News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

KPAI dan LPA Apresiasi Pidato Menteri Pendidikan

KPAI dan LPA Apresiasi Pidato Menteri Pendidikan


The Jambi Times, JAKARTA | Pada setiap 25 November, seluruh sekolah di Indonesia merayakan Hari Guru Nasional (HGN), biasanya akan didahului dengan upacara peringatan HGN, baru kemudian para siswa berebut memberikan ucapan kepada para gurunya dan memberikan hadiah berupa bunga dan coklat ke guru-guru yang mereka anggap favorit.  Pada 2019 ini, peringatan HGN dihebohkan oleh viralnya naskah pidato Mendikbud Nadiem yang ditulis sekitar 2 halaman yang intinya adalah mendorong para guru melakukan pembelajaran yang menyenangkan dan memerdekakan di ruang-ruang kelasnya. 

Naskah Pidato Mendikbud Nadiem viral beberapa hari belakangan ini media social, rata-rata di respon positif oleh para milineal yang umurnya memang tidak jauh dari Mas Menteri. Apa yang dikemukan Mendikbud sebenarnya bukan barang baru, karena berpuluh tahun yang lalu, Ki Hajar Dewantara juga mendeskripsikan sekolah sebagai taman. Taman diartikan sebagai tempat yang menyenangkan karena luas, banyak bunga, bisa bermain, berlarian, bergurau dan belajar, sehingga pergi ke sekolah itu adalah hal yang dinanti setiap anak karena membahagiakan dan memerdekakan. 

Melalui Retno Listyari, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, sehubungan dengan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan : 

Pertama, KPAI menyampaikan ucapan “Selamat memperingati Hari Guru Nasional bagi Seluruh pendidik di Indonesia” yang sudah mendedikasikan ilmunya bagi seluruh anak didiknya. 

Kedua, KPAI mengapresiasi pidato Mendikbud Nadiem dalam rangka memperingatai Hari Guru Nasional tahun 2019 yang ditulis dengan gaya Bahasa milenial dan  tidak bertele-tele.  Isi pidato memberikan harapan perubahan, karena Menteri Nadiem berjanji akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.  Perjuangan yang sudah pasti tidak mudah. 

Perjuangan ini sejatinya tidak berhenti di level pidato tetapi harus dimulai dengan langkah nyata, bukan hanya memulai dari para guru, tetapi harus dimulai dari regulasi setingkat Permendikbud, bisa memulai dengan membuat Pemendikbud yang menghapus berbagai beban administrasi guru, sehingga para guru dapat lebih berkosentrasi memperhatikan dan mendampingi anak-anak didiknya belajar Keragaman peserta didik dapat dilayani dengan baik oleh para guru, bukan di seragamkan. Setiap anak adalah individu yang unik. 

Ketiga, Dalam pidato Mendikbud pada halaman kedua paragraf ke tiga ada dua kata "kemerdekaan belajar". Dua kata ini sejatinya memang harus tercipta di kelas-kelas di seluruh Indonesia. Kemerdekaan belajar harus dimulai dengan membangun budaya demokrasi di sekolah, saling menghargai perbedaan dan menghormati hak asasi  manusia (HAM) setiap orang, siapapun dia, guru maupun murid dan seluruh warga sekolah. 

Menghargai HAM berarti tidak mentolerir kekerasan atas nama mendidik dan mendisiplinkan peserta didik. Tidak ada hukuman fisik dan tidak ada sanksi yang bersifat kejam.  Tidak dibenarkan adanya kekerasan dan bullying di sekolah, baik dilakukan oleh kepala sekolah, guru, orangtua siswa dan peserta didik. Dengan demikian, anak-anak terlindungi selama berada di sekolah, pembelajaran dapat berlangsung dengan aman dan nyaman. 

Untuk menciptakan kemerdekaan belajar tidak cukup dengan pidato, namun Menteri Nadiem  harus melakukan langkah-langkah nyata. KPAI menyampaikan rekomendasi atau usulann sebagai berikut : 

1. Pelatihan Guru

Untuk menciptakan “kemerdekaan belajar”  maka diperlukan para guru yang juga memiliki kemerdekaan mengajar, para guru yang tidak dibelenggu kurikulum dan kewajiban administrasi mengajar. Padahal, hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 25 tahun terakhir, tidak ada perubahan cara mengajar para guru dalam proses pembelajarannya di ruang-ruang kelas. 


Untuk itu, maka diperlukan iklim sekolah yang mendukung dan peningkatan kapasitas guru melalui berbagai pelatihan. Pelatihan harus tidak melulu soal metode, namun mindset guru untuk memerdekakan pembelajarannya. Diantaranya pelatihan tentang Konvensi Hak Anak (KHA), demi mewujudkan sekol;ah ramah anak (SRA). Ini jelas perjuangan yang tidak mudah.


Namun, kalau ini berhasil maka kualitas pendidikan bisa di raih. Kalau guru berkualitas, maka siswanya pasti berkualitas. Jika guru dan siswanya berkualitas, pasti sekolahnya berkualitas. Kalau sekolah-sekolah berkualitas di suatu daerah, maka pendidikan di daerah tersebut pastilah berkualitas. Jadi intinya perubahan pendidikan harus  dimulai dari guru. 


2. Memberikan akses lebih luas kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk mengakses pendidikan ke jenjang SMP dan SMA/SMK, mengingat lama belajar di Indonesia antara 8.5 tahun atau tidak lulus SMP, karena lulus SMP harus 9 tahun. Oleh karena itu, RPJMN 2020-2025 menargetkan lama seorang anak bersekolah adalah 9.1 tahun. Target ini bisa tercapai jika jumlah sekolah negeri di jenjang SMP dan SMA/SMK di tambah. 


Jumlah sekolah dari jenjang SD sampai Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia mencapai 307.655 sekolah pada tahun ajaran 2017/2018. Jumlah tersebut, berdasarkan data pokok pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdiri atas 169.378 sekolah negeri dan 138.277 sekolah swasta, .


Jumlah sekolah tingkat SD merupakan yang paling banyak, yakni mencapai 148.244 sekolah Kemudian untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 38.960. Adapun untuk tingkat SLTA  sebanyak 27.205 sekolah, terdiri atas SMA 13.495 dan SMK 13.710. Angka-angka tersebut menjadi bukti bahwa jumlah sekolah dijenjang yang lebih tinggi sangat minim, sehingga wajar jika lamanya seorang anak belajar di sekolah kurang dari 9 tahun, bahkan tidak sampai lulus SMP. 

Selamat bekerja mewujudukan kemerdekaan belajar untuk Menteri Nadiem 
Selamat merayakan Hari Guru.

PIDATO MENDIKBUD HARI GURU NASIONAL TAHUN 2019

Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,

Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya agak sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit.

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingan dengan pertolongan.

Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas adminstratif tanpa manfaat yang jelas.

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghapal.

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.

Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.

Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambilah langkah pertama.

Besok, dimanapun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda.

- Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.

- Berikan kesempatan murid untuk mengajar di kelas.

- Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.

- Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.

- Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.


*Nadiem Anwar Makarim*


Di hari guru, Mendikbud Nadiem Makarim  menyampaikan pesan yang menggembirakan banyak pihak, mulai dari guru, orangtua, termasuk para pegiat anak. Hal ini juga turut diapresiasi oleh Ketua Lembaga Perlindungan Anak GENERASI, Ena Nurjanah. 

Selaku pemangku utama dunia pendidikan di tanah air, menurut Ena, pesan Mendikbud sangat visioner, tanpa sekat penghalang, dan tidak terbebani masa lalu untuk menuangkan visi pendidikan masa depan.

"Beliau membuka ruang bagi visi pendidikan yang mengikuti kemajuan  perkembangan zaman. Anak-anak didorong menjadi lebih bersemangat bersekolah dan para guru di beri ruang untuk mengajar dengan sukacita, terminimalisir beban administrasi yang sebenarnya  bukan tugas utama seorang guru," ungkap Ena kepada wartawan, Senin (25/11).

Pesan Nadiem, lanjut Ena, memberi kesempatan bagi berkembangnya karakter anak, potensi dan bakat anak yang  segera tergali, sehingga mampu mendongkrak  berbagai kemampuan setiap siswa didik tanpa terkecuali.

"Meskipun demikian, ada catatan kaki dari pesan Pak Nadiem. Yakni beliau harus bisa menyelaraskan  peraturan-peraturan bagi guru yang ada sekarang. Tujuannya tentu saja agar para  guru tidak dipersalahkan manakala lebih berfokus pada proses mengajar, mendidik, melatih dan membimbing siswa  dari pada  setumpuk agenda administrasi," lanjut Ena. 

Kesempatan bagi para guru untuk melakukan inovasi harus didukung dengan ketiadaan rasa khawatir menyalahi  beban  tugas administrasi, contohnya seperti dampaknya terhadap proses sertifikasi maupun catatan administrasi lainnya.

Secara keseluruhan pesan Kemendikbud patut disambut oleh segenap kalangan  termasuk  para pegiat anak yang selama ini  telah bekerja keras memperjuangkan  pendidikan yang ramah dengan anak-anak.  

"Saatnya bagi semua pihak dari  berbagai keahlian didalam dunia pendidikan turut serta mendukung visi Pak Nadiem untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Selamat hari guru bagi seluruh pendidik di tanah air," tutupnya.(red/)


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.