Apakah Gerung Telah "Berimigrasi"
Emrus Sihombing Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner.
Banyak media menulis berita terkait dengan pernyataan Rocky Gerung yang
menyebut Jokowi tak paham Pancasila. Ukuran yang digunakan hanya satu sisi dan sangat-sangat
subyektif. Ia sama sekali menapikkan program Jokowi yang tak terbantahkan
sesuai dengan Pancasila.
Yang tidak sesuai dengan Pancasila dari perspektif Gerung dengan memberikan
contoh yang sangat subyektif dan perspektif, yaitu kenaikan iuran BPJS
Kesehatan sebagai kebijakan tak tepat dilakukan dalam keadaan ekonomi yang
sulit. Walapun penilaian ini sangat terbuka lebar perdebatan.
Sementara kebijakan Jokowi satu harga BBM di Papua, misalnya. Gerung sengaja
tutup mata. Padahal, program ini jelas sebagai turunan dari Sila Kelima
Pancasila, Kedailan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Karena itu,
kebijakan ini sebagai perwujudan keadilan.
Memang Gerung acapkali menggunakan kacamata "kuda" terhadap
kebijakan dan program pemerintahan Jokowi, ketika berpendapat di ruang publik.
Ia tampaknya telah melepaskan "baju akademiknya". Ataukah dia sudah
"bermigrasi" dari seorang akademis menjadi politisi?
Merujuk pada keseluruhan lontaran pesan komunikasi, menurut hemat saya,
Gerung telah membangun dirinya sebagai aktor politik yang selalu mengambil
posisi berseberangan dengan pemerintahan Jokowi.
Terkait dengan pernyataan Gerung bahwa Jokowi tidak paham Pancasila, ini
sama sekali sangat tidak tepat. Bila ukurannya perilaku atau
program, tidak satupun WNI yang tidak atau sama sekali tak paham
Pancasila. Dengan kata lain, semua WNI paham tentang Pancasila.
Hanya saja, gradasi tingkat pemaham terhadap Pancasila yang berbeda-beda
satu dengan yang lain. Bila kita buat dalam bentuk kuantifisir gradasi
pemahaman terhadap Pancasila dari angka 1 sampai dengan 10, maka kita semua
berada pada rentang nilai itu. Jadi, gradasi pemahaman setiap WNI sangat varian
dan bisa fluktuatif.
Oleh karena itu, pendapat Gerung bahwa Jokowi tidak paham Pancasila,
sebagai pernyataan yang sama sekali tidak berdasar dan tidak memiliki landasan
ilmiah kuat dan bisa berpotensi menurunkan reputasi presiden di depan publik.
Menurut saya, Gerung tidak lebih hanya memiliki kecerdasan memilih dan
memilah diksi untuk menggambarkan apa yang ada di peta kognisinya. Khalayak
yang tidak berfikir kritis, bisa terbius dari pilihan diksi yang disampaikan
oleh Gerung. Padahal, Gerung seringkali tidak "menginjak" bumi.