Siap Hadapi Perpindahan Ibukota Negara, Warga Jakarta Harus Berbenah
The Jambi Times, JAKARTA | Perpindahan
Ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan sangat mempengaruhi kehidupan
Jakarta. Turbulensi dan goncangan sosial, pemerintahan maupun struktur
masyarakat, pastinya akan terjadi di kota yang sudah berusia 492 tahun
itu.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi DKI Jakarta,
Muhammad Taufik mengatakan, mau tak mau semua struktur masyarakat,
semua elemen kehidupan di Jakarta nantinya akan mengalami perubahan.
Yang
paling cepat harus segera dibenahi nantinya, lanjut Ketua DPD Partai
Gerindra DKI Jakarta ini, adalah struktur pemerintahan, tata cara
pemilihan Kepala Daerah, terutama Walikota dan Bupati, serta
partai-partai Politik di Jakarta.
Hal itu ditegaskan Mantan
Ketua KPU Jakarta ini, saat bertemu dan berdiskusi dengan jajaran
pengurus Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia
(DPD GAMKI) Provinsi DKI Jakarta, di ruang pimpinan DPRD DKI Jakarta,
Selasa (26/11/2019).
“Imbas perpindahan Ibukota Negara dari
Jakarta mempengaruhi semua elemen kehidupan pemerintahan, sosial dan
struktur politik di Jakarta. Terutama, mengenai struktur pemerintahan.
Sebab, selama ini, Jakarta sebagai Ibukota Negara dan Ibukota
Pemerintahan, struktur Walikota itu tidak dipilih langsung. Kekhususan
ini hilang begitu Jakarta tidak menjadi Ibukota Negara lagi,” terang M
Taufik.
Karena itu, lanjut pria yang sudah dua periode menjadi
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra ini, Jakarta harus
segera berbenah dan mempersiapkan diri menghadapi perpindahan Ibukota
Negara.
Nantinya, dengan perpindahan Ibukota Negara dari
Jakarta, diprediksi Taufik, proses pemilihan Walikota dan Bupati di
Wilayah Provinsi DKI Jakarta pun akan sama dengan daerah-daerah lainnya.
“Kita
sedang mempersiapkan, apakah langsung melakukan pemilihan Walikota
dengan cara pemilihan langsung atau bukan. Sebab, struktur ini sangat
penting di Jakarta,” ujarnya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPD GAMKI) Provinsi DKI
Jakarta, Jhon Roy P Siregar menyampaikan, untuk perpindahan Ibukota
Negara dari Jakarta ke Kalimantan, tidak akan banyak pengaruhnya ke pola
dan struktur masyarakat Jakarta.
Sebab, selain sudah berusia
ratusan tahun, di 2019 ini berusia 492 tahun, Jakarta sudah banyak
mengalami asam garam, pahit getir dan bahkan turbulensi yang tidak
mudah, sejak masa penjajahan kolonialisme di Tanah Air, hingga Indonesia
Merdeka, sampai saat ini.
Daerah yang memiliki perjalanan
sejarah panjang dan kuat seperti Jakarta, lanjutnya, sudah tidak akan
banyak mengalami turbulensi.
“Nilai-nilai kehidupan yang
sudah sangat mengakar di Jakarta, seperti Nasionalisme, pluralisme,
rasionalisme, hubungan kekerabatan dari berbagai suku bangsa di Tanah
Air, pendidikan yang maju, ikatan masyarakat yang begitu kuat dan sangat
peduli, tidak akan tercerabut begitu saja. Itu modal besar, yang akan
membuat Jakarta tetap akan maju sebagai Kota yang makin makmur ke depan.
Itu tidak dimiliki daerah lain, termasuk daerah Ibukota Negara yang
baru,” beber Jhon Roy P Siregar.
Menurut Jhon Roy P Siregar,
bagi seluruh masyarakat Indonesia, dari berbagai penjuru, Jakarta ibarat
Rumah Pertama. Kemana pun Ibukota Negara akan dipindahkan, masyarakat
akan kembali ke rumahnya.
“Sebagai warga Jakarta, kita tidak perlu cemas dan tidak perlu khawatir dengan perpindahan Ibukota Negara,” ujarnya.
Meski
begitu, lanjut Jhon Roy P Siregar, bukan karena akan pindah Ibukota
Negara saja maka Jakarta harus berbenah. Setiap saat, Jakarta selalu
melakukan pembenahan.
“Tetap
berbenah, dan lebih dewasa menghadapi apapun yang akan terjadi ke
depan. Saya kira, Jakartalah di Indonesia ini yang paling siap
menghadapi segala situasi dan kondisi,” ujar Siregar.(***)