Aburizal Bakrie dan Kebutuhan akan Kekuasaan
Mengapa? Karena dorongan untuk menjadi berkuasa melebihi dosis yang pantas, mungkin bagai mengidap suatu penyakit yang oleh Costa dan McCrae, dalam Martha, L Cottam, dkk, disebut neuroticism. Penyakit gangguan kepribadian dengan ciri kecemasan, rasa permusuhan, depresi, defisit kesadaran diri, impulsivitas, dan sejenisnya.
Pengidap penyakit ini, kata J.Kristiadi dari CSIS, mencari peran-peran kepemimpinan untuk berburu kekuasaan dengan tidak kenal menyerah dan menggunakan orang lain untuk mendaki mencapai tujuan tersebut. Politik menjadi kering kerontang karena tidak mempunyai roh, cita-cita, serta spirit yang menuntun ke arah yang diharapkan publik. Masyarakat hanya menjadi obyek dari para pemburu kekuasaan. Dan Golkar kini di medan yang rumit itu.
Kegalauan elite dan politisi Golkar sama sekali tidak nyambung dengan kegalauan masyarakat. Sejauh ini publik tidak pernah mendengar, paling-paling hanya sayup-sayup dan menerka-nerka yang akan dilakukan oleh para kandidat pemimpin negara kalau mereka benar-benar menjadi pemenang dalam Pemilu 2014.
Rakyat ingin tahu agenda urgensi yang dapat dijadikan langkah awal dalam mengurai kekusutan penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya, rakyat juga ingin tahu, pada ujung mana yang dapat dijadikan titik urai guna menyusun agenda prioritas mengurai kesemrawutan kehidupan bernegara dewasa ini. Namun Ical Bakrie tak melangkah ke situ, karena fokus pada kebutuhan akan kekuasaan.Seperti yang di langsir rimanews (Liem Soe Liong/Rm/berbagai sumber)
