Melihat Aktivitas Nelayan di Nipah Panjang
Para Istri Berharap Cemas Tunggu Kepulangan
Suami
The Jambi Times - Muara Sabak - Menjadi
nelayan atau penangkap ikan adalah pilihan, apapun resiko di hadapi. Inilah yang
tercermin dari sebagian besar yang memilih mencari penghidupan dari mencari
ikan di laut. Perjuangan mencari nafkah demi keluarga di lakoni walaupun nyawa
taruhannya. kehidupan sebagaian dari mereka ternyata sampai saat ini banyak yang belum
berubah,kemiskinan masih mendera.Sebagian besar istri menunggu dengan cemas
kepulangan suami dari melaut, berharap suami pulang dengan selamat.
Siti. istri Leman warga RT 06 Parit Bom Kelurahan Nipah Panjang I
Kecamatan
Nipah
Panjang tampak mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan suaminya yang
akan melaut.Segala sesuatu di persiapkannya. Sementara Leman mempersiapkan
alat-alat untuk menangkap ikan dan di taruhnya di kapal yang bersandar di
samping rumahnya. Rencananya sore itu dia bersama teman-temannya akan melakukan
rutinitas untuk mencari ikan dilaut.
''Kami
tidak pernah pergi sendiri-sendiri jika melaut, biasanya tiga atau empat kapal,
kalau pergi sendiri takut terjadi apa-apa tidak adanya yang menolong,''kata
bapak dua anak yang sudah menjalankan profesinya ini hampir 20 tahun sejak dia
bujangan.
''Ini
sudah pilihan hidup saya,keahlian saya cuma ini, pekerjaan lain saya tidak
pandai,''ujar Leman dengan bahasa melayu yang kental.Menurut dia saat ini
istrinya sering cemas setiap dirinya berangkat melaut, alasannya karena sering
mendengar ada beberapa teman sesama nelayan saar akan pulang perahunya
tenggelam di sapu ombak.
''Saya
sering katakan kepada istri saya, bahwa memang menjadi nelayan atau pencari
ikan adalah pekerjaan yang resikonya sangat tinggi dan di perlukan mental yang
kuat dan ketrampilan dalam mengendalikan kapal jika terjadi hal yang tidak di
inginkan,''imbuhnya.
Doa dan
keikhlasan saja,lanjutnya serta pasrah terhadap segala sesuatu yang akan
terjadi karena di lautan lepas apapun bisa terjadi,kadang terlihat tenang dank
kita mengira cuaca cerah, namun secara tiba-tiba bisa berubah dengan ganas.
''Itu sudah saya alami berkali-kali dan Al hamdullilah saya selamat dari
kondisi
tersebut, namun kita tidak boleh takabur dalam hal ini, ucap syukur
harus kita panjatkan jika kita sudah sampai di rumah, karena kita sudah lepas
dari maut yang selalu mengintai para nelayan yang melaut,''ucap Leman.
Siti
istri Leman yang menemaninya menuturkan sekarang ini dirinya sering cemas
menunggu kepulangan suaminya dari melaut. Ini di sebabkan seringnya dia
mendengar ada perahu nelayan yang tenggelam karena cuaca yang tidak
menentu.
''Dulu saya sekhawatir ini,karena dulu nelayan bisa memprediksikan cuaca,bulan-bulan ombak besar dan angin kencang
dapat di ketahui karena
kebiasaan.Namun sekarang tidak lagi, dan ini di tambah saya sering dengar ada
juga nelayan yang di rompak sehingga kami istri para nelayan bertambah
takut,maunya sih suami saya itu berubah profesi namun keahlian lainnya dia
tidak ada,maunya saya dia kerja di daratan saja, resikonya tidak
seberapa,''katanya dengan nada cemas.(..)