Renungan Shaum (1): Bimbingan Shaum Rasulullah
Bila tak ada aral melintang, mulai hari ini saya
akan hidangkan terjemahan dari buku Thirty Lessons for Those
Who Fast (Ustadz Aa’id Al-Qarni/Dr. Daud A. Abdullah) sebagai ‘santapan
ruhani’ kita di bulan Ramadhan.
Ini bagian pertama.
Selamat menikmati. Semoga shaum (puasa) kita
benar-benar membawa berkah!
===============================
THE JAMBI TIMES - Ibnul-Qayyim mengungkapkan bahwa di antara arahan Rasulullah saw di
bulan Ramadhan adalah ketekunan beliau dalam melakukan banyak macam ibadah.
Malaikat Jibril pun biasa datang menemani beliau membaca Al-Qurãn pada bulan
ini; dan setiap saat setelah bertemu dengan Jibril, sikap Rasulullah menjadi
lebih dermawan dari hembusan angin. Beliau, sejak semula, memang orang yang
dermawan. Tapi di bulan Ramadhan kedermawanan beliau menjadi luar biasa. Beliau
mengeluarkan shadaqah lebih banyak, melakukan kegiatan sosial lebih
banyak, membaca Al-Qurãn lebih banyak, melakukan shalat lebih banyak, berzikir
lebih banyak, dan juga lebih sering melakukan i’tikãf (berdiam di
masjid).
Beliau biasa menghabiskan waktu beribadah lebih banyak di Ramadhan
daripada di bulan-bulan lainnya. Beliau kadang beribadah sampai malam.
Namun beliau melarang para sahabat melakukan hal yang sama. Ketika mereka
bertanya dengan mengacu pada perbuatan beliau, maka beliau menjawab, “Tubuhku
tidak seperti tubuh kalian. Aku berdiam (dalam masjid) bersama Tuhanku. Ia
memberiku makan dan minum.” (Hadis Bukhari-Muslim).
Jadi, Allah memberi Rasulullah makan-minum ketika beliau memanjangkan waktu
puasa berdasar pengetahuan dan kearifan beliau. Tapi tentu saja memberi
makan-minum di sini bukan dalam arti harfiah. Sebab, bila memang demikian,
berarti beliau tidak mengerjakan puasa.
Ketika Rasulullah merasa puas dengan melakukan ibadah ritual, dan hati
beliau terbuka sebagaimana mestinya, dan pikiran beliau menjadi tenang dengan
berzikir, serta keadaan beliau menjadi lebih baik berkat kedekatan beliau
dengan Rabbnya, maka beliau menjadi lupa makan-minum. Jadi, seperti dikatakan
orang: kekuatan spiritual terletak pada inti jiwa, bukan pada makanan atau
minuman. Tak ada sesuatu pun yang dapat membahayakan anda bila anda telah
mencapai ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah).
Rasulullah saw adalah orang terbaik di antara mereka yang berzikir
dan mengabdi Allah. Di lain pihak, bulan Ramadhan adalah bulan zikir, memdalami
Al-Qurãn dan ibadah. Malam-malam Rasulullah dihabiskan untuk berdoa dan
menundukkan diri, memohon bantuan, dukungan, dan bimbingan demi keberhasilan
da’wah. Beliau membaca surat-surat panjang (dalam shalat), kemudian rukuk dan
sujud dalam waktu lama. Dan hal itu tidak membuat beliau merasa puas. Seiring
dengan itu, berdiri beliau (dalam shalat) di waktu malam memberikan pasokan
kekuatan (batin) dan tenaga (badan).
Firman Allah, “Hai kamu yang berselimut! Bangunlah di malam hari, kecuali
sedikit.” (Surat Al-Muzzammil ayat 1).
“Dan pada sebagian malam, bertahajudlah – sebagai tambahan semampumu. Semoga
(dengan demikian) Tuhanmu akan menempatkanmu pada posisi mulia.”
Di siang hari Ramadhan, Rasulullah menghabiskan waktu untuk berda’wah, memimpin
jihad, memberikan nasihat dan latihan, serta memberikan peringatan terhadap
para sahabat beliau. Di antara yang beliau lakukan (setiap hari di bulan
Ramadhan), beliau tidak pernah memulai puasa sebelum sampai waktunya. Beliau
selalu mengingatkan para sahabat agar melakukan makan sahur menjelang fajar,
karena terdapat berkah di sana. Waktu sebelum terbit fajar dikatakan berkah
karena terletak di pertiga akhir malam, saat turunnya malaikat dan ampunan
Allah. Firman Allah, “Dan pada saat-saat awal fajar, mereka mengerjakan shalat
untuk memohon ampunan.” (51: 18).
Allah juga berfirman pula, “Mereka yang menampakkan kesabaran, keteguhan dan
kendali diri; yang benar (kata dan perbuatan); yang beribadah dengan khusyuk;
yang membelanjakan harta demi tegaknya ajaran Allah; yang mengharapkan ampunan
(ketika shalat) di pagi hari…” (3:17).
Di samping itu, makanan sahur membantu (menguatkan) kita berpuasa dan
shalat. Dengan demikian, makan sahur itu sendiri adalah imbalan yang
dianugerahkan Allah kepada kita.
Dapat dipastikan pula (melalui hadis shahih) bahwa Rasulullah selalu segera
berbuka begitu waktunya datang. Karena itu beliau pun menyuruh para sahabat
melakukan hal yang sama. Biasanya beliau berbuka dengan memakan kurma atau
meneguk minuman manis, karena makanan-minuman manis memang sangat cocok bagi
perut yang kosong. Beberapa sumber mengatakan bahwa beliau bersabda,
“Sesungguhnya doa orang yang berpuasa tidak pernah ditolak.” Maka, beliau
selalu berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Beliau membatalkan puasa (berbuka) sebelum melakukan shalat maghrib. Dalam
sebuah hadits shahih beliau mengatakan, “Bila malam masuk dari sini (maghrib)
dan kamudian merayap pergi dari sini, maka yang berpuasa harus segera berbuka.”
Rasulullah melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, berpuasa dan beruka.
Dalam hal ini, beliau memberikan pilihan kepada para sahabat untuk berpuasa
atau tidak (ketika melakukan perjalanan jauh). Namun di waktu perang (di bulan
Ramadhan), beliau memerintahkan (para tentara) untuk tidak berpuasa, agar
mereka mempunyai tenaga untuk berperang. Kita tentu ingat bahwa Perang Badar
terjadi di bulan Ramadhan, dan Allah memberikan kemenangan yang tidak ada
bandingannya. Menurut Umar bin Khatthab dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan
Ahmad, Rasulullah membatalkan puasa dalam dua dari perang-perang yang beliau
pimpin (tapi berpuasa dalam perang-perang Ramadhan yang lain).
Namun beliau
tidak memberi batasan kapan (pukul berapa) pembatalan itu harus dilakukan. Tak
ada hadits shahih yang berkenaan dengan masalah ini.
Namun ada dalil yang jelas mengatakan bahwa ketika waktu subuh datang, pernah beliau masih dalam keadaan junub. Beliau kemudian mandi, (lalu shalat subuh), dan memulai puasa. Ada juga hadits yang mengisahkan bahwa beliau mencium istri-istri beliau ketika berpuasa di bulan Ramadhan.
Pada tahap tertentu, Rasulullah menegaskan bahwa orang yang melakukan
makan-minum secara tidak sengaja (lupa) tidaklah membatalkan puasanya. Beliau
bahkan mengatakan bahwa orang itu telah diberi makan-minum oleh Allah!
Kita telah mengetahui dari hadits-hadits Rasulullah bahwa yang membatalkan
puasa adalah: makan, minum, dan muntah. Sementara Al-Qurãn menyatakan bahwa
hubungan suami-istri di siang hari pun membatalkan puasa.
Di antara yang juga dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan adalah menyepi
dan bersendiri pada hari kesepuluh terakhir. Beliau melakukan ini untuk dapat
khusyuk dalam zikir dan bebas dari segala urusan dunia. Ketika melakukan (i’tikãf)
ini, beliau membatasi pertemuan dengan orang lain, dan memusatkan pikiran hanya
kepada Allah. Beliau merenungkan ayat-ayat Allah di langit dan di bumi. Bila
kita renungkan hal ini, sulit bagi kita membayangkan berapa banyak ilmu yang
telah beliau terima, dan berapa banyak nûr (pencerahan) yang beliau
dapatkan, atau berapa banyak kenyataan yang telah diuangkapkan Allah kepada
beliau. Beliau adalah, tak diragukan lagi, orang yang paling tahu tentang
Allah, yang paling takut kepadaNya, orang yang paling yakin dan tergantung
kepadaNya.(a.h)