Kiamat Siapa Takut
THE JAMBI TIMES - Apa pun
namanya, bila bicara tentang qiyãmah atau qiyãmatun, yang kita ucap dan tulis
menjadi kiamat itu, bicarakan lah yang sifatnya produktif.
Dalam arti setidaknya, agar soal kiamat itu bisa melahirkan pemahaman yang lebih baik, lebih luas, lebih mengilhami… Atau bisa membebaskan kita dari segala bentuk pemikiran berbau mitos alias dongeng!
Kiamat – qiyãmah – secara harfiah berarti berdiri, atau tegak, atau terjadi, atau terlaksana-nya “sesuatu”.
Sesuatunya itulah yang menjadi karinah (qarînah), atau konteks, atau ‘kaitan’ yang menentukan makna dari kiamat itu.
contoh : bila kata kiamat itu di hubungkan dengan alam semesta maka akan menjadi “kiamat alam semesta” yang berarti: berdirinya alam semesta, atau tegaknya alam semesta, atau terjadinya alam semesta, atau terlaksananya alam semesta.
Atau Yaum al-Qiyamah.
Yaum (يوم) = Hari, masa atau periode
Qiyam (قيام) = Tegak, bangkit, berdiri
`Ummah (أمة) = Ummat, bangsa
Kenapa bisa
bertolak belakang dengan pengertian selama ini? Bahwa kiamat adalah
“kehancuran…”? ada semacam missing link dari ilmu para ustadz yang bercerita
tentang kiamat kepada kita semua! Dan, perlu ingat baik-baik, kehilangan
konteks itulah sebenarnya yang membuat kita memahami istilah kiamat secara
keliru banget…missing link nya itu adalah konteks atau kaitan
Ketika arti harfiah dari kiamat kita kaitkan dengan konteksnya, misalnya alam semesta, seperti contoh di atas, maka kiamat itu berarti “tegaknya alam semesta”, atau “terjadinya alam semesta”, dan sebagainya. Dan, pengertian ini… ternyata berbeda, bahkan bertolak belakang dengan pengertian kita selama ini, yang memahami kiamat sebagai “kehancuran…”. Tak peduli kita menyebut kiamat kubra (al-qiyãmatul-kubrã), atau kiamat sugra (al-qiyãmatush-shughrã), intinya adalah kehancuran!
Kita dididik
untuk terbiasa mendengar dan mendengar pelajaran agama dari ceramah-ceramah,
dari monolog-monolog para guru, yang tidak bisa diinterupsi, tidak bisa
ditanya! Apalagi kalau mereka bicara di radio atau televisi seperti sekarang.
Mereka nyerocos saja, dan kita mendengar saja. Kalau mereka salah atau keliru,
kita tidak tahu. Dan mereka juga tidak pernah minta maaf bila sewaktu-waktu
keliru!
bila kiamat dipahami sebagai kehancuran, itu salah secara bahasa.
Bila kiamat diartikan hancur, itu salah secara bahasa. Tapi, kita melaju saja dalam kesalahan itu. Terus saja memasarkan pemahaman yang keliru…
Ketika kita
bicara kiamat, dalam arti tegak dan seterusnya itu, maka ingatlah kata kiamat
itu, kita ambil dari Al-Qurãn dan atau hadis. Isi pokok dari kedua sumber ini
adalah perintah untuk mengkiamatkan, untuk menegakkan, Dînul-Islãm(i), mulai
dari tingkat diri perseorangan, secara khusus, sampai pada masyarakat secara
umum. Penegakan Dînul-Islãm secara demikian itulah, sebenarnya, yang disebut
sebagai kiamat sugra.
Atau Yaumul Qiyamah sama halnya dengan Yawm ad-Din yang artinya suatu periode (masa) dimana akan terjadi kebangkitan sebuah komunitas ummat manusia yang hidup berdasarkan ajaran Allah (dinullah), AL QURAN.
Di dalam
kedua sumber itu, ada penuturan tentang awal-akhir kehidupan manusia, ada
penyebutan tentang dunia dan akhirat.
Ada penegasan bahwa dunia itu fana alias mortal, yaitu bakal hancur.
Sebaliknya, akhirat itu kekal alias immortal, yaitu tak akan hancur.
Di dalam kedua sumber itu, juga dikatakan bahwa manusia pasti meninggalkan alam dunia ini, untuk ‘pulang’ ke alam akhirat, mulai dari seorang demi seorang, sampai akhirnya secara keseluruhan.
Pulang
(mati) secara perseorangan itu dikatakan kepada kita sebagai kiamat sugra
(kecil). Sedangkan pulang secara keseluruhan disebut kiamat kubra (besar).
Coba
perhatikan hal ini: Ketika kita bicara tentang kiamat besar, yang dimaksud
kiamat (tegak dsb.) sebenarnya adalah alam akhirat! Dan tegaknya (terjadinya
dsb.) alam akhirat itu adalah setelah alam dunia hancur!
Kesalahannya
selama ini hanya pada penyebutan antara dunia dan akhirat
Tepatnya pengaitan! Kiamat itu kaitannya dengan akhirat, bukan dunia. Jadi, dalam bahasa Indonesia, misalnya, istilah “dunia bakal kiamat” itu salah. Yang benar adalah “akhirat pasti kiamat”. Dunia adalah sesuatu yang sudah dan sedang ‘tegak’ (= eksis). Tapi ia bakal hancur. Sedangkan akhirat adalah sesuatu yang, bagi kita, belum tegak (= belum eksis). Tapi dia bakal tegak, nanti. Entah kapan.
Satu hal
yang harus di pahami sekarang adalah bahwa ketika kita bicara kiamat,
konteksnya adalah penegakan Dînul-Islãm, yang menjadi tugas kita, secara
pribadi maupun jama’ah.
Inilah konteks kiamat sugra.
Inilah konteks kiamat sugra.
Dan kiamat sugra ini bukanlah sesuatu yang harus ditunggu, tapi harus dilakukan oleh kita, secepatnya.
Sebelum kita mati. Kiamatkan (tegakkan) Islam dalam diri kita, tak perlu menunggu orang lain!
Sedangkan
dalam konteks kiamat kubra, tegaknya atau eksisnya alam akhirat, itu sama
sekali bukan urusan kita.
Jadi Yaumul
Qiyamah adalah kebangkitan sebuah komunitas ummat manusia yang hidup
berdasarkan ajaran Allah.
Pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya ummat adalah menurut sunnatullah. Baca juga Masa Depan Islam Di Penghujung Sejarah
Sebagaimana
telah kita pahami bahwa berbicara Bani Adam bukanlah berbicara manusia pertama.
Tetapi sejarah komunitas Adam adalah perihal tentang kebangkitan Dien Islam,
system penataan Jannah dibawah kepemimpinan Bani Adam, yang merupakan
kebangkitan pertama yang Allah muat dalam penuturan Al-Quran. Kebangkitan
penataan Jannah tergelincir runtuh, kemudian system penataan Syaithon, system
ekonomi Riba berjaya. Kemudian Bani Adam tersadar maka bangkit kembali system
Ekonomi Jannah. Begitu seterusnya timbul tenggelam Kekuasaan Dzulumat (Naar)
dan kekuasaan Nur (Jannah) silih berganti seperti silih bergantinya malam dan
siang.Maka disanalah terjadi Yaumul Hisab, dll, dst…komunitas orang-orang yang
negative dan memerangi ajaran Allah otomatis di hisab oleh komunitas ummat yang
sudah membangkitkan kehidupan ini dengan menggunakan wajah Allah, system
penataan Allah, Alquran. Bertemu dengan Allah bukan bertemu dengan Allah secara
Dzat, tetapi bertemu dengan system kehidupan yg menggunakan ajaran Allah,
Alquran.
AQIIMU
SHALAT WA ATUZ ZAKAT
System Ekonomi, yang dibangun, yang lahir dari hasil RATTIL DAN SHALAT TAHAJJUD serta penjagaannya shalat mauqutan (5 waktu), Aqimu shalah wa atuz zakah ..!! Jika dibangun dengan selain itu adalah mustahil zhahir! Se-mustahil Unta masuk ke lubang jarum! (QS 7:40)
Dari TEORI
kerja menghasilkan PRAKTEK kerja
Aqiimu shalat wa atuz zakat
Alimul Ghaib wa syahadah
Sami’na wa atha’na
Samawat wal ardi
Makiyyah Madaniyyah
Aqiimu shalat wa atuz zakat
Alimul Ghaib wa syahadah
Sami’na wa atha’na
Samawat wal ardi
Makiyyah Madaniyyah
Kuliah
Kedokteran Praktek Kedokteran
Kuliah Penerbangan Jadi Burung Hud-Hud (:D)
Kuliah Penerbangan Jadi Burung Hud-Hud (:D)
Qumilaila
illa qaliila…Wa rattilil qur’aana tartiila, inna sanulqi alaika qaulan
tsaqiilla. Innalaka finnahaari sabhan thawiila. Bangun malam untuk study
Alquran dan kemudian genapkan dalam Tahajjud sehingga hasil study yg maha hebat
berbobot tersebut dipraktekkan bersama” korps yg dibentuk (korps titik”
jumatan) pada siang hari nya sebagai gerak aktifitas hidup berdasarkan atas
hasil study teori di malam hari nya.
Titik titik
masjid jumatan, minimal ada 4 titik jumatan (2:260) maka layak utk shalat idul
fitri (madinatul munawarah). kaitkan dengan hadist nabi adam lahir/mati pd
yaumul jumu’ati (Apakah zaman nabi adam sdh ada system penanggalan? jum’at
sebagai nama hari kah? Sedangkan system penanggalan kalenderisasi baru ada pada
zaman khalifah Umar bin khattab! Silahkan kritisi…), qiyamah terjadi pada
yaumul jumu’ati, ingat juga alhadist: 40 titik jumatan setara dengan idul adha
(hajj), jumu’ah sendiri adalah hajj kecil…isim muntahal jumu’ (jamaknya jamak,
banyak titik-titik jumatan yg bertengger pada jibal-jibal, QS 16:68)
Titik masjid
jumatan jangan dibayangkan seperti masjid jumatan normatif kayak sekarang,
titik masjid jumatan itu yang seperti sarang lebah, produksi, distribusi dan
konsumsi yang independen (QS 16:68-69). Titik masjid jumatan yang di dalamnya
ada aktifitas anggaran belanja rumah tangga mukmin (amwal-baitul maal-pertanian
sembako-kasab yg berhub dgn SDA dan anfush-belajar mengajar materi iman pendidikan-iman
juang di iringi dgn tata bahasa alquran). STEP BY STEP (QS 9:105) mulai dari
tetes embun, hingga lama kelamaan akan terbentuk hujan deras (QS 2:265), tidak
mudah memang. Di titik titik jumatan yang tersebar dimana” dibawah managemen 1
atap, semua hal dibahas, sehingga nanti, yaumil qiyamah pun akan terjadi pada
yaumil jumu’ati, dst.
Jika konsep
itu dipraktekkan..apakah masih memerlukan kamuflase semacam
yayasan/sekolah/pesantren, ormas atau organisasi” normatif yg di dalamnya ada
ketua sekretaris dan bendahara?
Hati-hati di dalam menterjemahkan makna
“Organisasi Islam”. Hati-hati dengan laku perbuatan kadzdzaba (mencampur-aduk
ajaran Allah dengan kebijakan normatif), yg secara tidak sadar mengarah kepada
pembentukan masjid dhirar (QS 9:107), ingat selalu dengan sindiran Allah,
Alquran. Kita kadzdzaba maka jalan kita untuk menuju penataan jannah tidak akan
dibuka kan (QS 7:40)(a.h)