adalah pembimbing mereka yang hidup berpandangan dan bersikap menurut yang demikian, yang membebaskan mereka dari pengaruh Dzulumat msS menuju kehidupan Nur (Al Quran) msR. Sebaliknya mereka yang, atas pilihan Dzulumat msS, bersikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya maka pembimbing mereka itu adalah Thaghut, yang memutar balik meraka dari Nur msR menuju Dzulumat msS. Mereka yang demikian itu adalah pendukung kehidupan yang, bagaikan si-jago merah, memusnahkan segala dimana mereka terus menerus demikian dalam keadaan bagaimanapun”.

Dari pembuktian-pembuktian diatas dapat disimpulkan bahwa al Quran msR memberikan “Nilai” dan “Harga” Nur msR dan atau “Nilai” dan “Harga” Dzulumat msS. Surat Bani Israil ayat 9 – 11 memperjelas masing-masing ini, yaitu “Nilai dan harga” Nur msR menghasilkan satu kehidupan indah, sebaliknya Dzulumat msS menghasilkan kehidupan jahat/ celaka, demikian:

Artinya :………
________________
63).Hubungkan a.l. dengan Surat Baqarah ayat 79, 83 – 86; Surat Bani Israil ayat 4 – 7; dsb. Dari itu maka semua yang aduk2an, yang menganggap budaya itu pancaran jiwa, kita golongkan kedalam pola Idealisme.

64).Bersambung ke foot not hal .16.

Artinya : “Sesungguhnya al Quran msR ini memberi pedoman kearah satu kehidupan yang lebih tangguh yaitu menghamparkan satu kehidupan gembira untuk Mu’min yang berbuat tepat, bahwa bagi mereka yang demikian adalah, satu imbalan kehidupan agung tiada
tara”-65).

– Surat Bani Israil ayat 9.

“Dan sesungguhnya yang tidak mau hidup berpandangan dan bersikap menurut yang demikian untuk satu tujuan terakhir-66), niscaya KAMI, bagi mereka yang demikian, atas pilihan Dzulumat msS, akan menimpakan satu kehidupan azab lagi perih tiada
tara”

– S. Bani Israil ayat 10.

“Dan manusia (terhadap alternatip-objektip dari al Quran msR ini) dipersilahkan melakukan alternatip-subjektip dengan Dzulumat msS dengan satu kehidupan celaka atau dengan Nur msR dengan satu kehidupan bahagia! Dan adalah manusia itu keburu nafsu dalam pilihan hidupnya”

-S. Bani Israil ayat 11.

Dengan demikian maka “Nilai dan Harga” Iman diperinci menjadi Iman yang bernilai dan berharga “Hasanah” yakni al Quran msR dan “sayyi-at”-67) yaitu ajaran-ajaran batil yakni penyalah gunaan Dzulumat msS. Surat Bayyinah ayat 1 membuktikan tentang penyalah gunaan ini, demikian :
Artinya : “Tidak adalah mereka yang atas pilihan Dzulumat msS, melakukan berbagai pandangan dan sikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya yang terdiri dari para Ahlul Kitab dan pendukung Naturalisme (yang hidup dualisme dengan Dzulumat msS) kecuali menjadi penyalah guna dan atau pengaduk Dzulumat msS, setelahnya mereka mendapat satu pembuktian Ilmi-ah dari Allah msR-Nya yang demikian patah”-68).

Dengan pembuktian-pembuktian tersebut diatas maka “Nilai dan Harga” Iman kita rumuskan menjadi Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Allah (Al-Quran) msR-Nya dan atau dengan ajaran-ajaran Bathil msS.

Dan arti dari “Nilai Iman” disini ditekankan kepada Ilmu atau Ajaran, seperti Ilmu atau ajaran Allah yakni Al Quran, yang mampu membangun pendukungnya kedalam posisi yang dijanjikan nya yaitu “Hasanah didunia dan di Akhirat”. Sebaliknya Ilmu dan Ajaran-ajaran Batil menjerumuskan pendukungnya kedalam kehidupan jahat. “Harga Iman” ditekankan kepada “Sunnah……………………………….
__________________
64). Hubungkan a.l. dengan Surat Ali Imran ayat 14, dengan kesimpulan “ Mata’ul hayaatiddun’yaa “, surat An’am ayat 29

Surat Jatsiyah ayat 23; dsb.

65). Hubungkan lagi dengan Surat Ali Imran ayat 64 : Kalimatin sawain dalam bentuk kongkritnya “Kal jasadi………………..”

66). Ingat kembali Surat Baqarah ayat 201 : Hasanatan fiddun’ya wa fil aahirati, dengan kesimpulan Surat Kautsar ayat 1.

67). Surat Baqarah ayat 168 dan 169; dsb.

68). Hubungkan dengan Surat Baqarah ayat 75, 213, Surat Ali Imran ayat 105, Surat Syura ayat 14, Surat Jatsiyah ayat 16; dsb.

“menurut Sunnah Rasul dan yang mendukungnya”-69), yaitu jumlah yang telah mereka korbankan dari seluruh hidupnya hingga mencapai mukmin-70), atau “msS”, yaitu jumlah yang telah dikorbankan oleh pendukung Dzulumat menjadi Dzalim yakni pengrusakan
diri dan kehancuran materi dalam kehancuran segenap kehidupan-71).

Untuk lebih memperjelas tentang sifat, jenis dan hakikat dari “Harga Iman” maka mari kita petik kembali Surat Taubah ayat 111, demikian :

Artinya :“Sebenarnya Allah, dengan al Quran msR-Nya, telah membeli dari mukmin (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan al Quran msR) dirinya (termasuk ke-akuannya) dan seluruh harta kekayaannya (menjadi milik Allah) dengan bahwa bagi mereka yang demikian itu berhak atas jannah (satu kehidupan yang bagaikan TAMAN merindangkan panennya), dimana mereka siap tempur untuk ketahanan penataan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya sehingga mereka mampu membunuh dan sedia dibunuh merupakan satu ikatan janji menurut-Nya, yang secara objektip tersebut didalam Taurat menurut Sunnah Musa, didalam Injil menurut Sunnah nabi ‘Isa, dan didalam al Quran menurut Sunnah nabi Muhammad saw. Dan siapa yang sudah menyempurnakan Imannya menjadi satu ikatan janji dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya (Piagam Aqabah kedua) maka gembirakanlah mereka dengan al Quran msR, menjadi satu ikatan perjanjian diantara kalian (Piagam Yasrib). Dan yang demikian itu DIA (Allah) msR-Nya, adalah pembina kemenangan hidup tiada tanding”.

Dengan demikian, dari hasil pembuktian “Nilai dan Harga” Iman maka terbukalah jalan untuk memberi definisi tentang Iman yang mendekati secara objektip.
____________________
69). Surat Fath ayat 29; dsb.
70). Ingat kembali foot not 58), 59) dan 60).
71). Bandingkan dengan ucapan yang terkenal : “Perjuangan adalah Pengorbanan”.
3). Definisi Iman.

Berdasar pembuktian-pembuktian Tata Bahasa, Ruang lingkup Iman dan Nilai dan Harga Iman maka kita tarik definisi Iman menjadi sbb :

(1).Iman, secara umum, ialah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Alllah (Al Quran) msR dan atau dengan ajaran-ajaran selain al Quran msR yakni msS yakni msS-72). Dan orang yang demikian dinamakan mukmin.

(2).Iman secara khusus, ialah Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran Allah (Al Quran) msR, dinamakan Iman yang Haq artinya mu’min yang objektif dengan Al Quran msR. Sebaliknya Pandangan dan Sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain ajaran Al Quran msR yakni msS ialah Iman batil atau kufur. Dan orang-orang yang demikian dinamakan mu’min batil atau kafir.

Untuk mudahnya maka arti dan struktural (bangunan) Iman dimaksud diatas, baik secara umum maupun secara khusus, kita tuang dalam bentuk Sket segi-tiga sama-sisi, sbb :

(SKET Segi tiga Sama-sisi), Keterangan :

A = Allah, Perancang dan Pemasti (Qadirun).
B1 = Al Quran yang belum menyentuh Manusia.
B = Kenyataan praktek kehidupan nabi Muhammad, Uswatun hasanah , pola atau bentuk contoh kehidupan dari ajaran Allah-74).
B2= Kenyataan praktek kehidupan mu’min yang sebenar-benar-nya mu’min dengan Al Quran msR yang oleh nabi Muhammad menyatakan : “ ……..sahabatku didalam jannah”.
C = Kenyataan alam organis dan biologis dan gaya.
D = Pandangan Dzulumat yang oleh al Quran menggambarnya secara objektip msR.
E = Kenyataan kehidupan pendukung Dzulumat msS, dinamakan dzalim/ Kafir.
DE1= Segala daya-upaya penyalah gunaan Dzulumat, dan atau pengaduk-adukan Dzulumat menjadi batil (E1) dinamakan Sunnah atau Khtuwwatisy Syaithan.
Hasil…..
Keterangan Al Quran msR dalam Sket Segi Tiga sama sisi.

Nur dan Dzulumat ms-Rasul-Rasul kita lukiskan menjadi Segi Tiga sama sisi BE1C (bayangan ABC) didalam Segi Tiga sama sisi ADE. Nur ms-Rasul kita perinci menjadi Segi Tiga Sama Sisi AB1C (menjadi al Quran dalam arti wahyu yang belum menyentuh kesadaran manusia kecuali hanya nabi Muhammad yang mengetahui dan menyadari dan dari itu ABC menjadilah Sunnah Rasul ialah pola atau bentuk contoh kehidupan [uswatun] yang objektip dari ABC sehingga keobjektipannya adalah menurut Sunnah Rasul) dan Segi Tiga Sama Sisi AB2C ialah kenyataan hidup abdi atau mutawakkilun dengan AB1C menurut pola atau bentuk contoh [uswatun] ABC. Dan Dzulumat BE1C ialah Segi Tiga Sama Sisi yang berkompelemen dengan Segi Tiga Sama Sisi BE1D dan Segi Tiga Sama Sisi CE1E didalam BCDE. Harap diingat lagi bahwa nabi-nabi tidak mau dengan Dzulumat dan oleh karena tidak ada yang mau mengutiknya maka Dzulumat tidak jalan dalam kehidupan Rasul-Rasul. Disinilah diperlukan tangan kotor yang mau mengutak atik laknat Allah maka Syaitanlah yaitu kombinasi Jin dan manusia yang berhati kotor memanipulasikan dan atau menyalah gunakan laknat Allah kedalam satu kehidupan yang merusak pembuktian-pembuktian Allah ms Rasul-Nya, dinamakan kaddaba, tawalla, asyraka, dsb., secara umum. Dan al Quran membuktikan bahwa karya tangan-tangan kotor yang demikian disponsori oleh Bani Israil dan Yahudi, yang mendakwakan diri adalah cucu-cucu nabi Ya’cob.

Surat Bayyinah ayat 1, memperinci “kafaru”, dalam arti umum, menjadi “musyrikina”, dalam arti umum, dan “ahlul Kitab” ialah “kaddaba”, dalam arti khusus, sama dengan “musyrik” dalam arti khusus juga. Ingat kembali “perbandingan istilah” “Kaddaba”-nya Bani Israil dan Yahudi, dalam arti khusus, yang sama dengan “musyrik”-nya dalam arti khusus pula, dilakukan dalam dua periode dengan masing-masing titik beratnya.

Periode “Ego Sentris” ialah masa sepanjang sejarah yang dimulai dari zaman nabi Ya’cob hingga dengan sebelum zaman nabi ‘Isa a.s., kira-kira selama hampir dua ribu tahun, kita kembali kepada pembuktian menurut Ilmu Ukur diatas menjadi berpusat pada sudut B sebagai sumbunya. Dengan demikian mulailah mereka utak-atik pembuktian-pembuktian Allah ms Rasul-Nya (ingat bahwa Dzulumat itu ialah NURIN dibanding NUR ms Rasul ialah NURUN ‘ALA) yakni mereka menumpang tindihkan BE1D menjadi diatas BE1C sehingga menjadi aduk-adukan NUR-Dzulumat ms Syayathinnya. Atau mereka lakukan bongkar pasang BE1C yang berkompelemen BE1D sehingga BE1D bertalbis diatas BE1C juga menjadilah rongsokan aduk-adukan NUR-Dzulumat ms Syayathin (BE1D yang berlapis diatas BE1C), kemuanya, dengan teriakan “hada min ‘indillah”. Akhirnya mereka menjadi Ashhabul Kahfi (pendukung Tiori Guha Plato, dinamakan Idealisme) sehingga menjadi makanan empuk Naturalisme (Taghut) dalam pertarungan mati-matian antara Imperium Grek lawan Romawi Barat. Hal mana mengantar Bani Israil dan Yahudi masuk periode kedua yaitu periode dominasi Helio Sentris.

Periode kedua, periode dominasi Helio Sentris, ialah masa sejarah dimulai dari zaman nabi ‘Isa a.s. hingga awal abad ke-21 M. Sekarang ini, juga kira-kira dua ribu tahun lamanya, kita kembali lagi kepada pembuktian Ilmu Ukur diatas menjadi berpusat pada sudut C sebagai sumbunya. Yaitu Segi Tiga Sama Sisi CE1E yang menjadi kompelemen sudut BE1C. sampai disini harus disadari bahwa Titik Pemasti dari Segi Tiga Sama Sisi ABC yang bertolak belakang dengan Segi Tiga Sama Sisi BE1C didalam Segi Tiga Sama Sisi ADE adalah A dimana B, B1 dan B2 ialah Pemantul Terang disebut NURUN ‘ALA atau NUR ms Rasul, sedang titik-titik E1 (BE1C yang berkompelemen BE1D dan CE1E) adalah Pemantul Bayangan disebut NURIN ialah Dzulumat yang obyektip Ilmi-ah untuk mana para nabi-nabi tidak mau maka dia tidak jalan kedalam kehidupan. Maka siapa yang bersudut pandangan demikian dan tidak menyadari bahwa yang demikian itu adalah dari A (Allah) maka dia itu akan terpaku kedalam hubungan pengalaman E1E menurut nilai subjektip dari satu a priori tanpa karuan, dinamakan “raqim” yaitu pembajak rekaman atau tukang contet, ialah Naturalisme. 

Demikianlah Alam pikiran Junani yang terdiri dari Idealisme Plato yang berpangkal kepada “ADA tidak ada” Socrates dan Materialisme atau Naturalisme Aristoteles yang berpangkal kepada “pantarei” Descartes. Kata orang, Alam Pikiran Junani berpangkal kepada migrasi Arya kepulau-pulau Aegea pada zaman nabi Musa migrasi bersama Bani Israil dari Mesir kembali ke Palestina kira-kira 1250 SM (apakah yang demikian bukan politik Ilmu batil Yahudi yang lempar batu sembunyi tangan ?!). maka menjadilah Naturalisme ialah penyalah gunaan E1E diatas BE1 untuk mendorang E1C kedalam satu kehidupan yang bagaikan “musafir dahaga di padang pasir mengejar fata morgana” atau “ anjing menjilat sisa bungkusan”. Demikianlah Naturalisme Yunani, Macro Atomisme lawan Micro Atomisme, mendorong Imperium (Imperialisme) Grek, bertarung saling berebut untung dengan Imperium (Imperialisme) Romawi di Gunung Madu dan Halwa Bani Israil dan Yahudi yang lagi sempoyongan narkotik Idealisme. Akibatnya sekelompok Yahudi yang ber-aliran Nasrani, dengan Old Testamen versi Yunanai dengan New Testamen sebagai pembaruannya, menjadilah Yunani yang berjubah Kristen, kata Max I Dimont, didalam Imperium Romawi. Sebaliknya, lain-lain Yahudi dan Bani Israil terus sempoyongan narkotik Idealisme Old Testamen versi Herbew diatas permadani Blok Timur Persia Baru. Demikianlah Idealisme ialah aduk-adukan Nur Dzulumat ms Syayathin dan Naturalisme ialah penyalah gunaan Dzulumat ms Syayathin. “Tidak ada permukaan bumi abad ke-21 M yang tidak dijamah oleh peradaban Barat”, kata Betrant Russel. Abad ke-21 M adalah “Aufklarung” Alam Pikiran Yunani.

Demikianlah isi al Quran ialah NUR dan Dzulumat ms Rasul, dengan catatan bahwa Rasul-Rasul mau hidup dengan NUR dan tidak mau dengan Dzulumat. Demikian qadar dan taqdir Allah ms Rasul-Nya, siapa yang tidak mau dengan Dzulumat ms Syayathin apapun barulah bisa mencapai hidup NUR ms Rasul. Sebaliknya, siapa yang tidak mau dengan NUR ms Rasul niscaya dia akan terjerumus kedalam pilihan Dzulumat ms Syayathin. Dan khusus terhadap pilihan Dzulumat ms Syayathin apapun ini, Allah menasehat-kan bahwa Dzulumat (penyalah-gunaan Dzulumat) ms Syayathin, dalam arti “dlallin”, mampu mencapai sekelumit nikmat didunia ini dan diakhirat adalah Nar. Tetapi aduk-adukan Nur-Dzulumat (maghdub) adalah huru hara disepanjang kehidupan dan di akhirat kelak adalah Nar. Setiap manusia oleh Allah diberi hak memilih bebas terbatas. Demikianlah isi al Quran yang terkandung didalam bahasa al Quran.

Mempelajari Tata Bahasa al Quran ialah mempelajari penataan bahasa al Quran agar yang melakukan Rattil tidak akan salah tanggap tentang isi yang terkandung didalamnya. Mempelajari Sastra al Quran ialah mempelajari hal ikhwal-ikhwal ungkapan bahasa al Quran dan mempelajari gaya, nada dan irama bahasa al Quran yang mengandung makna yang demikian, Hadits : “ Zayyinul Qurana bi aswhatukum “; Hiasilah bacaan al Quran dengan langgam (gaya), nada dan irama bahasa masing-
_________________¬_______
72).Hubungkan dengan Surat Maryam ayat 84; Surat Baqarah ayat 168 dan 208; Surat An’am ayat 142 dan Surat Nur ayat 21, dalam kaitan dengan Surat A’raf ayat 14; Hijr ayat 37, dsb.
73).Surat Baqarah ayat 139 dan 213; Ali Imran ayat 2 dan 86.

74).Surat Ahzab ayat 21; Surat Muntahinah ayat 4 dan 6, dalam kaitannya dengan Syahadah kedua; “Wa asy hadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluhu.

E1 = Hasil penyalah gunaan Dzulumat(BD) bathil (aduk2-an dari Idealisme dan atau Naturalisme) yang didukung oleh kenyataan hidup bathil.

Untuk lebih mempertajam arti sudut D (Dzulumat) dan sudut E (Dzalim) menjadi satu Qadar atau Taqdir Syar-75) atau arbaban mindunillah-76) maka mari kita petik Surat Hijir ayat 43 dan 44, demikian :

Artinya 43 ). Maka sesungguhnya Jahannam adalah benar-benar menjadi tempat kepastian mereka yang berpandangan dan bersikap Dzulumat msS semuanya.

( 44 ). “ Ujudnya itu (Jahannam) adalah sejenis bangunan bertingkat Tujuh dimana masing-masing tingkatannya itu adalah bagian golongan tertentu “.

Dan untuk mudahnya maka Qadar atau Takdir Syar ini kita Sket /Gambar sbb : (Gambar segi-3 Social-Piramid /menyusul)

B Qadar atau Taqdir Syar-82)

Perbandingan – Istilah.

Sebagai akibat dari pembuktian definisi Iman tersebut diatas maka muncullah istilah-istilah yang pemecahannya harus dilakukan dengan jalan perbandingan istilah a.l. sbb :

Istilah, Kaafirun, kufuuran, kufran, kafran, Yakfuru, kafara , artinya berpandangan dan bersikap Dzulumat msS dan berlaku negatif terhadap ajaran Allah ( Al Quran ) menurut Sunnah Rasul (msR)…,
_______________
75). Ingat Hadits “ Qadruhu Khairuhu wa Syarruhu minallah “ dan kaitkan a.l. dengan Surat An’am ayat 91 dan 96; dsb.
76). Surat Ali Imram ayat 64 , 103 dan 112; dsb.
77). Surat Baqarah ayat 36, A’raf ayat 24 ; Thahha ayat 132; dsb.
78). Surat Baqarah ayat 85 an 87 ; Ahzab ayat 26 ; Qalam ayat 19; dsb.
79). Surat Nahal ayat 71; Ankabut ayat 12; dsb.
80). Surat Ali Imram ayat 112 ; Baqarah ayat 268; dsb.

,….menurut Sunnah Rasul, secara umum sama dengan istilah,Kazaba, yakzibu, kazban,kizban-kizbatan ,kaazibun atau kazzaba – yukazzibu- tak ziiban – takziibatan, Mukazzibun.. artinya juga secara umum berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat msS, tetapi secara khusus, mendustakan ajaran Allah (al Quran) msR dengan jalan mengaduk-aduk atau melacur ajaran Allah (Al Quran) msR, sehingga membentuk model ke-tiga (Magdub)-83) ,Misalnya seperti dimaksud dalam Surat Ankabut ayat 12 dan 3,demikian :

Artinya :

( 12 ). “Yaitu berkatalah mereka yang, atas pilihan Dzulumat msS, berlaku negatip terhadap yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya : “Mari masuk organisasi (sabil) kami niscaya kelak kami akan menanggulangi setiap beban kesulitan hidup kalian!”.Dan sebenarnya mereka itu bukannya mau menanggulangi memecahkan beban kesulitan orang lain, tetapi sebenarnya mereka itu adalah pelacur (pengaduk-aduk) kesulitan hidup dimanapun.

( 13 ). “Yakni sebenarnya mereka, atas pilihan Dzulumat msS, melacurkan (memboncengi) beban/ kesulitan hidupnya menjadi beban yang lain yaitu, satu penambahan beban yang lain yang sudah demikian berat hidupnya. Maka pasti kelak mereka diminta pertanggungan jawab perihal apa yang mereka, atas pilihan Dzulumat msS, mengelabui siapapun”.

Jadi Kazaba dan Kazzaba, secara umum, sama dengan Kaafara, dalam arti umum, yaitu sama-sama berpandangan dan bersikap Dzulumat msS. Tetapi dari segi lain,Kaafara dan Kaadaba dan Kazzaba, kedua-duanya mempunyai perbedaan dalam persamaannya itu.

Yaitu jikalau yang, mengaduk-aduk ajaran Allah (Nur dan Dzulumat) menjadi model yang ketiga (mahgdub) yang beralamat dari Allah, padahal bikinannya sendiri, dengan motip sepiring nasi –84); maka yang Kaafara, sebagai kelanjutan dari kerja Kaazaba, memaling ajaran Allah (Dzulumat) hingga menjadi penemuan/ ciptaan sendiri dan bentuk bathil. jadi Kaazaba ,secara umum berlaku sama baik untuk Kaafara maupun Kaazaba dan Kazzaba, dari masing-masing perbedaannya, yang kita pertajam khusus bagi Kaazaba ( mahgdub ) ialah berminyak air Nur-Dzulumat msS, Surat al Fatihah ayat 7 menyebut, Magdub ialah Kaazaba dan Dhollin ialah Kaafara – Selanjutnya…
_____________________________
83). Surat al Fatihah ayat
– Selanjutnya istilah ” Syirkun “, dalam arti sempit, ialah Naturalisme-85), yaitu ajaran maling, seperti tersebut diatas, yaitu penyelewengan ajaran Allah (Dzulumat) menjadi penemuannya, menjadi bathil, sehingga membikin manusia/ pendukungnya itu menjadi tergantung kepada dia. Surat Luqman ayat 12 dan 13 menjelaskan demikian :

Artinya :

( 12 ). “Dan sesungguhnya KAMI (Allah) telah mendatangkan satu Ilmu (Wahyu) menurut Sunnah Luqman dengan harapan : “Hendaknya kalian hidup merunduk dengan ajaran Allah msR-Nya”. Dan siapa yang hidup merunduk dengan ajaran Allah msR-Nya, maka yang demikian itu adalah untuk kepentingan dirinya sendiri. Dan siapa yang atas pilihan Dzulumat msS, berlaku negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya maka, Allah dengan satu ajaran msR-Nya, adalah pembina kehidupan melimpah lagi pembentuk kehidupan saling menyanjung demikian unik”.

( 13 ). “Maka satu ketika Luqman berkata kepada anaknya, yaitu dia mengajarnya : “Wahai anakku! janganlah kalian, atas pilihan Dzulumat msS, berlaku dualisme (kausalitas verban subjek terhadap objek menurut satu idea)”. Sebenarnya syirik itu adalah Dzulumat yang paling agung ( ma-un qalil )”-86).

Jadi ” Syirkun “, dalam arti sempit, ialah Naturalisme, yaitu pengguntingan dan penyalah-gunaan Dzulumat msS dari pasangan Nur dan Dzulumat hingga menjadi bathil.

Sebaliknya ” Syirkun “, dalam arti umum, juga berarti bagi yang aduk-adukan, yang oleh Surat Syura ayat 13 menegaskan demikian :

Artinya : “DIA (Allah), dengan al Quran msR-Nya, menata kehidupan kalian menurut satu penataan (Dinul Islam) yang DIA (Allah) telah mengajarkannya menurut Sunnah Nuh. Sehingga apa yang telah KAMI wahyukan (al Quran) menurut Sunnah……………….
_________________
85).Dalam hubungan dengan yang akan dijelaskan pada Metode, maka buat sementara istilah Naturalisme ialah terjemahan dari Thaghut yakni, “Mataa’ul hayataddun’yaa “(Surat Ali Imran ayat 14; dsb).

86). Surat Baqarah ayat 126 , dan kaitkan dengan Surat Shaffat ayat 60, dsb.

menurut Sunnah anda (Muhammad saw), yaitu yang KAMI (Allah) telah mewasiatkannya menurut Sunnah Ibrahim, Musa dan Sunnah ‘Isa-87) : “Agar kalian membangun Din ini (Islam) –88) menjadi penataan hidup kalian dan jangan dengan Dzulumat msS yang pecah-belah –89)”. Dari itu maka dakwah mereka yang aduk2an Nur-Dzulumat msS (Yahudi dan Nasara yang mendakwa kitab Pejanjian Lama dan Perjanjian Baru warisan dari nabi Ibrahim, nabi Musa, nabi Daud dan nabi Ismail, termasuk Arab Jahiliyah yang mendakwa hidupnya itu adalah menurut warisan nabi Ibrahim melalui nabi Ismail –90), kenyataan semuanya sudah lain dari al Quran msR ini ) adalah bual besar . Allah dengan al Quran msR-Nya, memberikan satu pilihan (mau Nur atau Dzulumat) bagi siapa yang mau menurutNya itu, yaitu DIA, dengan al Quran msR-Nya, memberikan pedoman hidup bagi siapa yang mau menjadi

Mutawakkilun menurut-NYA”.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa “Syirkun “, dalam arti umum, meliputi penyalah-gunaan dan aduk-adukan Nur-Dzulumat msS.

Dari itu maka ” Syirkun “, dalam arti umum, sama dengan Kazzaba dalam arti umum. Sebaliknya ” Syirkun ” dalam arti khusus hanyalah untuk penyalah gunaan Dzulumat msS seperti halnya Kazzaba, dalam arti khusus, hanya untuk aduk-adukan Nur-Dzulumat msS.

– Begitu seterusnya istilah dan ” Tawalla”, arti leterleknya berpaling / menyeleweng . Tetapi secara umum, baik yang menyalahgunakan dzulumat msS, maupun yang meng-aduk-aduk Nur-Dzulumat msS, keduanya sama-sama menyelewengkan Dzulumat msS yang berbeda-beda seperti tsb diatas.
– Lain lagi lahirnya dengan istilah Munaafikuun dan Muzabzabiin, artinya bermuka dua atas pilihan Dzulumat msS terhadap yang Nur msR. Halmana oleh Surat Nisa’ ayat 137 – 143, menggambarkan demikian :

Artinya :

( 137 ) . “Sebenarnya yang telah menyatakan diri hidup berpandangan dan bersikap denga ajaran Allah msR-Nya, selanjutnya atas pilihan Dzulumat msS, bersikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya, selanjutnya dia balik lagi menyatakan hidup

berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah msR-Nya, kemudian dia atas pilihan Dzulumat msS, berlaku negatip terhadap ajaran Allah, akhirnya makin men-jadi-jadi sikap negatipnya terhadap ajaran Allah msR-Nya ,………………
_______________
87). Simpulkan dengan Surat A’la ayat 18 dan 19.
88). Surat Ali Imran ayat 84 ; dsb.
89). Ingat kembali Surat Ali Imran ayat 105; dsb.
100). Hubungkan a.l. dengan Surat Luqman ayat 21;dsb.

Menurut Sunnah Rasul-Nya sehinnga Allah, dengan ajaran-Nya (al Quran msR-Nya) tidak memungkinkan lagi untuk merobah ujud kehidupan mereka yang sudah demikian yaitu, tidak akan mempedomani lagi kehidupan mereka satu penataan hidup (Dinul Islam)
menurutnya”.

( 138 ).“(Maka dengan pembuktian al Quran msR ini) peringatkan mereka yang, atas pilihan Dzulumat msS, hidup bermuka-dua terhadap ajaran Allah ( al Quran msR-Nya-100) bahwa bagi mereka yang demikian adalah satu kehidupan nista yang demikian pedih tiada tanding”.

( 139 ). “Mereka yang mengambil orang yang memilih Dzulumat msS dan bersikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya menjadi pemimpinnya, selain dari kalangan yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah msR-Nya, dapatkah mereka mengharapkan satu kehidupan mulia/ agung itu hanyalah denga ajaran Allah (al Quran) msR-Nya sebulat-bulat-nya!”.

( 140 ).Dan sebenarnya DIA telah menurunkan atas kalian didalam kitab ini (al Quran msR-Nya), bahwa bila kalian melaksanakan garis “Sami’na” ajaran Allah msR-Nya ada orang yang, atas pilihan Dzulumat msS, berlaku negatip terhadap yang demikian –101) yaitu mengolok-olokkan-nya-102) maka janganlah kalian, dengan pilihan Nur (al Quran) msR ini, duduk sebangku bersama mereka yang demikian, sebaliknya akan menjerumuskan kalian kedalam ajaran selain al Quran msR-Nya, niscaya kalian pun menjadi semodel mereka-103). Sesungguhnya Allah, adalah penghimpun orang2 kafir dan munafiq kedalam kehidupan jahannam semuanya-104)”.

( 141 ).“Mereka yang, atas pilhan Dzulumat msS, mencari peluang di-dalam kehidupan kalian yang Nur (al Quran) msR ini. Maka jikalau adalah kalian sudah mendapat satu kemenangan hidup dengan ajaran Allah msR-Nya, niscaya mereka terus saja membual kata : “Bukankah kami ini jama’ah kalian?!”. Tetapi jikalaulah kemujuran hidup itu lagi ditangan orang yang, atas pilihan …………….
__________________
100) dan 101) . Hubungkan a.l. dengan Surat Baqarah ayat 5 dan 93.dsb.
102). Hubungkan a.l. dengan Surat Baqarah ayat 7 –16 ; Surat Taubah ayat 52, 64 – 68, 80 – 85 , 96 – 98, 101, 102, 107, dsb
103). Hubungkan a.l. dengan Surat An’am ayat 68; dsb.

,…atas pilihan Dzulumzt msS, bersikap negatip terhadap ajaran Allah msR-Nya ini niscayalah mereka juga membual kata :

“Bukankah kami tidak mengharapkan kekalahan atas kalian yaitu kami melindungi kalian dari (serangan) orang-orang yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya?!”. Maka Allah dengan pembuktian al Quran msR-Nya, menghukum diantara kalian-105) pada hari qiyamah-106), yaitu Allah, dengan pembuktian al Quran msR-Nya tidak pernah memberi jalan bagi yang kafir atas yang ber-IMAN-107)”.

( 142 ).“Sebenarnya orang-orang yang bermuka-dua dengan pilihan Dzulumat msS terhadap yang Nur (al Quran) msR, adalah mereka yang mengelabui ajaran Allah msR-Nya. Dan Allah dengan pembuktian al Quran msR-Nya, pemungkah tipu-daya mereka itu, yaitu mereka dikala tegak melakukan shalat-108) hanyalah tegak bisu sekedar memperlihatkan kepada manusia, yaitu tidak pernah menyadarkan diri untuk hidup dengan ajaran Allah msR-Nya kecuali hanya sekilas saja-109)”.

( 143 ). “Menjadi orang yang bermuka-dua (Mudabdabin) diantara yang demikian. tidak masuk golongan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah msR-Nya, juga bukan golongan yang hidup Dzulumat (Naturalisme) msS”.

( 144 ).Wahai orang-orang yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya, Janganlah kalian mengangkat pemimpin para-kufar (selama masih ada mukmin). Apakah kalian berkeinginnan hendak membikin sultan tandingan terhadap Allah dgn ajaran-NYA AQMS ?
( 145 ). “Sebenarnya orang-orang yang bermuka-dua terhadap Nur (al Quran) msR dan atau Dzulumat msS (magdub) adalah alas lantai Nar dari kehidupan yang benar-benar hidup Dzulumat msS sehingga akan kalian dapati bahwa bagi yang demikian itu tidak pernah mendapat pendukung yang sebenarnya-110)”.

Demikianlah modelnya Munaafikun ,Mudabdabin dan Mukazzibuun dalam arti sempit. Tetapi dalam arti umum maka bisa saja yang benar-benar Dzulumat msS (Naturalisme/ Materialisme) berwajah Munaafikun ,Mudabdabin dan Mukazzibuun, sebagai musang yang berbulu ayam untuk satu missi mengacau-balau/ menghancurkan Iman dari dalam. Kadangkal istilah Kufuur, yaitu bolak-balik dari satu agama, dan atau berpindah agama, dari sudut…………………
__________________
105). Ingat arti Hukum, dari sudut Norma, dinamakan hukum objektip dan dari kenyataan-nya dinamakan hokum subjektipdan tindak pidananya diberikan sangsi.
106). Ingat Sa’ah dalam arti qiyamah terdiri Sa’ah sugra dan Kubra.
107). Hubungkan dengan Surat Bani Israil ayat 86; Zukhruf ayat 41.
108). Ingat kembali Pengantar Shalat.
109). Simpulkan dengan Surat
110). Lihat Surat Mukmin ayat 47 dan 48.
dari sudut agama yang dia pindah, dinamakan Murtad. .

Masalah Munaafikun ,Mudabdabin dan Mukazzibuun, dalam arti sempit, yang berarti bermuka-dua, aduk-adukan, tidak menentu atau kesasar Dzulumat msS, juga dinamakan Golongan ketiga, oleh Surat Taubah ayat 110 menegaskan demikian :

( 118 ). “Dan atas Golongan ketiga, yang dipandang telah membelakangi ajaran Allah msR-Nya, sehingga dikala bumi yang demikian luas menjadi sempit atas mereka yang demikian yaitu mereka menjadi panik dan mengira bahwa tidak ada lagi tempat pelarian kecuali dengan ajaran Allah msR-Nya, maka DIA memberikan satu jalan taubat-111) atas mereka yang demikian guna mereka melakukan taubatnya, Sesungguhnya Allah dengan pembuktian al Quran msR-Nya, pembina taubat lagi pemasti satu kehidupan saling-kasih-sayang’’.

Dengan lain perkataan maka istilah Munaafikun ,Mudabdabin dan Mukazzibuundalam arti sempit ini dinamakan juga bermanis-muka atau Bunglon, oleh Surat Ma’arij ayat 36 – 39 menyatakan demikian :
Artinya :

( 36 ). “Maka gerangan apa mereka yang, atas pilihan Dzulumat msS itu, bermanis-muka terhadap kalian yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut Sunnah anda (Muhammad saw)?!”-112).

( 37 ).“Juga yang menjadi bunglon terhadap yang Nur (al Quran) msR dan atau terhadap yang Dzulumat (Naturalisme) msS?!”-113).

( 38 ).“Apakah setiap orang dari kalangan mereka yang demikian (munafiq) bahwa mereka itu akan mendapat satu kehidupan Jannah yang demikian nikmat tiada tanding?!”-114).

( 39 ).“Tidak bakal! Sebenarnya KAMI (Allah) dengan pembuktian al Quran msR KAMI, membikin mereka menurut apa yang mereka meng-Ilmu-i-nya-115)”.

Demikianlah istilah-istilah yang penting dalam hubungan dengan definisi “Iman ialah”, secara umum, “Pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah msR-Nya dan atau dengan-……….
_________________
111). Ingat kembali “sami’na” yang terdiri dari Rattil satu persiapan IMAN dan Shalat satu pembinaan Iman, satu-satunya jalan taubat.
112). Ingat kembali Surat Baqarah ayat 10 “orang sakit tanggapan”.
113). Ingat kembali Surat Baqarah ayat 85, 126 dan 201; dsb.
114). Ingat kembali Surat Bani Israil ayat 7; dsb.

,… dan atau dengan ajaran-ajaran lainnya. Yang telah kita perinci, secara khusus, “Iman haq ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (Al Quran) msR-Nya” dan “Iman batil ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain al Quran msR”, dinamakan kufur. 

Penggolongan yang demikian, secara tajam, menjadi yang ber-Iman haq, dinamakan Mu’min saja, juga dinamakan Ash-habul Maimanah atau Ash habul Yamin (Golongan kanan). Sedang yang ber-Iman batil, dinamakan Mukmin batil yakni Kafir, dalam arti umum, digolongkan menjadi Asy habul Masy-amah atau Asy habul Syimal (Golongan Kiri). Dan yang satu lagi ialah As Sabikun was Sabikun (Golongan terdahulu lagi Utama). Kesemuanya oleh Surat Waqi’ah ayat 7 – 14, 27, 38 – 41 dan 51,

menegaskan demikian :

Artinya :

( 7 ).“Dan semua kalian, menurut satu pilihan masing-masing-116) menjadi tiga golongan”.
( 8 ).“Yaitu Ash Habul Maimanah (Golongan kanan) dan apakah yang dimaksud dengan Ash Habul Maimanah?” .
( 9 ). “Dan Ash Habul Masy-amah (Golongan kiri), dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan Ash Habul Masy-amah?”.
( 10). “Dan As sabikin was Sabikun (Golongan terdahulu lagi utama”-117).
( 11). “Adalah mereka (Golongan terdahulu lagi utama) yang berdarah daging dengan ajaran Allah (al Quran ) msR-Nya”-118).
( 12). “(Ujud kehidupan dengan al Quran msR) menjadi bagaikan aneka macam kebun didalam satu taman yang merindangkan kepuasan tiada tanding” .
( 13). “Jumlahnya itu (yang pada Qurun Petama-119) adalah lebih banyak dari yang sebelumnya”-120).
( 14).“Tetapi sedikit sekali di-banding dengan yang terakhir (Qurun kedua)”.
( 27). Maka Ash Habul Yamin (Golongan Kanan), dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan Golongan Kanan”-121).
_______________
116). Ingat kembali Surat Bani Israil ayat 11 ; Shaffat ayat 62; dsb.
117). dan 118) . Dalam hubungan dengan Surat Ali Imran ayat 191; Zumar ayat 23, 25maka kaitkan dengan Hadits “….yang bighairi hisab”.
119). Surat Kahfi ayat 94, dan kaitkan dengan Hadits “Khairu Karnin qarni wa qarnun min ba’di”.
120). Ingat Hadits “Ahlul Jannah itu terdiri dari 70.000 orang dari ummat nabi-nabi sebelum-ku dan 70.000 orang dari ummat-ku. Tetapi aku ( Muhammad ) diberi Syafa’at 70.000 Kwadrat”.
( 38 ).“(Kesemua itu adalah corak ragam kehidupan) Bagi Golongan kanan”.
( 39 ). “Jumlahnya itu (pada qurun petama) adalah lebih banyak dari yang sebelumnya”.
( 40 ). “Juga jumlahnya itu (pada qurun pertama) adalah lebih banyak dibanding dengan yang terbaik (pada qurun kedua)-122)”.
( 41). “Dan Ash Habusy Syimal (Golongan kiri), tahukah kalian apa yang dimaksud dengan Ash Habusy Syimal?”.
( 51). “(Dengan segala corak ragam kehidupan diatas ) Akhirnya, sebenarnya, wahai kalian yang demikian itu, adalah pelaku Dzulumat lagi yang melacur Nur-Dzulumat msS”.

Pembuktian Surat Waqi’ah yang kita sitir diatas membuktikan keseluruhan kehidupan manusia, disepanjang sejarah. dilihat dari sudut tanggapan Ilmu-nya, menjadi Mukmin dan Kafir, selanjutnya dilihat dari sudut Kemantapan tanggapan Ilmu-nya masing2-123), maka Mu’min itu sendiri dibagi lagi menjadi As Sabikun was Sabikun”-124), yang bagaikan sejenis Tonggak atau Soko-guru kehidupan-kehidupan kebudayaan secara Il-miah disepanjang sejarah, dan semua Mukmin yang lainnya menjadi sayap kanannya (Ash Habul Yamin”). Demikian pula yang Kafir, secara umum, dibagi menjadi kafir dalam arti sempit, yaitu yang benar-benar Dzulumat (Naturalisme) msS, menjadi Sayap Kiri (Asy Habusy Syimal) dari As Sabiqun was Sabiqun. Sedang Kafir dalam arti umum, dimaksud disini ialah Munafik , Mukaddibin atau Mudabdabin, menjadi ular berkepala dua atau tombak ber-mata dua atau Bunglon, yaitu Sayap Kanan dari Asy Habusy Syimal dan atau Sayap kiri yang tersembunyi dari As Sabiqun was Sabiqun dan Ash Habul Yaminnya. Pengertian ini penting sekali dipertajam untuk mencegah agar yang melakukan studi al Quran, yang ke-objektipannya tergantung kepada msR, tidak terkacau balau oleh berbagai aspek Subjektip yang berakibat rusaknya nilai-nilai Ilmi-ah.

Akhirnya perlu ditegaskan dalam persoalan Iman ini ter-istimewa untuk Iman Haq, bahwa hakikat Iman ini adalah satu alternatif dari penguasaan Ilmu-nya yakni al Quran msR, yang oleh Surat Syura ayat 52 dan 53, membuktikan demikian :
Artinya :,……………..
___________________
121).Dalam hubungan dengan foot not 117) dan 118), ingat kembali Hadits “bihisabin”.
122).Ingat kembali Hadits “Khairu qarnin qarni…….” Diatas.
123) Ingat kembali Hadits “Al Iman yaziz wa yanqush…….”.
124).Surat Fath ayat 29, “Muahammad Rasul Allah dan yang menjadi

Artinya :

( 52 ).“Maka begitulah KAMI (Allah) mewahyukan al Quran menurut Sunnah anda (Muhammad saw) menjadi jiwa (pembangkit) perintah KAMI-125). Kalian tidak menguasai apa isi kitab al Quran msR ini niscaya kalian tidak mempunyai Iman,Sebaliknya KAMI menjadikannya (al Quran msR) menjadi Nur (pemantul pandangan terang)-126) dengan mana KAMI memberikan pedoman hidup bagi siapa dari abdi-abdi kehidupan yang mau dengan yang KAMI kehendaki msR KAMI-127). Dan sebenarnya anda (Muhammad),dengan al Quran msR anda ini, memberikan satu pedoman kearah satu penataan tangguh tiada tanding”.

( 53 ). “Tata kehidupan dari ajaran Allah yang menurut itulah, berlaku segala apa yang ada didalam ruang angkasa dan bumi ini. Ketahuilah, dengan ajaran Allah msR-Nya, beredar segala kehidupan ini”.

Demikianlah “Iman ialah Pandangan dan sikap hidup denga ajaran Allah msR-Nya dan atau dengan ajaran-ajaran selain al Quran msR”. Dilihat dari sudut kenyataan hidup ( amalun atau a’maalun dan wa ikraarun billisaani), sebagaimana sudah dibuktikan dalam ruang lingkup Iman, adalah perujudan dari kemantapan hati atas penguasaan al Kitab dalam arti satu Ilmu. Dan kemantapan hati ( Aqdun bilqalbi) adalah juga satu perujudan dari hasil penguasaan Ilmu menjadi permukaan dalam dari kenyataan hidup yang terkenal dengan istilah “tanggapan”. Arti “tanggapan” atau “tanggapan tujuan” yaitu “Niyat” (maksuudun ialah yang dimaksud yakni yang mau dilakukan untuk mencapainya), sehingga hidup ini adalah satu alternatip dari satu pilihan Ilmu-nya,

oleh Hadits Jumhur menegaskan demikian :

Artinya :

“Sesungguhnya segala laku perbuatan itu adalah menurut satu tanggapan tujuan (niyat yakni satu alternatip Ilmu).

“Dan pasti bagi setiap manusia adalah hidup menurut apa yang ia menanggapinya (dari satu alternatip Ilmu-nya).

Maka siapa yang hidupnya itu pindah (hijrah) kepada ajaran Allah (al Quran) msR-Nya, maka bentuk laku perbuatan-nya (hasil per-obahan dari yang lain itu) harus menurut ajaran Allah (al Quran) msR-Nya .

Dan siapa yang hijrah-nya itu adalah mengikuti lingkungan dunianya (Naturalisme dan Idealisme) niscaya menurut itulah mendapat model laku perbuatannya .

Atau, jika menurut lingkungan sex, maka laku perbuatannya itu hanyalah, dari kawin ke kawin saja.
Maka model laku perbuatan setiap manusia (hasil hijrahnya) adalah mengikuti apa kearah mana ia mengarahkan hidupnya”.
__________________
125) . Ingat kembali Surat Bani Israil ayat 11 ; Shaffat ayat 62 ; dsb.
126) . Ingat kembali Surat An’am ayat 1 ; Surat Nur ayat 35 ; dsb.
127) . Idem dengan not 125.
Demikianlah lengkapnya definisi “Iman”, kita ulang sekali lagi, secara umum, “ialah Pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya dan atau dengan ajaran-ajaran selain al Quran msR” yang kita pertajam, menjadi secara khusus, “Iman ialah Pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al Quran) msR-Nya” menjadi Iman yang Haq. Sebaliknya, “Iman ialah Pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain al Quran msR” adalah Iman batil yaitu Kufur, dan pendukungnya dinamakan Kafir atau Dzalim. Dan sebaliknya lagi juga satu model “Iman batil ialah adukan Nur-Dzulumat msS” dan pendukung-nya dinamakan Munafiq, Mukaddibin atau Mudabdabin, yaitu Ular yang berkepala dua.

Sejajar dengan yang terakhir adalah Jahiliyah-128) ialah “Iman dengan apa yang dia tidak pernah mengetahui/ menguasainya, dan mendukung-nya adalah Jahi, oleh Surat Luqman ayat 20 dan 21 menegaskan demikian :

Artinya :

( 20 ).“Tidakkah kalian melihat bahwa Allah, dengan pembuktian al Quran msR-Nya, telah membikin segala apa yang diruang angkasa dan segala apa yang dibumi ini untuk kepentingan hidup kalian, begitu Dia, dengan ajaran-Nya (al Quran msR-Nya), menghamparkan atas kehidupan kalian ciptaan-Nya itu menjadi satu kemantapan lahir (iqrarun bil lisan wa’ amalun bil arkan) dan batin (aqdun bil qalbi). Dan sebagian manusia adalah yang bantah-membantah perihal ciptaan……
_________________
128) . Arti “Jahiliyah” lebih mendalam ialah laku perbuatan (‘aqdun bil qalbi wa iqrarun bil lisan wa ‘amalun bil arkan) yang sudah demikian skill, seperti suatu tradisi, yang sudah lepas dari ajarannya.
perihal ciptaan Allah itu dengan tanpa alas an ILMI-ah yaitu tanpa satu Buku Pegangan yang memberikan pandangan hidup-129)”.

(53).“Dan apabila kepada mereka yang demikian itu disampaikan : “Mari (hidup) mengikuti menurut yang Allah turunkan (al Quran menurut Sunnah Rasul-Nya)!”, mereka lantang menjawab : 
“Sebaliknya, kami hidup mengikuti suatu (tradisi) yang kami mewarisinya dari nenek-moyang kami-130), sekalipun yang demikian itu adalah da’wah Syaithan kearah satu kehidupan azab Nar”.
Paralel dengan Jahiliyah maka Surat Baqarah ayat 63 – 65 menegaskan demikian.

Artinya:

(63). “Yaitu satu ketika dikala mana KAMI, atas pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin, menggoncangkan ketenangan hidup kalian yaitu KAMI angkat atas bumi kehidupan kalian satu bangunan kehidupan yang bagaikan Gunung Tursina memberatkan sepenjuru permukaan bumi- 131), (maka dengan satu ajaran [taurat] menurut Sunnah Musa KAMI titahkan) : “Berpegang teguhlah kalian dengan apa yang telah KAMI datangkan menurut Sunnah Musa untuk hidup kalian dengan sekuat tenaga dan hidup sadarlah kalian dengan apa yang ter-sebut didalamnya, semoga kalian hidup patuh menurut yang demikian!-131)”.

(64). “Akhirnya kalian, sesudah itu, dengan aduk-adukan NUR-Dzulumat, menyelewengkan-nya. Maka jikalaulah tidak ada kurnia Allah atas kalian-132), yaitu ajaran kehidupan kasih-sayang menurut-Nya, sungguh adalah kalian itu menjadi golongan yang hidup rugi menurut Sunnah Syayathin”.

(65). “Dan sesungguhnya kalian (Bani Israil), dengan pembuktian ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya, sudah mempunyai ILMU perihal mereka yang, dengan aduk-adukan NUR-Dzulumat menurut Sunnah Syayathin, menjadi saling bermusuh-an dalam Sabat-133),maka KAMI, dengan al Quran menurut Sunnah Rasul yang dengan Taurat menurut Sunnah Musa, menandaskan bagi mereka yang ber laku demikian : “Silakan kalian, dengan aduk-adukan NUR-Dzulumat menurut…
_________________
129). Bandingkan dengan Surat Baqarah ayat 2; dsb.
130). Lihat Surat Shaffat ayat 69 – 178; dsb.
131). Dalam kaitan dengan Surat Baqarah ayat 93; Surat Hijir aya 44; bandingkan dengan Mac Iver op eit.
132). Ingat sejak dari nabi Ibrahim s/d nabi Isa a.s. ILMU selalu diturunkan Allah dalam pangkuan Bani Israil.
133). Dalam hubungan dengan Surat Baqarah ayat 113 maka ,
menurut Sunnah Syayathin, menjadi sejenis peradaban monyet yang tersingkir diperadaban rimba!-134)”.

Demikianlah “IMAN”, yang sebenarnya, dengan al Quran menurut pembuktian Sunnah Rasul, yang oleh nabi Muhammad saw telah mengajarkannya pada permulaan abad ke-7 Masehi.

Demikian pula, seperti telah kita sitir, tantangan abad ke-21 sekarang ini, “IMAN ialah percaya”.

Dari itu maka perbandingan “IMAN”, yang haq, “ialah pandangan dan sikap hidup dengan al Quran menurut Sunnah Rasul”, yang oleh nabi Muhammad saw telah megajarkannya pada permulaan abad ke-7 Masehi, dan tanggapan abad ke-21 Masehi bahwa “IMAN ialah percaya” hanyalah satu produk sejarah oleh tangan-tangan kotor manusia.

Apakah yang demikian itu bukan Yahudi yang menjadi The man behind the gun-nya sepeninggalan nabi Muhammad saw dan para Khulafaur Rasyidin selama lebih 14 abad sampai dengan abad ke-21 sekarang ini?!.

Tinggal persoalannya adalah masalah, bagaimana memperbaiki IMAN, bagaimana mencapai IMAN yang sebenarnya, jadi masalah mencapai IMAN.

===============
POKOK POKOKMENCAPAI IMAN
Dimaksud dengan POKOK POKOK MENCAPAI IMAN ialah keterangan-keterangan yang sangat diperlukan dalam usaha MENCAPAI IMAN.

Keterangan tentang usaha MENCAPAI IMAN ini kita bagi menjadi sebagai berikut.

1.Garis Iman.

Istilah Garis, menurut ilmu ukur, ialah jumlah titik titik yang sambung menyambung hingga membentuk garis dari A sampai Z.

Dan dimaksud dengan Garis Iman ialah perlambang titik titik menjadi tindakan demi tindakan yang terus menerus dan sambung menyambung dari satu permulaan hingga mencapai Iman. Keterangan keterangan atau tiori yang membentangkan Garis Iman ini bisa juga dikatakan Strategi Iman. Pelaksanaannya setahap demi satahap dapat juga dikatakan taktik Iman. Oleh karena keterangan-keterangan atau tiori Garis Iman ini tercantum dalam al Quran maka al Quran menurut Sunnah Rasul menjadi Strategi dan Taktik mencapai Iman.-647).

2.Pokok Pokok Garis Iman.

Surat Baqarah ayat 285 membagi Pokok Pokok Garis Iman, demikian.

Artinya.

(285). Rasul itu hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan melalui Sunnah ke-Rasulan-nya ( ajaran Allah menurut Sunnah Rasul ) dari pembimbing- nya, begitu semua mukmin, masing masing hidup berpandangan dan bersikap menurut ajaran Allah, yaitu risalah Malaikat-648), yakni yang telah dibukukan dalam berbagai Kitab menurut-NYA-649), yaitu Sunnah Rasul Rasul-650). “Kami tidak memandang berbeda diantara semua Sunnah Rasul”, yaitu kata mereka seterusnya ; “Kami telah menanggapi-651) dan kami hidup patuh menurut demikian, satu pembina kehidupan maha revolusioner menurut-MU, wahai pembimbing kami, yakni menurut anda jualah hidup ini berjalan”.

Surat Baqarah ayat 285 membagi Pokok Pokok Garis Iman menjadi tahap “Sami’na” ( penanggapan ) dan tahap “Atha’na” ( hidup patuh menurut yang ditanggapi ). Lain lagi Surat Baqarah ayat 93 membagi

646).Surat Shaffat ayat 61 – 62 ; dsb.
647).Hubungkan dengan Surat Ali Imran ayat 54; Anfal ayat 30; Naml ayat 50; Ra’ad ayat 42; dsb.
648).Surat Fathir ayat 1; dsb.
649).Surat Taubah ayat 111; Surat Yusuf ayat 1 dan 2, Surat Bani Israil ayat 9; Surat A’la ayat 18 dan 19; dsb.
650).Surat Bani Israil ayat 77; dan ingat Hadits : “Taraktu fikum amraini ma in tamassaktum bihima …. ”, dan Hadits : “Inna ashdaql hadits kitabullah …. “; dsb.
651). Hubangkan dengan Surat Ali Imran ayat 193; dsb.

membagi Pokok Pokok Garis Iman, demikian:

Artinya.

(93).Yaitu satu ketika dikala mana KAMI, atas pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, telah merusak ikatan pergaulan hidup kalian yaitu KAMI unggulkan atas kalian satu kehidupan yang bagaikan gunung Tursina memberatkan bumi-652) ( telah menitahkan ) : “Terimalah apa yang KAMI turunkan ( Taurat menurut Sunnah Musa ) untuk kalian dengan sepenuh hati dalam arti tanggapilah!”, niscaya mereka berkata : Kami telah menanggapi dan kami mengingkarinya”, oleh karena hati mereka telah mendapat kemantapan hidup musim musim-an-653) menjadi kekufuran mereka. Tegaskan : “Sejahat jahat sesuatu yang menggiring hidup kalian menjadi demikian adalah pandangan dan sikap hidup kalian dengan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, mudah mudahan kalian mau menjadi sebenar benar mukmin”.

Disini Pokok Pokok Garis Iman tersusun dari tahap “Menanggapi”, dalam arti benar benar menanggapi sehingga jelas mengerti apa yang ditanggapi, dan tahap “Mengingkarinya”, dalam arti juga jelas memahami apa yang diingkarinya. Disamping itu Surat Nisa’ ayat 46 mengajukan lagi satu model yang lain dari Pokok Pokok Garis Iman, demikian.

Artinya.

(46).“Sebagian Yahudi memutar balik ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-NYA dari yang sebenarnya dimana mereka menyatakan :

“Kami telah menanggapi dan kami mengingkarinya”, dalam arti dengan bukan benar benar dengan, tetapi dalam arti “Biarlah kami tetap dengan tiori Gembala Domba kami”, lidah biawak yang ber-cabang dua yakni tombak berbalut sutra untuk menikam dari dalam terhadap penataan hidup ( Dinul Islam )-654) dari Allah menurut Sunnah Rasul-NYA. Jikalaulah mereka bersikap : “Kami menanggapi dan kami hidup patuh menu-………
_____________________
652). Surat Ali Imran ayat 64, “arbaban min dunillah” ( sosial pyramid ), dan hubungkan dengan Surat Baqarah ayat 49; Ibrahim : 6, Qashash ayat 6; dsb.
653). Ingat kembali Surat Baqarah ayat 36 dan 61; dsb.
654). Lihat Surat Baqarah Ayat 133 dan 136; Ali Imran ayat 84; ‘Ankabut ayat 46; dsb.

menurut demikian”, yaitu menanggapi dalam arti “Biarlah kami berpikir pikir dulu”, sungguh yang demikian itu adalah lebih baik dalam arti ketangguhan ilmiah. Tetapi Allah, atas pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin, telah melaknat mereka menjadi bersikap kufur ( negatif ), maka mereka tidak mau hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-NYA kecuali segelintir saja-655)”.

Disini Pokok Pokok Garis Iman tersusun dari tahap “Menanggapi”, dalam arti asal sekedar menanggapi dengan motivasi tertentu sehingga dapat dipastikan tidak akan menguasainya secara objektif ilmiah. Dari itu maka tahap kedua, “Mengingkarinya” menjadi mengingkari yang sesuatu yang sebenarnya dia tidak mengusainya secara objektif ilmiah. Sehingg yang demikian ini bernilai bajingan yang lebih Dzulumat dari Dzulumat yang sebenarnya menurut Sunnah Syayatin-656). Atau ilmi-ah monyet dibelukar peradaban-657).

Model ke-empat dari Pokok Pokok Garis Iman ialah Jahiliyah, yaitu yang hampir hampir tidak dapat memahami kalam Allah menurut Sunnah Rasul-NYA-658). Maka Pokok Pokok Garis Iman disini menjadi bertahap “Tidak bisa dan atau tidak mau menanggapi”, sehingga menjadi tidak memahami ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-NYA-659). Tetapi lucunya pada tahap kedua, mereka menjadi terbelah kedalam “Mau” yang mereka sendiri tidak memahaminya. Dengan demikian maka Pokok Pokok Garis Iman kita susun menjadi seperti dalam sket sebagai berikut. (ada Sket / Gambar…)
Demikianlah pokok-pokok garis Iman secara umum. Dengan lain perkataan , kembali kepada lukisan segi tiga ABC sama sisi dalam segi tiga ADE diatas , maka “ sami’na “ ialah E1 B2 dan “ atha’na “ ialah AB1C. Se-_________________
655). Ingat kembali Surat Baqarah ayat 133 dan 136; Ali Imran ayat 84.
656). Hubungkan dengan Surat A’raf ayat 179; Furqan ayat 44; dsb.
657). Hubungkan dengan Surat Baqarah ayat 65; A’raf ayat 166; dsb
658). Hubungkan dengan Surat Nisa’ ayat 78; Kahfi ayat 94; dsb.
659). Hubungkan dengan Surat Taubah ayat 97; Kahfi ayat 22; dsb.
660). Surat Ahzab ayat 72; Surat Yusuf ayat 89; dsb.

“ Sami’na wa ashaina “ ialah tawalla ( maling ) BD yang di kaddaba yaitu manipulasi dengan stempel hasil eksperimen C E menjadi E1 C. Sebaliknya “ Sami’na wa ashaina” dalam arti wasma’ ghaira musmain wa ra’ina “ ialah kaddaba yaitu penyamaran BD dengan stempel intuisi AB yang di tawalla yakni pemutar balikan menjadi E1 C. Adapun model Jahiliyah adalah tergolong kedalam Garis kuda Delman untuk sebakul rumput, atau Garis Bagong yang melayap dimalam buta .

Selanjutnya “ Sami’na “ tahap Menaggapi, menurut perbedaan sasarannya , kita bagi lagi menjadi Rattil satu Persiapan Iman dan “ Shalat “ satu Pembinaan Iman.

1 ). “ Rattil ” satu Persiapan Iman .Istilah “Rattil”, sama dengan “ qira-ah “, ialah studi yaitu belajar yaitu membentuk pandangan menurut yang dibaca-661).

Jadi dimaksud disini , “ Rattil atau qira-atul Quran”-662) ialah studi yaitu belajar, yakni : membentuk pandangan dengan al Quran msR.-663). Dilakukan sendiri-sendiri dengan tekun dan penuh konsentrasi. Dalam hubungan ini perlu di-ingatkan bahwa, seperti pengajian-pengajian umum, sekolah, ceramah-ceramah, seminar-seminar, diskusi, kursus dsb, yaitu mimbar dimana berkumpul sekelompok pendengar dan seorang guru/ penceramah /protocol yang menerangkannya sesuatu belumlah bisa dikatakan Rattil atau Qira-ah, oleh karena yg demikian ialah sekedar pembentukan dasar-dasar pengertian dan kunci-kunci persoalan yg merupakan kesulitan-kesulitan didalam Rattil, maka yg demikian lebih tepat disebut Persiapan Rattil. Dalam hubungan ini maka Rattil ialah mengulang kembali sendirian di-rumah untuk menguasainya, kadangkala juga disebut Mengulang.
Singkatnya Rattil ialah pengembalian pandangan berikut kelincahan matan atau bacaannya kepada alQuran msR. Hatta al Quran msR sudah mencapai demikian mantap, oleh karena kesadaran Iman itu turun naik –664), maka Rattil ini adalah mutlak untuk membentuk pandangan dengan al Quran msR. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa Rattil al Quran msR adalah Permulaan Taubat-665).
Bila Rattil sudah menghasilkan satu pandangan, se-kurang-kurang-nya Surat al Fatihah sebagai satu pandangan umum, maka ditingkatkanlah ke-Shalat satu Pembinaan Iman. dari itu maka Rattil…………..
________________
661). Luis Ma’luf, Al Munjid, cetakan kedua belas, Beirut 1951, hal 249 dan 650.
662). Surat Muzzammil ayat 4; Surat ‘Alaq ayat 1dan 3; dsb.
663). Surat Muzzammil ayat 4, 5, 8, dan 9; dsb.
664). Ingat kembali Hadits :” al imanu yaziz wa yanqus “.
665). Hubungkan dengan Surat Baqarah ayat 37; Syrat Thahha ayat 115 – 122; dsb.
,…maka Rattil dapat dikatakan Persiapan Iman atau Persiapan Shalat-666).
2 ). “ Shalat “ satu Pembinaan Iman .

Istilah Shalat ialah kaifiyat atau tehnik pembinaan diri menjadi mukmin-667). Yaitu penanaman hasil Rattil yakni pandangan al Quran msR menjadi Sikap hidup yang menghujam dalam hati. Dengan lain perkataan, Shalat ialah : memahkotakan hati
dengan al Quran msR-668).

Singkatnya Shalat ialah kelanjutan yaitu peningkatan Rattil satu Persiapan Iman menjadi Pembinaan Iman . Shalat sangat tergantung kepada hasil Rattil. Tanpa hasil dari Rattil, dari satu sudut, maka Shalat menjadi tidak berfungsi, tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali hanya satu demonstrasi kaifiyat belaka-669). Dari itu, agar Rattil dapat berhasil hingga memenuhi syarat bagi shalat dalam mencapai tujuannya , maka Rattil ini harus memenuhi satu prosedur dan titik tolaknya.
3 ). Prosedur dan Titik Tolak Rattil.

Dimaksud dengan “prosedur “, dalam hal ini ialah Rattil al Quran msR, ialah jalannya Rattil menurut satu tata tertib dan satu titik tolak tertentu. Dan istilah “ titik tolak ialah titik pijak, dari mana Rattil itu dimulai , dan kemana mau dituju serta apa yg mau dicapai al Quran satu pedoman hidup-670), termasuk Rattil sebagai salah satu aspek kehidupan ,maka pedoman dari “ Prosedur dan Titik Tolak Rattil al Quran msR “ adalah al Quran msR itu sendiri. Surat Muzzammil ayat 1 – 19 menggambarkan Prosedur dan Titik Tolak Rattil ini, demikian.
Artinya :
( 1 ). “ Wahai yang berlaku Dzulumat msS !”-671).
( 2 ). “ Bangunlah diwaktu malam kecuali sedikit saja “.
( 3 ). “ Setengahnya atau kurangi sedikit saja-672).
( 4 ). “ Atau lebihkan atasnya –673) / maka rattil-lah ( studilah ) al Quran msR ini se-mantap-mantap-nya “.
_________________
666). Surat Nisa’ ayat 42; dan Hadits : Shalat olehmu sampai engkau memahami yg kamu baca.
667). Surat Nisa’ ayat 102; dan Hadits :Shalat adalah satu tehnik pembinaan diri menjadi Mukmin.
668). Surat Bani Israil ayat 79; Muzzammil ayat 20, “ mardha “.
669). Surat Nisa’ ayat 142; Taubah ayat 54; al Maun ayat 5,6 dan 7.
670). Surat Baqarah ayat 2, 38, 97, 120, dan 185; Ali Imran ayat3; dsb.
671). Luis Ma’luf op cit, hal 313, “ zamala “ ialah ‘ada = dzalzmz, dan hubungkan dengan Surat Dhuha ayat 7;dsb.
672) dan 673)………………
( 5 ). “ Sesungguhnya KAMI, dengan Rattil al Quran msR ini, akan menancapkan menjadi pandangan hidup kalian satu kalam yang ber-bobot hebat-674).
( 6 ). “ Sesungguhnya kesegaran malam itu adalah se-mudah-mudah pemantapan dan se-tangguh-tangguh penanggapan”.
( 7 ). “ Sebenarnya bagi kalian diwaktu siang itu adalah kesibukan yang tidak habis-habis-nya”
( 8 ). “ Maka, dengan Rattil al Quran msR ini , sadarkanlah diri : “ Semoga kalian hidup sadar dengan Ilmu-675), (ajaran ) Pembimbing kalian “, dan lepaskan ikatan dengan selain-Nya, se-lepas-lepasnya”.
( 9). “ ( DIA ), atas pilihan Dzulumat msS, pembimbing Blok Barat. Tidak ada pembina kehidupan apapun kecuali DIA, dengan satu ajaran msR-Nya, maka sanjungilah DIA menjadi pembimbing kehidupan tiada tara “.
( 10). “ Dan teguh bertahanlah kalian-676) terhadap apa yg mereka, atas pilihan Dzulumat msS, melontarkan berbagai ocehan-677), dan tinggalkanlah mereka dengan sikap se-indah2-nya “-678).
( 11). “ Dan biarkanlah menjadi urusan-KU, yaitu pelacur- pelacur Ilmu yang memiliki serba kemewahan, dan biarkanlah mereka menghabiskan waktunya sedikit lagi “.
( 12). “ Sungguh menurut KAMI,pilihan Dzulumat msS itu,adalah penghancur kehidupan-679) yaitu kehidupan jahannam tiada tara“.
( 13). “ Yaitu ibarat sejenis makanan penyumbat kerongkong, sehingga merupakan bencana hidup luar biasa “.
( 14). “ Jalannya sejarah, dengan al Quran msR ini, adalah ibarat bumi dan gunung yang goncang se-goncang-goncang-nya,sehingga gunung demi gunung menjadi hancur beterbangan porak poranda “-680).
( 15). “ Sebenarnyalah KAMI, dengan pembuktian al Quran msR, mengu……………………
___________________
674). Surat Qadar ayat 3; dan Hadits : Bila al Quran msR tegak, maka tegaklah Arasy kedelapan.
675). Surat ar Rahman ayat 1- 4; Surat Baqarah ayat 31; dsb.
676). Hubungkan dengan Surat Baqarah ayat 176; dsb.
677). Hubungkan dengan Surat Hijir ayat ; Syu’ara’ ayat 27; dsb
678). Hubungkan dengan Surat Bani Israil ayat 23dan 24; Syu’ara’ ayat 18-24 dan86 dsb.
679). Surat Baqarah ayat 36 dsb.
680)……………………………
,….mengutus bagi kalian seorang Rasul, yg memberikan satu pembuktian atas hidup kalian, sebagimana halnya KAMI, dengan Taurat ms Musa , mengutus kepada Fir’aun, seorang Rasul juga”.
( 16). “ Maka Fir’aun mengingkari Taurat ms Musa, akhirnya Fir’aun, atas pilihan Dzulumat msS, KAMI hancurkan menjadi se-hancur-hancur-nya “.

( 17). “ Maka, bagaimanakah kalian, dengan Rattil al Quran msR ini, bisa mencapai hidup patuh ( Iman ) jikalaulah kalian masih saja bersikap negatip terhadap jalannya sejarah dengan al Quran msR ini yg akan membikin semua produk Dzulumat msS itu menjadi bagaikan bayi beruban kepala-683) “.

( 18). “ Seperti halnya semesta angkasa, pada Sa’ah Kubra, hancur ber-keping-keping – 682) begitulah janji-Nya dengan al Quran msR ini terhadap Dzulumat msS pasti terlaksana-683) “.

( 19). “ Sesungguhnya al Quran msR ini adalah satu pembina kehidupan sadar secara Ilmi-ah, maka, siapa yg mau , dipersilahkan menata kehidupan menurut ajaran pembimbingnya “.

Untuk mendapatkan gambaran yg jelas dan terperinci tentang Prosedur dan Titik Tolak Rattil ini kita harus mengingat kembali sket Segi Tiga Sama Sisi ABC, yg diperinci dengan A B1 C dan A B2 C, dalam Segi Tiga Sama Sisi ADE, yg diperinci dengan D E1

C dan E E1 C. Maka sudut Muzzammil, yaitu “ dhallan pahada “-684), ialah sudut E1 B2, yaitu sudut E1 yg mau mencapai B2 ( sudut mukmin ) yg bertahap dua. Yaitu menjadi E1 B3, sebagai garis Rattil satu persiapan Iman, dan B3 B2, sebagai garis shalat satu pembinaan Iman. Sehingga sudut A B2 C, yaitu penurunan dari A B1 C menurut pola sudut ABC, adalah sudut Iman yg sebenarnya.

Surat Muzzammil ayat 2 – 4 adalah waktu dan penggunaanya dalam garis Rattil . Ayat 6 adalah alasan dan penjelasannya , mengapa harus memakai waktu malam.

Ayat 5 dan 8 menggambarkan tujuan yg mau dicapai oleh Rattil yaitu Persiapan Iman yaitu Persiapan Shalat untuk mencapai B3,
Sha……………
_________________
681). Bayi atau anak-anak adalah lam

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.