News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Shalat Itu Proses Qurãnan

Shalat Itu Proses Qurãnan



The Jambi Times, BEKASI | Bila shalat subuh disebut qurãnal-fajri (Al-Isra 78), maka keempat shalat berikutnya juga bisa disebut qurãnazh-zhuhri, qurãnal-ashri, qurãnal-maghribi, qurãnal-isya’.
Intinya, shalat adalah qurãnan!

Aqimiṣ-ṣalāta lidulụkisy-syamsi ilā gasaqil-laili wa qur`ānal-fajr, inna qur`ānal-fajri kāna masy-hụdā

Apa itu qurãnan?

Qurãnan (قرآنا) adalah salah satu bentuk mashdar dari kata kerja qara’a yang secara harfiah berati membaca. Jadi, qurãnan bisa berarti “pembacaan”.

Tapi harus diingat bahwa kerja pembacaan dalam shalat adalah pembacaan Al-Qurãn. Dengan demikian, pada kata pembacaan itu harus ditegaskan objeknya, yakni Al-Qurãn; sehingga arti kata qurãnan selengkapnya adalah: pembacaan Al-Qurãn.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa istilah qurãnal-fajri untuk shalat subuh berarti ”pembacaan Al- Qurãn di waktu fajar”. Dengan demikian pula,  shalat-shalat ‘lima waktu’ lainnya adalah pembacaan Al-Qurãn di waktu Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya’.

Sebenarnya sholat itu dari niat hingga akhirnya sholat sedang melakukan proses baca Al-Quran bukan saja di difinisikan melakukan bahasa gerak ritual untuk menghadap Sang Pencipta saja.

Kesimpulannya, shalat pada hakikatnya adalah pembacaan Al-Qurãn! Dan pengertian ini bisa dipahami secara dangkal(harfiah), dan bisa juga dihayati secara lebih jauh.

Membaca

Membaca, apa pun yang dibaca, seharusnya merupakan kegiatan memasukkan ilmu, dengan berbagai variasinya (pengetahuan; informasi; pemahaman; penghayatan; dst.).

Dan harap dicatat bahwa objek bacaan pada gilirannya akan berubah menjadi subjek, alias penentu. Bila menggunakan istilah hadis, ilmu (yang semula dipelajari) pada gilirannya akan menjadi imam. (Al-‘ilmu imãmul-‘amal).

Pembaca, yang semula merupakan pemilih bahan bacaan, pada gilirannya nanti, akan diubah nasibnya menjadi pengikut (ma’mum) dari bacaannya sendiri.

Nah, dengan dipilihnya Al-Qurãn sebagai objek bacaan rutin pada saat-saat (momen) tertentu, jelas pada suatu saat nanti si pembaca akan berubah menjadi ‘pengikut’ bacaannya. Dan bacaannya akan berubah menjadi imamnya!

Itulah memang tujuan shalat, yakni sebagai qurãnan, dalam arti proses pembacaan Al-Qurãn, yang dengan catatan bahwa pembacaan itu dilakukan berulang-ulang.

Sungguh dahsyat, bila shalat dipahami demikian. Para pelaku shalat bisa dipastikan bakal menjadi para ahli Al-Qurãn.

Dan dalam sebuah hadis dikatakan bahwa ahlul-Qurãn (ahli Al-Qurãn) adalah ahlullah (keluarga Allah).

Jadi, bila shalat sudah dijadikan sebagai sarana yang demikian itu, apa lagi yang ditunggu untuk memperbaiki shalat kita?

Apalagi sholat lima yang kita kerjakan itu selalu diulang-ulang tiap harinya hingga ajal menyemput. Dan kita harus menyadari untuk apa diulang-ulang. Itu maksudnya agar sholat kita menyatu dengan pikiran dan perbuatan karena menjadi khusyuk.

Maksud khusyuk disini adalah sunguh-sungguh, serius.

Sehingga kita faham betul maksud dan tujuan sholat adalah proses membaca Al Quran, hal ini yang sebenarnya untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimanan jika kita tidak faham dengan yang kita baca, bagaimana pula untuk merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti contoh doa Iftitah saat kita sholat:

".................Wamaa Anaa Minal Musyrikiin........................”

Coba perhatikan huruf tebal dalam doa diatas tersebut. (".......dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya......")

Maksudnya agar kita ini tidak hidup dualisme atau Musyrik    dalam kehidupan sehari hari dalam arti sesuai dengan apa yang Rasulullah lakukan. 

Termasuk memahami sholat itu sendiri. Makanya Rasulullah itu dijuluki sebagai 'Quran berjalan' atau The living of quran',  dari  Hati, Ucapan dan Perbuatan seiring sejalan dalam kehidupan sosial budaya,ekonomi dan politik. Kita dan umatnya wajib melakukan hal yang sama.


اَلاِيْمَانُ عَقْدٌ بِا لْقَلْبِ وَ اِقْرَارٌ بِا لِّسَانِ وَعَمَلٌ بِا لاَرْكَانِ
Artinya : “Iman ialah tambatan hati yang menggema ke dalam seluruh ucapan dan menjelma ke dalam segenap laku perbuatan”. (H.R Ibnu Majah )

اَلاِيْمَانُ تَصْدِيْقُ بِالْجِنَانِ وَاِقْرَارٌبِالِِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالاَرْكَانِ (رَوَاهُ البُخَارِى)
Artinya : “Membenarkan dalam hati yang menggema menjadi ucapan dan menjelma menjadi laku perbuatan”. (H.R Bukhari)


Hadits Ibnu Majah dan Bukhari diatas sudah memberikan kita bukti konkrit - sekonkritnya, bahwa ruang lingkup Iman itu mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi 1). Seluruh isi hati, 2). Seluruh ucapan dan 3). Segenap laku perbuatan. 

Surat Ar-Rum Ayat 31

Munībīna ilaihi wattaqụhu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa lā takụnụ minal-musyrikīn
Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.

Mari sama-sama perbaiki pembacaan Al-Qurãn!

Ahmad Haes, Bekasi, Kamis 15 September 2016.

Editor: Zainul Abidin

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.