Mederasi Beragama, Apaan tuh!
Program "Moderasi Beragama" adalah program DEISLAMISASI yang akan diberlakukan dalam tubuh Aparatur Sipil Negara, TNI, POLRI, masuk dalam kurikulum Pendidikan di Indonesia dari kurikulum Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi. Materi "Moderasi Agama" sudah masuk dalam soal ujian seleksi CPNS. Target program ini mengarah ke anak bangsa yang beragama Islam tidak lagi berkeyakinan bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang benar. Demi ALLAH, selaku Anak Bangsa saya tidak bersedia ikut serta dan mengutuk program ini, program sekularisasi Islam yang dzolim ini.
Kerja ya kerja tapi Jangan Rusak Agama Kami".
Moderasi Agama menurut Puspita Satyawati (Da'iyah, Analis Politik dan Media, Penulis) sebagai berikut:
Damai. Toleran. Sejuk. Sepintas ide moderasi beragama mengesankan demikian. Namun siapa pun Muslim yang mendalami kemunculan dan hakikat ide ini, akan menjumpai bahwa di balik program-programnya yang menawarkan keindahan antarumat beragama, tersimpan "pisau belati" yang siap menikam ajaran Islam. Sadis? Iya. Keji. Jelas! Why?
Moderasi Beragama, Apaan Tuh?
Moderat (jalan tengah) mulai dikenal pada masa abad pencerahan di Eropa. Saat terjadi konflik gerejawan yang mendominasi agama vs kaum revolusioner. Ini merupakan cikal-bakal sekularisme.
Dalam bahasa Arab modern, moderat/moderasi: wasat/wasatiyya. Islam moderat: al Islam al wasat. Moderasi Islam diungkapkan dengan frasa wasatiyyat al Islam.
Dalam penggunaan umum, Islam moderat biasanya diversuskan dengan Islam radikal. Pengertian Islam moderat yang lazim dikenal ialah corak pemahaman Islam yang menolak cara-cara kekerasan oleh kalangan lain yang menganut model Islam radikal.
Harapan Moderasi Beragama: Toleransi dan Mencegah Radikalisme
Moderasi beragama diharapkan mampu mencegah radikalisme melalui regulasi pemerintah. Kepala PKUB Kemenag, Nifasri, menyampaikan, menyikapi isu-isu KUB, penting bagi pemerintah membangun moderasi beragama di masyarakat. Hal mendasar dalam pengamalan ajaran agama moderat ialah pendidikan toleransi dan pengakuan terhadap segala bentuk perbedaan. Agar terpelihara harmoni antarkelompok beragama, sekaligus mencegah praktik radikalisme yang berpotensi mengganggu KUB (mediaindonesia.com, 23/7/2020).
Kemenag merupakan pelaksana utama moderasi beragama. Menag Yaqut meminta jajarannya mempercepat implementasinya dalam berbagai program yang secara besar-besaran di lembaga pendidikan dan rumah ibadah. Dijabarkan dalam tema ceramah, khutbah, materi pendidikan keagamaan. Menag berharap, program berjalan dalam tahun 2021. Apalagi Pokja Moderasi Beragama Kemenag telah menyelesaikan roadmap moderasi beragama. Untuk memperkuatnya, Gus Yaqut juga mengusulkan perlunya penerbitan Perpres (kemenag.go.id, 9/4/2021).
Moderasi Beragama, Benarkah Positif dan Elegan?
Sepintas ide ini nampak positif dan elegan. Namun moderasi beragama diduga merupakan dukungan pemerintah terhadap Global War on Terrorism (GWoT), kampanye Barat yang dilancarkan pascaperistiwa WTC 11 September 2001. Umat Islam menjadi tertuduh. Berkembang istilah terorisme Islam, Islam radikal, yang dituding sebagai virus masyarakat. Lalu moderasi Islam digagas sebagai obat bagi radikalisme dan ekstremisme.
Para politisi dan intelektual Barat membuat klasifikasi Islam moderat vs Islam radikal. Hakikatnya, Islam moderat = Islam tidak anti Barat, tidak bertentangan dengan sekularisme. Substansi Islam moderat = Islam sekuler, menerima nilai-nilai Barat (demokrasi, HAM), berkompromi dengan imperialisme Barat. Islam ramah dan mitra Barat.
Bisa disebut ide ini "basi". Lagi-lagi merupakan bagian program anti radikalisme ala Barat dan antek-anteknya demi menjauhkan umat dari ajarannya dan menghalangi bangkitnya kembali peradaban Islam.
Dasar Argumentasi Islam Moderat
Banyak Muslim menganggap ide ini sejalan dengan Islam. Dianggap tepat karena pemahaman/praktik Islam yang ketat bertentangan dengan Islam. Namun tak ingin kebebasan melampaui batas hukum Islam.
Kaum moderat menjadikan ayat Qur’an sebagai dasar moderasi Islam:
ÙˆَÙƒَذٰÙ„ِÙƒَ جَعَÙ„ْÙ†ٰÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ً ÙˆَّسَØ·ًا Ù„ِّتَÙƒُÙˆْÙ†ُÙˆْا Ø´ُÙ‡َدَاۤØ¡َ عَÙ„َÙ‰ النَّاسِ
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam ’umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia...” (QS. Al Baqoroh: 143)
Menurutnya, ayat ini memerintahkan umat Islam menjadi umat moderat. Kata wasathan mereka artikan di tengah-tengah. Sehingga umat tidak boleh terlalu berlebihan dalam beragama seperti orang Yahudi , pun tak boleh terlalu bebas seperti orang Nashrani.
Meluruskan Pandangan
Penggunaan ayat Al Baqoroh: 143 untuk menjustifikasi Islam moderat, merupakan argumentasi yang dipaksakan. Jika dikaitkan makna ummatan wasathan dengan tafsir ulama terdahulu, akan didapati bahwa maknanya adalah ummat terbaik/umat pilihan.
Imam ath-Thabary menafsirkan kata awsath = khiyar, yang terbaik dan pilihan. Status umat terbaik tak bisa lepas dari risalah Islam yang diberikan pada mereka.
Sayyid Quthb menafsirkan ummatan wasathan = umat yang adil dan pilihan, menjadi saksi atas manusia seluruhnya. Maka umat Islam menjadi penegak keadilan di tengah-tengah manusia.
Imam Ashobuni menjelaskan ÙˆَÙƒَذٰÙ„ِÙƒَ جَعَÙ„ْÙ†ٰÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ً ÙˆَّسَØ·ًا = kamaa hadainaakum ilal Islami, kadzalika ja’alnaakum yaa ma’syarok mu’miniin ummatan ‘aduulan wa khiyaaron (sebagaimana telah kami berikan petunjuk kepada kalian kepada Islam, demikian pula telah kami jadikan kalian hai kaum mukminin sebagai umat adil dan pilihan).
Ibnu Katsir menjelaskan, Allah menjadikan umat ini sebagai ummatan wasath, dengan memberi pengkhususan dan keistimewaan berupa syariah paling sempurna, tuntunan paling lurus, jalan terjelas. Status mulia itu disandang saat menjalankan risalah tersebut. Sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 110 tentang khaira ummatin.
Wasath juga bermakna ‘adl (adil). Ummatan wasathan = umat yang adil. Dalam Islam, sifat adil adalah syarat kesaksian. Maka, umat Islam dapat bersaksi pada hari kiamat bahwa mereka telah menyampaikan Islam kepada mereka yang tidak beragama Islam.
Moderasi Islam: Bukan Ajaran Islam
Moderasi Islam tidak datang dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam. Justru berkembang pasca runtuhnya khilafah islamiyah. Tujuannya: agar nilai dan praktik Islam khususnya yang berhubungan dengan politik Islam dan berbagai hukum Islam lainnya dapat dieliminasi dari kaum Muslimin dan diganti pemikiran/budaya Barat.
Pengkotak-kotakan Islam moderat, Islam radikal, Islam liberal, dst. ditengarai merupakan strategi Barat menghancurkan Islam. Tertuang dalam dokumen Rand Corp. Strategi penghancuran berdasar falsafah devide et impera. Untuk memunculkan satu kelompok Islam dan menekan kelompok lain. Mereka berharap hanya ada satu Islam, yang mau menerima ideologi mereka.
Padahal Islam tak mengenal istilah Islam moderat, Islam radikal, Islam liberal. Islam wasathiyah, Islam Nusantara, Islam ramah, dst. Islam ya Islam. Ajaran yang diturunkan Allah kepada Nabi SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dirinya sendiri, juga dengan sesamanya.
Strategi Moderasi Beragama
Demi meraih target menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya, strategi yang mereka lakukan antara lain:
1. Dekonstruksi tafsir dan fiqih agama serta merekonstruksikannya sesuai pemahaman moderat.
2. Merekrut tokoh-tokoh agama Islam sebagai corong.
3. Pengopinian moderasi beragama melalui media, terutama media online.
4. Memasukkan moderasi beragama dalam kurikulum pendidikan.
5. Menggunakan penguasa sebagai alat.
6. Memanfaatkan pusat penelitian dan studi tentang Islam sebagai sumber informasi utama bagi para pengambil keputusan dan kebijakan.
Bahaya Moderasi Beragama bagi Umat Islam
1. Mengebiri Islam.
2. Menimbulkan keraguan umat terhadap Islam.
3. Menyusupkan paham pluralisme yang memandang semua agama benar.
4. Memecah-belah Islam dan pemeluknya.
5. Meminggirkan dakwah penerapan syariat Islam.
Membendung Moderasi Beragama
Melihat bahayanya yang begitu besar bagi umat Islam, agar umat Islam tak selalu "diapusi" (dibohongi) dengan ide ini, tak ada solusi lain kecuali tolak dan bendung penyebaran idenya dengan:
1. Menguatkan akidah/keimanan untuk membentengi diri dari pemahaman sesat seperti moderasi beragama, pluralisme.
2. Meningkatkan pengetahuan Islam agar terhindar dari pemahaman keliru.
3. Memahami ada hidden agenda di balik ide ini yaitu terdapat makar Barat dengan perpanjangan tangan umat Islam sendiri.
4. Memahami siapa common enemy umat, yaitu ideologi kapitalisme sekuler dan sosialisme komunis berikut ide turunannya.
5. Menggencarkan dakwah berbasis pergulatan pemikiran, dengan menjelaskan kebatilan moderasi beragama dan menggambarkan pemahaman yang sesuai syariat.
6. Mengoptimalkan penggunaan media untuk membendung moderasi beragama. Individu maupun komunitas muslim sebagai pemilik/pengelola media (media massa, media sosial) hendaknya bervisi dakwah, membendung pemikiran bathil dan menyampaikan kebenaran Islam.
7. Sinergi di antara komponen umat Islam.
8. Mendirikan pusat kajian keislaman yang memperkuat dakwah Islam kaffah. Hasil studi dan penelitiannya dipergunakan untuk memetakan dan merumuskan strategi terkini dalam menyelesaikan berbagai problem menghadang di depan jalan kebangkitan.
9. Menggencarkan dakwah dengan menyeru umat Islam kembali pada penerapan hukum Allah SWT dalam naungan khilafah Islamiyah. Keberadaan khilafah sekaligus menghilangkan eksistensi berbagai gagasan rusak dan merusak.
Penutup
Hendaknya kita berhati-hati terhadap suatu istilah yang bukan dari pemahaman Islam. Jangan sampai mengadopsi istilah tanpa memahami definisinya, apalagi menjadi corong mempopulerkan istilah yang maknanya diarahkan untuk merusak Islam.
Bahaya Islam moderat sungguh nyata. Penyebarannya akan memecah-belah persatuan umat, memalingkan perjuangan kaum Muslimin, menjauhkan penerapan Islam kaffah, serta kian melanggengkan penjajahan Barat.
Umat Islam harus membendung ide moderasi beragama dan membuangnya jauh-jauh.
Wallahu a'lam
_______________
BABAK BARU MODERASI BERAGAMA
.
© Doni Riw
.
Narasi Moderasi Beragama kini memasuki babak baru. Jika dahulu sekte ini masih bersembunyi di balik jubah aswaja, kini mereka berani jujur berseberangan dengan pendapat ulama mu'tabar.
.
Dalam narasi terbaru yang mereka bangun, mereka mengajukan beberapa klaim yang terang-terangan berseberangan dengan pendapat ulama klasik.
.
Diantara yang paling menonjol adalah klaim bahwa "Islam bukan agama sempurna dan tidak akan pernah sempurna".
.
Sekte moderasi itu menyatakan bahwa Al Ma'idah ayat 3 bukan dalil bahwa Islam agama sempurna. Padahal Al Qurtubi di dalam Kitab Tafsirnya mengutip Ibnu Abbas dan As-Suddi, sahabat yang mulia, menyatakan bahwa ayat tersebut adalah pesan dari Allah bahwa syari'at yang Dia turunkan telah sempurna.
.
Selain klaim tersebut, sekte moderasi juga mengklaim bahwa kalimat Tauhid bukanlah "Laa ilaha ilallah", tetapi bermakna "kalimat persatuan".
.
Lebih lanjut, mereka mengklaim bahwa tidak masuk akal jika kalimat syahadat adalah kunci surga.
.
Lebih jauh lagi, mereka mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak membawa Agama Baru, tetapi membawa sekte baru agama Nasrani.
.
Tentu semua klaim itu bertentangan dengan pendapat Ulama Mu'tabar yang telah lazim menjadi landasan bagi muslimin selama belasa abad.
.
Saya acungi jempol bahwa sekte moderasi itu kini berani berterus terang dengan posisi mereka.
.
Hitam putih kini telah jelas. Tinggal umat memilih mana? ikut Ulama Mu'tabar, atau ikut sekte moderasi beragama.
.
YouTube
https://youtu.be/F6fiZZv7xgA
.
Jogja 31121
t.me/doniriw_channel
.
#BabakBaruModerasi #doniriw