Alat Komunikasi Dengan Tuhan
Di Bawah
Bendera Revolusi, buku tebal berisi kumpulan tulisan Bung Karno.
MARHABAN
YA RAMADHAN (7)
Anda mengatakan bahwa tadarus yang salah kaprah itu bukan sebuah
kesalahan kecil … Gampangnya, salah kaprah itulah yang menyebabkan segala
bentuk despotic power meraja lela. Tolong paparkan dengan jelas apa yang
anda maksudkan itu.
Al-Qurãn
sebagai sebuah rahmat, sebagai konsep hidup dari Allah, telah diperlakukan
secara salah kaprah, sehingga menjadi tidak fungsional. Kalau saja kita sadar,
ini adalah pangkal bencana bagi umat Islam, bahkan bagi kemanusiaan itu
sendiri.
Bisa anda
jelaskan lebih lanjut?
Bila kita
mengaku umat Islam, mengakui Allah sebagai Tuhan, maka satu-satunya alat
komunikasi yang diberikan Allah kepada kita adalah Al-Qurãn. Itu fungsi
Al-Qurãn yang pertama. Alat komunikasi! …
Maaf, saya
potong. Tapi, bukankah – kata orang – manusia bisa berkomunikasi dengan Tuhan
melalui batinnya, melalui hatinya?
Ya.
Begitulah, kata banyak orang. Kita sudah mendengar dan membaca banyak sekali
kasus tentang orang-orang yang – katanya – bisa berkomunikasi dengan Tuhan.
Tapi berapa banyak di antara mereka itu yang meninggalkan kitab yang diakui
sebagai kitab suci?
Bila itu
ukurannya, … yaa sedikit sekali. Tapi, apakah ukurannya – bahwa seseorang
benar-benar berkomunikasi dengan Tuhan itu –harus berupa kitab suci?
Setiap orang
bisa mengakui mampu berkomunikasi dengan Tuhan, tapi apa buktinya, yang
benar-benar bisa diuji (diverifikasi), sehingga kita tidak bisa membantah
kebenarannya?
Saya kurang
mengerti maksud anda?
Begini.
Sekarang orang sering mengatakan bahwa untuk membuktikan seseorang melakukan
korupsi atau tidak, kita bisa melakukan pembuktian terbalik, yaitu dengan cara
mendata semua kekayaan yang dimilikinya, lalu kita usut dari mana ia memperoleh
semua kekayaan itu, dan bagaimana cara memperolehnya.
Ya, ya.
Tapi, bagaimana hal itu bisa dilakukan terhadap orang yang mengaku telah
berkomunikasi dengan Tuhan.
Kita ambil
contoh yang dekat dengan kita. Sebut saja nama Bung Karno. Untuk meyakinkan
kita bahwa Bung Karno pernah ada, mungkin kita bisa menemui anak-anaknya,
melihat foto-fotonya, dan sebagainya. Tapi, bagaimana cara kita meyakini bahwa
Bung Karno mempunyai gagasan-gagasan tertentu, tentang Pancasila, demokrasi
terpimpin, Marhaenisme, dan lain-lain?
Kita bisa
membaca tulisan-tulisan, buku-buku, yang membahas semua itu.
Ya. Tentu
saja, kita bisa membaca tulisan-tulisan orang lain tentang pemikiran Bung
Karno. Itu bisa menjadi bukti. Tapi bukti yang otentik adalah Tulisan-tulisan
Bung Karno sendiri, atau rekaman pidato-pidatonya. Kebetulan Bung Karno banyak
menulis, dan merupakan penulis yang hebat pula. Kita bisa membaca, misalnya
buku Di Bawah Bendera Revolusi yang begitu tebal, atau Indonesia Menggugat, dan
lain-lain. Buku-buku itu adalah bukti yang tidak bisa dibantah bahwa Bung Karno
memang benar-benar eksis, dan menelurkan gagasan-gagasan, yang sekarang bahkan
bisa kita sebut sebagai isme (ajaran; paham) Sukarno. Anda pasti tahu bahwa
isme Sukarno, atau Sukarnoisme ini pada gilirannya bisa muncul sebagai sebuah
agama. Setidaknya pseudo agama, semacam agama.
Ya, ya.
Sangat menarik. Tapi, yang kita bahas tadi kan tentang pembuktian bahwa
seseorang benar-benar telah berkomunikasi dengan Tuhan. Sementara Bung Karno,
lewat buku-bukunya itu, kan tidak mengajukan suatu pengakuan bahwa ia
berkomunikasi dengan Tuhan.
Ha-ha! Saya
sengaja mengajukan Bung Karno sebagai contoh, karena saya ingin mengungkapkan
bahwa sumber gagasan itu bukan hanya Tuhan, bukan hanya Allah, tapi banyak
sumber-sumber yang lain.
Ya,
kenyataannya memang begitu.
Nah! Bila
anda membaca buku-buku Bung Karno, mungkin anda bisa menghubungkan
pemikiran-pemikiran Bung Karno dengan berbagai isme dunia seperti Sosialisme,
Kapitalisme, Pan-Asianisme, sampai pada Indonesianisme, Javanisme, dan
lain-lain. Bila hendak menyebut tokoh, anda bisa mengaitkannya dengan Karl
Marx, Lenin, Muhammad Abduh, Mustafa Kamal Ataturk, A. Hassan, dan banyak lagi.
Dengan kata
lain, anda hendak mengatakan bahwa yang disebut Sukarnoisme itu sebenarnya
adalah gabungan dan berbagai isme, yang mengalir ke otak Bung Karno melalui
tulisan-tulisan berbagai tokoh yang dikaji oleh Bung Karno?
Persis.
Kasarnya, apa yang kita sebut sebagai ide atau gagasan kita itu pada hakikatnya
hanyalah gado-gado dari banyak ide orang lain. Nah! Hal itu tidak terjadi, atau
tidak boleh terjadi, pada kitab suci yang dibawa seorang rasul. Sebuah kita
suci harus hanya berisi gagasan Allah!
Dengan kata
lain, kitab suci itu harus hanya berisi gagasan Allah yang otentik?
Ya.
Tapi,
bagaimana cara membuktikannya. Bagaimana cara verifikasinya?
Lakukan
pengujian ilmiah. Bila yang mengajarkan kitab suci itu adalah benar-benar
Tuhan, apa yang terdapat dalam kitabNya pastilah tidak mungkin salah.
Tapi, itu
kan pekerjaan sulit.
Sebenarnya
tidak sulit juga. Maksud saya, bila kita ambil jalan pintas, kita bisa
periksa pernyataan-pernyataan mereka yang diakui sebagai ahli, baik dari
kalangan umat Islam sendiri maupun dari kalangan di luar umat Islam.
Memangnya
ada ahli di luar Islam, yang mengkui kebenaran Al-Qurãn?
Banyak.
(a.h)