News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Syajaratul Khuldi

Syajaratul Khuldi

 


Ditulis oleh: Zainul Abidin

APAKAH ini sebuah cerita rakyat, dongeng, kisah nyata atau memang benar-benar sejarah yang kisahnya sangat abadi sampai di abad ini, padahal peristiwa itu terjadi pada kurun waktu ribuan tahun sebelum masehi (SM). 

Apa benar bahwa sejarah Nabi Adam dan Siti Hawa turun ke bumi dari surga akibat makan buah larangan yang disebut buah Khuldi atau Syajaratil Khuld berdasarkan surat Thaha Ayat 120. 

Semua Tafsir yang ada mengatakan bahwa setan, iblis mengoda Adam dan Hawa untuk makan buah Kholdi yang ada di dalam surga hingga akhirnya mereka berdua tergoda dan akhirnya Adam dan Hawa diturunkan ke bumi. 

Lalu, ada cerita lagi ketika sampai di bumi Adam ada perubahan dalam tubuhnya, pertama  di tengah leher depan ada tonjolan yang keluar atau disebut jakun, kedua ada alat kelamin jantan sedangkan Hawa ada tanda tumbuh payu dara dan kelamin wanita, hal ini efek dari makan buah Kholdi. Begitulah selama ini yang kita dengar, apakah cerita itu benar atau tidak.

Ada juga yang mengatakan buah Kholdi itu seperti perbuatan terlarang hubungan suami istri.

Sayang seribu kali sayang, kisah seorang Nabi Adam ini yang diviralkan terus menerus hanya sebatas ujung kuku yang sama sekali tidak ada faedah secara ilmu pengetahuan. 

Padahal Adam adalah seorang Nabi pertama yang menerima Wahyu dari Allah yang isinya penuh dengan ilmu yang membimbing umatnya ke jalan yang benar dan tidak ada lagi saling bunuh sampai berdarah-darah.

Lalu, ada lagi di surga tempat yang begitu suci dan nikmat itu masih ada setan atau iblis tinggal disana sehingga Adam dan Hawa di goda setan saat di surga.

Bukankah setan tempatnya di neraka yang penuh dengan hinaan, kesengsaraan dan jauh dari kata rahmat Allah.

Mari kita telaah kembali, satu persatu dari kehidupan dan usia Nabi Adam pada saat itu hingga ke pohon Khuldi pada akhirnya.

Tidak ada tahun pasti yang disepakati mengenai zaman Nabi Adam, tetapi terdapat berbagai pendapat berdasarkan sumber-sumber agama dan penelitian ilmiah. 

Secara umum, beberapa sumber menyebutkan sekitar 6.000 hingga 10.000 tahun sebelum Masehi. 

Berikut beberapa penjelasan lebih detail:

Pendapat Berdasarkan Riwayat:

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Adam turun ke bumi sekitar 6.000-5.000 tahun yang lalu.

Pendapat Berdasarkan Penelitian:

Ada juga penelitian yang memperkirakan bahwa manusia modern pertama kali muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. 

Pendapat Berdasarkan Perhitungan Ilmiah:

Ilmuwan di Arizona University mengatakan bahwa genetik yang diyakini milik Nabi Adam, yaitu kromosom Y, hadir sekitar 338.000 tahun yang lalu. 

Namun, penelitian lain mengalihkan usia rata-rata seorang ayah saat memiliki anak pertama dengan jumlah mutasi genetika yang mereka temukan, dan hasilnya mengklaim bahwa Nabi Adam tinggal di bumi sekitar 209.000 tahun yang lalu. 

Pendapat Berdasarkan Alquran:

Al-Qur'an tidak menyebutkan secara spesifik tahun kelahiran Nabi Adam, namun menekankan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah yang menerima Wahyu.

Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan pasti mengenai tahun berapa Nabi Adam hidup, tetapi yang jelas, ia diyakini sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah.

Menurut para ilmuwan usia bumi saat ini 4,54 miliar tahun, sedangkan keberadaan Nabi Adam diperkirakan sekitar 7.000 tahun yang lalu. 

Asumsi ini didasarkan pada perhitungan keberadaan nabi-nabi setelahnya. 

Berdasarkan perhitungan para sejarawan, Nabi Muhammad hidup pada tahun 571 Masehi, jaraknya dengan Nabi Isa sekitar 570 tahun. Sedangkan jarak Nabi Isa dengan Nabi Musa 1900 tahun.

Dari perhitungan tersebut maka jarak waktu dari Nabi Muhammad ke Nabi Adam adalah sekitar 6155 tahun. 

Jika ditambahkan dengan tahun sekarang berarti jarak antara masa sekarang sampai kelahiran Nabi Muhammad ditambah jarak antara Nabi Muhammad sampai Nabi Adam 2025-571=1454 + 6155 maka didapat angka 7609 tahun. Angka inilah yang diperkirakan para sejarawan sebagai angka masa kehidupan Nabi Adam. 

Maka rasanya cukup wajar jika banyak yang menganggap keberadaan Nabi Adam masih terlalu dekat dengan keberadaan kita saat ini, terlebih jika dibandingkan dengan keberadaan bumi yang sudah berumur 4,5 miliar tahun. 

Hingga muncul pertanyaan-pertanyaan "Lalu apa fungsi bumi sebelum adanya Nabi Adam selama miliaran tahun itu?", "Apakah Tuhan menganggurkan bumi tanpa manfaat apapun selama itu?". 

Banyak spekulasi yang menyatakan bahwa ada kehidupan lain sebelum Nabi Adam diturunkan di bumi, hal ini dilatarbelakangi dengan adanya temuan-temuan yang berumur lebih dari 10.000 tahun, ratusan tahun bahkan jutaan tahun baik yang berupa fosil manusia maupun artefak kuno yang menunjukkan adanya kehidupan di bumi sebelum Nabi Adam. Yang belakangan temuan-temuan tersebut disebut sebagai Masa Prasejarah. 

Yang kemudian Masa Prasejarah tersebut masih dibagi menjadi banyak fase ada Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum.

Namun keberadaan manusia prasejarah untuk dikatakan sebagai manusia pendahulu Nabi Adam tidaklah mudah, mengingat keberadaan manusia pada tersebut secara fisik banyak yang berpendapat sebagai manusia yang belum sempurna layaknya manusia seperti apa yang kita lihat dan kita alami saat ini.

Ada sebuah buku digital yang menulis judul: Adam Bukan Manusia Pertama di Bumi,  hal ini sangat menarik untuk ditelusuri dan dapat dijadikan bahan referensi bahwa kebenaran ilmuwan yang mengatakan ada kehidupan sebelum Nabi Adam dengan temuan ini sepertinya terjawab dan ada keselarasan dengan apa yang di tulis bahwa Adam Bukan Manusia Pertama di Bumi.

Alquran tidak pernah menyebut Adam sebagai manusia pertama. Demikian pula istrinya, bukanlah manusia kedua yang diciptakan setelah Adam.

Banyak ayat Alquran yang jusru memberikan indikasi kuat bahwa Adam dan hawa adalah salah satu saja dari sekian banyak umat manusia yang sudah ada pada waktu itu. 

Salah satu indikasi kuat terdapat pada ayat berikut.

QS. Al A'raaf (7): 11

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud".

Ayat diatas dimulai dengan kalimat ‘menciptakan kamu sekalian, lalu kami bentuk tubuh kalian’. Artinya, waktu itu Allah sudah menciptakan banyak manusia di muka Bumi. Baru kemudian memerintah para malaikat untuk bersujud kepada Adam.

Sayangnya, dalam kitab terjemahan bahasa Indonesia kata 'kum' itu ditafsiri sebagai Adam. disebelah kata ‘kamu’ diberi penjelasan dengan kata dalam kurung - (Adam). Padahal kita tahu bahwa 'kum' adalah bermakna jamak artinya 'kalian semua'.

Ini semakin jelas kalau kita baca ayat sebelumnya, berikut ini. Bahwa yang dimaksud dengan ‘kum’ itu adalah bangsa manusia secara keseluruhan. Spesies manusia.

QS. Al A'raaf (7): 10

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur".

Dari 2 ayat yang berurutan diatas, kita bisa memperoleh kesimpulan bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan bangsa manusia di muka Bumi, dengan segala sumber penghidupannya. Dan, kemudian memilih salah satu diantaranya sebagai khalifah di muka Bumi. Dialah Adam. Ditandai dengan perintah kepada malaikat untuk bersujud kepadanya.

Kalau Adam memang manusia pertama, ayatnya tidak akan berbunyi demikian. Diawalnya pastilah Allah mengatakan kepada Adam dalam bentuk tunggal: “Walaqad khalaqnaka - Dan sungguh telah Kami ciptakan kamu (Adam)...” Tapi, tenyata menggunakan 'kum'.

Bukti lain tentang Adam bukan manusia pertama adalah ketika Allah berkata kepada malaikat mau menjadikan Adam sebagai khalifah. Berita itu ada pada ayat berikut.

QS. Al Baqarah (2): 30

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". 

Mereka (malaikat) berkata: 

"Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

Tuhan berfirman: 

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Ayat ini sering dipakai oleh sebagian besar kita untuk menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama. Karena disana digambarkan dialog antara Allah dengan malaikat, untuk menjadikan Adam sebagai khalifah di muka Bumi.

Padahal justru ayat ini menegaskan bahwa Adam bukanlah manusia pertama.

Melainkan adalah salah satu manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang sudah ada di jaman itu.

Ada dua hal yang menunjukkan itu. 

Yang pertama, adalah kata inni ja'ilun fil ardhi khalifah – “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Kalimat tersebut tidak menggunakan kata ‘menciptakan’ (khalq) melainkan menggunakan kata ‘menjadikan’ (ja'ala). 

Jadi bukan mengadakan dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’, melainkan ‘memilih’ dari yang sudah ada menjadi khalifah alias pemimpin bagi umat manusia di jaman itu.

Kata ‘memilih’ itu lebih jelas lagi pada ayat lain, berikut ini.

QS. Ali Imran (3): 33

"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)" 

Allah menggunakan kata isthofaa yang secara eksplisit berarti ‘memilih dari yang sudah ada’. 

Dan lebih jelas lagi, dalam ayat itu Allah membandingkan dengan nabi-nabi lainnya seperti Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran. Mereka semua adalah orang-orang yang terpilih pada zamannya.

Dan masih banyak lagi ayat yang memberikan kepahaman bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka Bumi.

Meskipun pada beberapa ayat, seringkali agak membingungkan jika dipahami secara sebagian. Ayat-ayat itu memiliki penjelasan di ayat lainnya.

Sebagai contoh adalah ayat berikut ini. Allah mengatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia (al Insaan) dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Ada kesan, seakan-akan Allah bercerita tentang penciptaan manusia pertama -Adam- langsung dari tanah liat. Dan, begitulah yang sering kita dengar dari orang di sekitar kita.

QS. Al Hijr (15): 26

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insan) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".

Akan tetapi kalau anda cermati, ayat diatas tidak bercerita tentang penciptaan seorang manusia melainkan manusia secara kolektif. 

Yang digunakan adalah kata ‘al insaan’. Sayangnya - sekali lagi -dalam kitab terjemahan seringkali diberi penjelasan dalam kurung - (Adam). Ini menjebak pemahaman orang-orang yang hanya membaca dari terjemahan bahasa Indonesianya. Seakan-akan ayat itu bercerita tentang penciptaan Adam, sebagai manusia pertama.

Jika mau lebih jelas lagi dalam memahami ayat itu, bacalah ayat-ayat berikutnya.

QS. Al Hijr (15): 28-30

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

 "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia (basyaran) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.

Allah memberikan penjelasan lebih rinci bahwa yang diciptakan dari ‘tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam’ itu, adalah basyaran

Yaitu manusia sebelum al insaan. Atau, nenek moyang al insaan, yang memang sudah ada selama jutaan tahun sebelumnya.

Karena itu, ayat berikutnya memberikan penjelasan bahwa basyaran itu masih perlu disempurnakan lagi oleh Allah, agar menjadi al insaan. ‘Maka bila telah Kusempurnakan kejadiannya, dan telah Kutiupkan Ruh-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud’. Dan para malaikat pun bersujud bersama-sama. Bukan kepada al basyar, melainkan kepada al insaan.

Jadi, adalah keliru kalau kita menafsiri ayat tersebut sebagai proses penciptaan Adam -manusia pertama- dari tanah liat. Itu adalah cerita tentang penciptaan al basyar secara kolektif, yang ‘ditumbuhkan’ oleh Allah dari tanah Bumi. Dan setelah disempurnakan kejadiannya - menjadi al insaan - barulah malaikat diperintahkan bersujud kepada salah satu dari al insaan itu, yaitu Adam.

Lantas, dari keturunan Adam inilah manusia modern berkembang biak. Sedangkan manusia-manusia lain selain keturunan Adam mengalami kepunahan. Maka manusia modern ini disebut sebagai ‘bani Adam’ alias keturunan Adam.

Ayat berikut ini menjelaskan bahwa para nabi yang disebut di dalam Alquran itu adalah keturunan Adam. Sebagiannya lagi keturunan Nuh, keturunan Ibrahim, dan Imran. Jalur manusia modern adalah jalur keturunan Adam. Maka ia pun disebut sebagai bapaknya manusia.

QS. Maryam (19): 58

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

Perbedaan yang paling mendasar antara al basyar - manusia purba - dengan al insaan -manusia modern - adalah pada kemampuan akalnya. Secara fisikal, itu diwakili oleh kualitas dan kapasitas otaknya.

Malaikat yang semula ‘ragu-ragu’ untuk bersujud kepada Adam ternyata mau bersujud kepadanya ketika Allah menunjukkan bahwa kemampuan akal Adam di luar dugaan malaikat. Adam dengan mudahnya menguasai ilmu pengetahuan alam yang diajarkan Allah kepadanya.

QS. Al Baqarah (2): 31-34

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

Mereka menjawab:

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Allah berfirman: 

"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Dan berkatalah Kami kepada para malaikat:

 "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka, kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Bagaimana dengan kisah buah Khuldi yang selalu diviralkan terus - menerus tanpa kajian lebih lanjut.  Ada yang menyebut pohon Khuldi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, buah Khuldi sering kali diartikan sebagai buah larangan yang dimakan oleh Nabi Adam dan Siti Hawa selama di surga. Buah khuldi berasal dari kata “khuld” yang berarti kekal. Tentu saja masyarakat selama ini banyak beranggapan bahwa buah khuldi yang dimakan oleh Nabi Adam dan siti Hawa ialah buah seperti halnya apel atau semacamnya.

Namun, menurut definisi yang dikemukakan para ahli tafsir, buah Khuldi banyak didefinisikan menjadi berbagai macam teori di dalam kajian penafsiran. 

Ada yang beranggapan bahwa buah Khuldi merupakan sebuah metafora dan filosofi sejarah terbentuknya populasi umat manusia di muka bumi. Lantas digunakan sebagai pelajaran bagi umat manusia agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Adam dan siti Hawa.

Dari kisah itu pula, dijelaskan bahwa manusia merupakan mahluk yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

وَقُلْنَا يَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Baqarah: 35).

Dalam terjemahan surat diatas bahwa surga yang maksud itu surga dunia saat kita hidup atau surga di akhirat setelah kita mati. 

Arti jannah itu sebenarnya dalam bahasa Arab adalah taman atau kebun yang rindang.

Coba kita perhatikan:

" Gembirakanlah / Hiburlah mereka (dengan Alquran yang telah menyatakan beriman yaitu yang telah berbuat tepat bahwasanya untuk kehidupan mereka itu adalah seperti taman yang dialiri sejenis aliran irigasi (begitulah hal nya mukmin yang tertata dan dialiri dengan sistem pendidikan Alquran), sehingga masing-masing mereka itu adalah hidup adil makmur menurut yang demikian (kehidupan jannah=Islam) sehingga adil makmur membuahkan hasil guna , selanjutnya mereka mengatakan "inilah kehidupan adil makmur yang sebelumnya mereka telah melakukan perbaikan diri (taubat dengan rattil dan shalat) dengan yang demikian (diungkap dengan bahasa sastra /mutasyabihat), dan untuk kehidupan mereka itu didalamnya adalah partner-partner yang bersih dari motif jahat sedangkan mereka didalamnya adalah abadi (konsisten) se-abadi iman.

Jadi, ketika Allah membicarakan taman sebagai sebuah ungkapan pasti alam sebenarnya adalah sebagai sebuah kiasan atau perumpamaan/ibarat. 

Coba perhatikan taman , bisa tidak jika tidak ditata diatur dibangun menjadi bersih dan rapi serta tumbuh berkembang dengan subur yang menyejukkan dan indah dipandang sehingga bisa menghasilkan berbagai jenis buah-buahan, seperti itu juga halnya mukmin. Bisa tidak membuahkan hasil yang hasanah, jika manusia tidak ditata isi hatinya, ucapan dan perbuatannya dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan Alquran.

Maka wajar sajalah, segala penyimpangan dari rakyat Jelata hingga kaum elit sampai saat ini belum berakhir, karena masih terhipnotis dengan pendidikan jungkir balik yang otomatis telah menjungkir balikkan pandangan manusia tentang Alquran, salah paham inilah sebagai sumber bencana.

Padahal 'Jannah' itu adalah hasanah di dunia dan hasanah di akhirat, dunia itu dipandang dari sudut pandang Alquran adalah cermin kehidupan akhirat ( addunya mir-atul akhirat ) bahkan di dunia itulah tempat bercocok tanam iman agar menghasilkan kehidupan akhirat. ( addunya majra-atul akhirat ) apakah akhirat itu adanya di alam lain selain di bumi? padahal kata Allah, di bumi itulah kalian dihidupkan dan dimatikan serta didalamnya itu pula dibangkitkan ( fiihaa tahyauna wa fiiha tamutunna wa minha tuhrajuun ). 

Tidak malukah kita yang mengaku mukmin / muslim dan merasa percaya diri akan mendapatkan 'jannah' sementara di muka bumi ini kita setengah hati untuk membangun kehidupan hasanah? jangankan mampu membangunnya, memahami peta kehidupan 'jannah' saja kita tidak mau sepenuh hati, peta itu adalah petunjukNya yaitu Alquran, sehingga 'maa kunta tadrimal kitabi wa lal iman' (jikalau anda tak menguasai isi kitab niscaya tak ada iman).

Nah iman itu adalah jannah! dalam arti mereka yang beriman itulah bagaikan taman yang saling merindangkan kepuasan hidup indah, saling memanenkan, membuahkan hasil guna buat yang membutuhkannya, seolah si mukmin itu sendiri tidak membutuhkan buahnya, dia hanya butuh tumbuh dan berkembang dan berdaya guna dengan pengairan yang tepat, sehingga mereka indah bagaikan taman yang rapi bersih dan menyejukkan, meneduhkan, kaitkan dengan hadist nabi: "sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling berdaya guna bagi manusia lainnya" coba perhatikan kondisi manusia zaman sekarang yang bersaing keras untuk saling merusak manusia lainnya demi kepentingan pribadinya sendiri. 

Sinyal kuat yang dikutip dari NU online, datang dari Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab menuturkan bahwa gambaran Alquran tentang surga dan neraka hanya sebuah perumpamaan.

Banyak orang menduga bahwa surga dan neraka persis seperti dilukiskan Alquran. Ada sungai-sungai dari madu, ada dari khamr yang tidak memabukkan, ada makanan-makanan lezat dan sebagainya.

Yang harus kita garis bawahi bahwa ketika Allah berbicara tentang surga dan hari kemudian tidak disebutkan dengan jelas. Jadi, apa yang dilukiskan oleh Alquran dan sunnah kepada kita itu hanyalah perumpamaan, tidak sama persis,”

Dalam Alquran dan Hadis Nabi pun telah diungkapkan soal Jannah atau surga seperti apa, begini bunyinya:

Surat As Sajdah Ayat 17: 

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”

"Aku telah menyiapkan  untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia untuk hamba-hamba-Ku yang saleh.” (HR Muslim)

Begitulah jawaban Alquran dan Hadis tentang Jannah yang dasarnya tidak bisa kita bayangkan, terlintas dalam pikirpun tidak,  begitu juga dengan Adam bukan manusia yang pertama di bumi, bagaimana dengan Syajaratil-Khuldi.

Syajaratul atau syajaratun itu mengandung arti Sejarah. Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon.

Dalam Alquran, pohon melambangkan konsep, ide, cara hidup, atau pedoman hidup.

Ada yang menafsirkan bahwa arti Sajaratin itu sejarah yang di-logis-kan yaitu 'Wahyu' sedangkan Khuldi dimaknai sebagai 'Ajaran'

Karena Allah mengunakan bahasa  perumpamaan karena hakekat dasar Alquran itu sebagai ilmu, pencerah dan petunjuk bagi sekalian umat, maka artinya sebagai berikut:

" Nabi Adam membawa konsep hidup dan cara hidup sekalian  yang abadi dan benar melalui ajaran Wahyu yang diberikan Allah kepadanya". 

Demikianlah tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih

Penulis telah menyusun tulisan diatas  sesuai berdasarkan dengan referensi dan sumber-sumber informasi.


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.