Romi Hariyanto Prioritaskan Isu Abrasi Pada Pemaparan Nirwasita Tantra Award 2017
THE JAMBI TIMES - MUARA SABAK - Ada
perdebatan tajam antara Bupati Tanjung Jabung Timur H Romi Hariyanto
dengan Tim juri Nirwasita Tantra Award 2017 yang berlangsung di
auditorium Rimbawan II gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta Pusat, Jum’at
siang (7/7). Romi, yang mendapat giliran pertama berikutnya, setelah
Jogyakarta dan Jawa Timur usai shalat Jumat, dikritisi tajam oleh
Brigitta Isworo Laksmi, salah satu panelis yang berlatar jurnalis.
Brigitta
heran karena Romi menempatkan isu kebakaran lahan dan hutan justru di
posisi ketiga setelah abrasi dan sampah domestik. Padahal, biasanya
peserta yang ingin lolos sebagai peraih Nirwasita Tantra Award selalu
menempatkan Isu besar pada prioritas pertama. Terlebih, isu kebakaran
lahan dan hutan cukup menarik perhatian bukan hanya nasional namun juga
dunia.
Tanjabtim
yang diketahui Brigitta sebagai daerah yang 70 persen wilayahnya rawa
gambut, tentu akan lebih menarik jika berbicara dominan gambut yang tak
terpisahkan dari isu kebakaran lahan dan hutan. “Terus terang saya agak
heran. Karena isu ini semestinya dimanfaatkan guna penilaian yang lebih
baik,”ucap Brigitta yang tetap meminta penjelasan Romi.
Pertanyaan
Brigitta itu bahkan dilanjutkan dengan kritikannya tentang komitmen
Romi tentang pengalokasian 11 ekskavator yang dinilainya agak terlambat.
Padahal, dari profil Romi yang diketahuinya, Romi bisa melakukan hal
itu sejak menjabat ketua DPRD.
Menjawab itu, Romi menjelaskan bahwa saat sekarang isu kebakaran lahan dan hutan memang sangat strategis dan populis.
Menjawab itu, Romi menjelaskan bahwa saat sekarang isu kebakaran lahan dan hutan memang sangat strategis dan populis.
Namun,
abrasi yang saat ini menghantam sejumlah pantai pesisir Tanjabtim harus
diakui juga sangat mengkhawatirkan. Bahkan di Kecamatan Sadu, sejumlah
desa sudah harus memindahkan permukiman warganya ke daratan yang jauh
dari pantai. Banyak dampak dari kondisi itu. Sedangkan kebakaran lahan
dan hutan, meski secara nasional cukup populis, di Tanjabtim justru saat
ini dijamin Romi masih dalam kendali yang baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan tidak terjadinya kabut asap di Tanjabtim tahun 2016. Padahal,
tahun 2015 Tanjabtim disebut sebagai salah satu penyumbang asap terbesar
hingga ke Singapura.
Sedangkan
tentang penempatan ekskavator di seluruh kecamatan, Romi menjawab bahwa
sebelum 2011 sulit untuk membeli ekskavator yang harganya miliaran. Hal
itu karena Tanjabtim yang daerah pemekaran dengan APBD minim, harus
berkutat dengan persoalan infrastruktur dasar.
“Alat
berat itu kita beli tahun 2011 dengan maksud mendukung upaya tanggap
darurat dan swakelola pembuatan tanggul untuk mengamankan perkebunan
warga dari air laut,”jelasnya. Sebagai daerah yang berbatasan langsung
dengan Laut China Selatan, perkebunan kelapa dalam warga di sepanjang
pesisir, dikatakan Romi sangat rawan rusak oleh air asin yang masuk. ”
Namun pada saat bencana kabut asap 2015, kita kerahkan untuk membantu
pembuatan kanal di kawasan tahura. Sedangkan perusahaan swasta kita
wajibkan membuat sekat kanal sendiri,”imbuhnya.
Merasa
masih belum puas, Brigitta bahkan mengejar informasi penegakan hukum
yang terjadi pasca bencana kabut asap 2015. Dia merasa miris karena
terdakwa kasus tersebut diputus bebas oleh pengadilan setempat.
Menyikapi sorotan tajam itu, Romi enggan berkomentar jauh karena
menurutnya hal itu murni wilayah penegakan hukum. Sementara dia selaku
kepala daerah lebih berfokus pada tata kelola dan kebijakan peningkatan
kualitas lingkungan.
Selain
Brigitta, panelis juga terdiri dari Profesor Lilik BP, Henry Subagyo SH
MH dan DR Suhaeri selaku sekretaris tim sekaligus moderator diskusi
panel.
Romi
sendiri sempat berulang kali melemparkan joke segar kepada panelis dan
audiens yang hadir. Romi yang tampil dengan gaya khas sederhananya,
bahkan tanpa segan meminta agar panelis tidak bertanya terlalu banyak.
“Pertanyaannya singkat dan jangan banyak ya, saya grogi ini,” candanya
disambut tawa para panelis dan audiens yang hadir.
Romi
adalah salah satu nominator penerima Nirwasita Tantra Award 2017 untuk
kategori Pemerintah Kabupaten. Dalam paparannya, Romi mempresentasikan
tiga isu utama lingkungan yang saat ini dihadapi Tanjabtim. Isu Abrasi,
Sampah Domestik dan Kebakaran Lahan dan Hutan. Ketiga isu tersebut
ditangani secara komprehensif oleh Pemkab Tanjabtim dengan rumusan
sejumlah kebijakan dan inovasi. Sejumlah regulasi bahkan sudah
diterapkan guna mendukung upaya tersebut.
Saat
pemaparan, Romi juga didampingi pimpinan DPRD Markaban, Kepala Bappaeda
Agus Pirngadi, Kepala BLHD Gustin Wahyudi serta Arie Suryanto, Direktur
Eksekutif Forum Komunikasi Masyarakat Desa (Foksmades) yang berfokus
pada isu lingkungan dan kebijakan publik.
Ada
perdebatan tajam antara Bupati Tanjung Jabung Timur H Romi Hariyanto
dengan Tim juri Nirwasita Tantra Award 2017 yang berlangsung di
auditorium Rimbawan II gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta Pusat, Jum’at
siang (7/7). Romi, yang mendapat giliran pertama berikutnya, setelah
Jogyakarta dan Jawa Timur usai shalat Jumat, dikritisi tajam oleh
Brigitta Isworo Laksmi, salah satu panelis yang berlatar jurnalis.
Brigitta
heran karena Romi menempatkan isu kebakaran lahan dan hutan justru di
posisi ketiga setelah abrasi dan sampah domestik. Padahal, biasanya
peserta yang ingin lolos sebagai peraih Nirwasita Tantra Award selalu
menempatkan Isu besar pada prioritas pertama. Terlebih, isu kebakaran
lahan dan hutan cukup menarik perhatian bukan hanya nasional namun juga
dunia.
Tanjabtim
yang diketahui Brigitta sebagai daerah yang 70 persen wilayahnya rawa
gambut, tentu akan lebih menarik jika berbicara dominan gambut yang tak
terpisahkan dari isu kebakaran lahan dan hutan. “Terus terang saya agak
heran. Karena isu ini semestinya dimanfaatkan guna penilaian yang lebih
baik,”ucap Brigitta yang tetap meminta penjelasan Romi.
Pertanyaan
Brigitta itu bahkan dilanjutkan dengan kritikannya tentang komitmen
Romi tentang pengalokasian 11 ekskavator yang dinilainya agak terlambat.
Padahal, dari profil Romi yang diketahuinya, Romi bisa melakukan hal
itu sejak menjabat ketua DPRD.
Menjawab itu, Romi menjelaskan bahwa saat sekarang isu kebakaran lahan dan hutan memang sangat strategis dan populis.
Menjawab itu, Romi menjelaskan bahwa saat sekarang isu kebakaran lahan dan hutan memang sangat strategis dan populis.
Namun,
abrasi yang saat ini menghantam sejumlah pantai pesisir Tanjabtim harus
diakui juga sangat mengkhawatirkan. Bahkan di Kecamatan Sadu, sejumlah
desa sudah harus memindahkan permukiman warganya ke daratan yang jauh
dari pantai. Banyak dampak dari kondisi itu. Sedangkan kebakaran lahan
dan hutan, meski secara nasional cukup populis, di Tanjabtim justru saat
ini dijamin Romi masih dalam kendali yang baik. Hal tersebut dibuktikan
dengan tidak terjadinya kabut asap di Tanjabtim tahun 2016. Padahal,
tahun 2015 Tanjabtim disebut sebagai salah satu penyumbang asap terbesar
hingga ke Singapura.
Sedangkan
tentang penempatan ekskavator di seluruh kecamatan, Romi menjawab bahwa
sebelum 2011 sulit untuk membeli ekskavator yang harganya miliaran. Hal
itu karena Tanjabtim yang daerah pemekaran dengan APBD minim, harus
berkutat dengan persoalan infrastruktur dasar.
“Alat
berat itu kita beli tahun 2011 dengan maksud mendukung upaya tanggap
darurat dan swakelola pembuatan tanggul untuk mengamankan perkebunan
warga dari air laut,”jelasnya. Sebagai daerah yang berbatasan langsung
dengan Laut China Selatan, perkebunan kelapa dalam warga di sepanjang
pesisir, dikatakan Romi sangat rawan rusak oleh air asin yang masuk. ”
Namun pada saat bencana kabut asap 2015, kita kerahkan untuk membantu
pembuatan kanal di kawasan tahura. Sedangkan perusahaan swasta kita
wajibkan membuat sekat kanal sendiri,”imbuhnya.
Merasa
masih belum puas, Brigitta bahkan mengejar informasi penegakan hukum
yang terjadi pasca bencana kabut asap 2015. Dia merasa miris karena
terdakwa kasus tersebut diputus bebas oleh pengadilan setempat.
Menyikapi sorotan tajam itu, Romi enggan berkomentar jauh karena
menurutnya hal itu murni wilayah penegakan hukum. Sementara dia selaku
kepala daerah lebih berfokus pada tata kelola dan kebijakan peningkatan
kualitas lingkungan.
Selain
Brigitta, panelis juga terdiri dari Profesor Lilik BP, Henry Subagyo SH
MH dan DR Suhaeri selaku sekretaris tim sekaligus moderator diskusi
panel.
Romi
sendiri sempat berulang kali melemparkan joke segar kepada panelis dan
audiens yang hadir. Romi yang tampil dengan gaya khas sederhananya,
bahkan tanpa segan meminta agar panelis tidak bertanya terlalu banyak.
“Pertanyaannya singkat dan jangan banyak ya, saya grogi ini,” candanya
disambut tawa para panelis dan audiens yang hadir.
Romi
adalah salah satu nominator penerima Nirwasita Tantra Award 2017 untuk
kategori Pemerintah Kabupaten. Dalam paparannya, Romi mempresentasikan
tiga isu utama lingkungan yang saat ini dihadapi Tanjabtim. Isu Abrasi,
Sampah Domestik dan Kebakaran Lahan dan Hutan. Ketiga isu tersebut
ditangani secara komprehensif oleh Pemkab Tanjabtim dengan rumusan
sejumlah kebijakan dan inovasi. Sejumlah regulasi bahkan sudah
diterapkan guna mendukung upaya tersebut.
Saat
pemaparan, Romi juga didampingi pimpinan DPRD Markaban, Kepala Bappaeda
Agus Pirngadi, Kepala BLHD Gustin Wahyudi serta Arie Suryanto, Direktur
Eksekutif Forum Komunikasi Masyarakat Desa (Foksmades) yang berfokus
pada isu lingkungan dan kebijakan publik.