Tinjauan Sistematik Surat Al-Isra
Yang dimaksud Sistematik Surat ialah seperti yang digambarkan oleh Surat An-Nur 24:1 demikian:
سُورَةٌ أَنزَلْنَٰهَا وَفَرَضْنَٰهَا وَأَنزَلْنَا فِيهَآ ءَايَٰتٍۭ بَيِّنَٰتٍ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Yaitu klasifikasi dan spesialisasi ayat-ayat Al-Quran menjadi satu ikatan dalam setiap surat; bahwa ayat pertama sebagai gagasan umum yang dijelaskan oleh ayat-ayat berikutnya. Sehingga ayat pertama itu bersambung, berkaitan erat dengan ayat-ayat selanjutnya.
Dengan demikian, ketika kita sedang membaca Surat Al-Isra, maka ayat pertama itu akan diterangkan oleh ayat-ayat selanjutnya.
Dalam ayat 1 disebutkan bahwa Allah telah memperjalankan hambaNya.
Bagaimana caranya?
Mari kita lihat Al-Isra' 17:14
ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ ٱلْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
Caranya adalah dengan ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ bacalah kitabmu. Kemudian hasil dari ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ tersebut maka:
Al-Isra' 17:15
مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
Barangsiapa yang dari ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ tersebut mendapat petunjuk, maka itu akan menerangi perjalanan hidupnya. Sebaliknya bagi siapa yang tidak mau ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk; sehingga perjalanan hidupnya tidak dibimbing oleh Al-Quran.
Kenapa atau untuk apa perjalanan tersebut adalah ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ ?
Al-Isra' 17:45
وَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُورًا
Bagi orang-orang yang telah melakukan ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ maka Allah menjadikan bagi dirinya sebuah hijab, pembatas, pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman.
Jadi ISRA ini bukan sebatas perjalanan fisik jasmaniah; tapi yang terpenting adalah perjalanan spiritual, perjalanan rohani, perjalanan alam pikiran kita dalam menapaki, menelusuri, menjelajahi ayat-ayat Al-Quran yang (persaat ini) telah Allah turunkan.
Kalau sekarang ini Al-Quran itu sudah tersaji 30 juz, 114 surat; maka ISRA nya kita adalah perjalanan menapaki surat-surat yang sudah ada dimulai dari mempelajari surat Al-Fatihah, kemudian surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, dan seterusnya hingga surat An-Nas. Itu kalau kita menggunakan sistematik Mushaf Al-Quran.
Atau bisa saja kita kita menjelajahinya sesuai dengan sistematik nuzul. Misal: Pertama-tama kita mempelajari surat Al-'Alaq, kemudian Al-Fatihah, lalu, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, dan seterusnya.
Nah itulah perjalanan yang semestinya kita lalui.
Kemudian istilah عَبْدٌ dalam kalimat بِعَبْدِهٖ
Seorang عَبْدٌ atau hamba disini bukanlah seorang yang mengaku-ngaku dirinya sebagai hamba Allah; akan tetapi Allah memang mengakuinya sebagai hamba karena kwalitas keteguhan serta ketakwaannya, sehingga Iblis saja tak berdaya untuk berkuasa terhadapnya.
Dan itu dijelaskan oleh Al-Isra' 17:65
إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا
`Teu unggut kalinduan, teu gedag kaanginan.`(teguh pendirian)
Berikutnya kata لَيْلًا dijelaskan oleh Al-Isra' 17:79
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Yakni, dari sebagian waktu malam maka lakukanlah shalat tahajjud !
Jadi maksudnya adalah setelah ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ itu maka dilanjutkan dengan فَتَهَجَّدْ بِهِۦ
Adapun masalah durasinya, mari kita kutip kata لَيْلًا ini dalam Surat Al-Muzzammil 73:1-4
يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ
قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
نِّصْفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
ٱقْرَأْ كِتَٰبَكَ = وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
Kita diperintahkan untuk قُمِ ٱلَّيْلَ bangun malam; mau ½ nya, atau kurangi sedikit menjadi ⅓, atau tambah sedikit menjadi ⅔ nya. [Lihat ayat 20].
Kemudian kita disuruh membaca Alquran dengan sungguh-sungguh, disuruh mempelajari Alquran dengan seksama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis bahwa ada beberapa makna kata membaca :
1. melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis bisa dengan melisankan atau hanya dalam hati.
2. mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.
3. mengucapkan sesuatu yang tertulis.
4. memperhitungkan atau memahami isi sebuah tulisan/ simbol/ gambar.
Menurut Dalman (2014:5) menyatakan “Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca.
Istilah membaca menurut para ahli bahasa dapat disimpulkan : Membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulisan baik dengan suara atau dalam hati
Jadi ternyata perjalanan ISRA itu adalah perjalanan spiritual, perjalanan rohani, perjalanan alam pikiran kita dalam menapaki, menelusuri, menjelajahi ayat-ayat Alquran hingga kita paham; yang kemudian dibangun dalam shalat tahajjud.
Hal itu juga tergambar dalam surat Al-'Ankabut 29:45
ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Studilah Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepadamu !! Kemudian bangun dalam shalat !!
Shalat disini dalam konteks لَيْلًا adalah tahajjud
Perlu diketahui juga bahwa لَيْلًا yang bermakna umum tadi akan menjadi ٱلَّيْلَ dalam arti khusus apabila kita menempuh perjalanan spiritual dengan menjelajahi wahyu yang telah diturunkan kepada kita, wahyu yang sudah tersaji di hadapan kita lalu dibawa ke dalam shalat tahajjud.
Singkatnya perjalanan ISRA tersebut saya terjemahkan dengan perjalanan RATTIL TAHAJJUD.
Yang tadinya لَيْلًا malam tersebut tiada arti, tak bermakna; menjadi malam ISRA nya kita yang penuh arti, sarat makna; karena perjalanan ISRA tersebut jua lah yang akan menjadikan Alquran sebagai ruh yang akan melandasi, juga akan membimbing, serta menerangi perjalanan hidup kita.
Al-Isra' 17:85
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Nyatakanlah! Ruh itu akan diraih apabila melakukan perjalanan yang diperjalankan oleh Allah dan kita aktif di dalamnya.
Akan lebih nampak jelas lagi kalau kita kutip surat Asy-Syura 42:52
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَاۚ مَا كُنتَ تَدْرِى مَا ٱلْكِتَٰبُ وَلَا ٱلْإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلْنَٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَاۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Wahyu itulah yang akan menjadi ruh yang akan menerangi, serta membimbing seorang hamba Allah sehingga ia menjalani perjalanan kehidupan yang diperjalankan olehNya; Walau apapun profesinya
Al-Isra' 17:84
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
Demikianlah perjalanan ISRA yang semestinya kita tempuh, yang seharusnya kita lalui pada setiap malamnya.
Artinya: malam ISRA itu bukan hanya pada malam 27 rajab.
•Selanjutnya adalah kalimat
مِنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا
Seperti yang telah disampaikan pada tinjauan bahasa bahwa ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ dan ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا itu bukan menunjukan sebuah nama tempat, melainkan sebuah nama yang diberi sifat.
Dan kalimat ini ma'rifah atau dalam arti khusus.
keterangannya kita kutip dalam Al-Isra' 17:80-81
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَٰنًا نَّصِيرًا
وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا
مُدْخَلَ صِدْقٍ = ٱلْحَقّ
مُخْرَجَ صِدْقٍ = ٱلْبَٰطِل
مِنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا
dalam arti khusus adalah
مُدْخَلَ صِدْقٍ = ٱلْحَقّ
ٱلْمَسْجِد => مَسْجِد
merupakan isim zaman isim makan = ruang dan waktu/ waktu dan tempat.
Jadi… dengan ISRA ini kita ingin keluar dari tempat pengabdian yang bathil, sekaligus ingin masuk ke dalam tempat pengabdian yang haq, yang suci mulia. Kemudian seterusnya kita bangun supaya menjadi tempat pengabdian yang lebih jauh berkwalitas lagi, dan kita ikut berperan aktif juga di dalamnya.
Adapun masalah waktunya adalah sampai selesai selama hayat di kandung badan.
Dan pada prosesnya nanti menggunakan alat.
Kalimat berikutnya
ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ
menurut arti yang ada: "Yang telah Kami berkahi sekelilingnya"
Intinya: keberkahan itu ada, keberkahan akan diraih dalam ruang dan waktu proses perjalanan
مِنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا
Keterangan tentang barakah ini kita kutip dari
An-Nisa' 4:11 أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًاۚ
An-Nisa' 4:12 غَيْرَ مُضَآرٍّۚ
Dalam arti: menjalani kehidupan dengan saling memberikan barakah, saling memberkati dengan:
Saling melengkapi,
Saling menutupi,
Saling memberikan manfaat, bukan saling memanfaatkan.
Saling support, bukan saling sedot.
Saling memberi walau tak diminta.
https://youtu.be/tS-rlnndx80
https://youtu.be/PJO03jBP3rA
https://youtu.be/ikMGMKNKh0I
https://youtu.be/uvQCwUE9CHc
Berikutnya kalimat لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآۚ
Kita kutip keterangannya dalam Al-Isra' 17:60
وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِٱلنَّاسِۚ وَمَا جَعَلْنَا ٱلرُّءْيَا ٱلَّتِىٓ أَرَيْنَٰكَ إِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ وَٱلشَّجَرَةَ ٱلْمَلْعُونَةَ فِى ٱلْقُرْءَانِۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَٰنًا كَبِيرًا
Dengan perjalanan tersebut Allah memperlihatkan bukti kebesaran ayat-ayat Allah berupa gambaran perjalanan kehidupan yang diridhai Allah yang didominasi Alquran, dan gambaran perjalanan kehidupan yang dilaknat Allah karena tidak didominasi Alquran.
Yang terakhir kalimat إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Apabila kita melaksanakan perjalanan ISRA, misal dengan menjelajahi surat Al-Isra saja, maka kita akan bertemu dengan Nabi Musa [17:2], bertemu Nabi Nuh [17:3], bertemu Nabi Daud [17:55], bertemu juga dengan Nabi Adam [17:61].
Dan akan berjumpa pula dengan iblis [17:61], begitu juga akan bersua dengan fir'aun [17:101].
Diperlihatkan juga bagaimana Jannah [17:91], bagaimana juga Nar [17:97]
Dan ketika sampai pada ayat 22-40, kita juga menerima beberapa perintah dan larangan.
Dan pada akhir surat Al-Isra' ini kita diperintah untuk menyatakan الْحَمْدُ لِله
Al-Isra' 17:111
وَقُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى ٱلْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ وَلِىٌّ مِّنَ ٱلذُّلِّۖ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًۢا
Dengan demikian bisa ambil kesimpulan bahwa ISRA adalah perjalanan spiritual seorang hamba di setiap malamnya dengan rutinitas Rattil Tahajjud yang akan sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya sehingga ia mampu menyatakan ٱلْحَمْدُ لِله
Dan ini merupakan perjalanan Sunah para Rasul yang mesti kita tempuh, harus kita lalui sehingga menjadi Sunnah kita juga.
Al-Isra' 17:77
سُنَّةَ مَن قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِن رُّسُلِنَاۖ وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا
Selanjutnya, kita akan coba membahas perihal perjalanan fisik jasmaniah kita
(bersambung)
Sumber: Tata Bahasa Al-Qur'an gfb