Tata Bahasa Al Qur'an
2. Pengantar Studi Ilmu AlQuran
2.1Petunjuk HidupApakah petunjuk hidupmu? Quran kah? Sudahkan Anda memahami seluruh isi Quran sebagai petunjuk hidup? Jika saya masih menjadikan sesuatu yang saya tidak pahami sebagai pedoman hidup, maka semua itu adalah omong kosong. Mari kita telusuri seberapa paham kita terhadap Quran...Sudah lebih dari 1400 tahun sejak Muhammad meninggalkan AlQuran untuk umatnya dan menjanjikan benarnya hidup dengan AlQuran dan sunahnya. Banyak hal terjadi selama kurun waktu itu. Teks bisa terjaga keasliannya. Tapi Islam bukan saja ada di Arab. Banyak umat Islam yang tidak memahami bahasa Arab. Ketika AlQuran turun, kaum Quraish terpukau oleh keindahan bahasa AlQuran yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Jadi, bahasa AlQuran bukanlah bahasa keseharian yang lazim, ia adalah bahasa dengan nilai kesusasteraan tinggi. Anda bisa bayangkan perjalanan pemaknaan terhadap teks AlQuran.
Apakah saya hanya puas mendapatkan AlQuran yang telah dimaknai oleh ribuan generasi? Saya analogikan sebagai air, air yang saya dapat adalah air hilir yang telah banyak tercemar dalam perjalanannya dari hulu atau sumber air. Walaupun terlambat bagi saya, saya harus mempelajari AlQuran secara orisinil. Perangkat yang saya perlukan adalah bahasa. Bahasa AlQuran.
Orang Yahudi kok pintar-pintar ya?”Mungkin Anda pernah mendengar ‘selentingan’ , “Orang Yahudi kok pointar-pintar ya?”, banyak ilmuwan-ilmuwan dunia berasal dari bangsa ini, misalnya Albert Einstein (yahudi yang berkebangsaan Amerika), seorang penemu teori relativitas energi. Tidak perlu heran, karena selama berabad-abad lamanya, firman-firman Allah turun pada bangsa Yahudi. Pengetahuan membuat manusia menjadi berilmu, dan ilmu membuat manusia menjadi pandai. Faktor intelejensi hanya mempengaruhi seberapa cepat seseorang bisa memahami informasi yang ia terima.
Jika ada penelitian, seorang anak dari keturunan orang yang ber IQ tinggi, diletakkan di dalam lingkungan terisolasi, tanpa ada yang memberinya informasi dan tidak diajak berkomunikasi. Hasilnya, tidak peduli seberapa tinggi intelektual quotion-nya (IQ), anak itu tumbuh besar sebagai anak yang bodoh, tanpa kepandaian dan tanpa keterampilan.
Ratusan tahun lamanya Allah menurunkan ilmu sebagai petunjuk hidup kepada suatu kaum yang akhirnya berkembang menjadi bangsa yang besar. Kaum Tsamud dan kaum Ad adalah contoh kaum yang dengan ilmu dari Allah, mampu membuat peradaban-peradaban besar dunia. Piramida, obelisk, tembok cina, adalah contoh karya-karya besar sepanjang masa yang telah dibuat manusia ribuan tahun lalu.
Jika Anda menganggap masa lalu adalah masa di mana manusia belum mampu menciptakan apapun seperti masa sekarang, mungkin catatan sejarah mampu mengubah pandangan Anda. Tokoh nasional, Soekarno pernah berujar JASMERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Lihatlah di sekeliling Anda, kemiskinan dan kebodohan ada di mana-mana. Lihatlah lebih jauh lagi, bahwa kita tidak sendiri, negara-negara miskin ada di mana-mana. Dan lihatlah lebih seksama lagi. Siapakah kita? Siapakah mereka yang senasib dengan kita? MUSLIM
Hampir seluruh penyandang kemiskinan dan kebodohan di dunia ini adalah orang Islam. Yaitu orang-orang yang telah diberi petunjuk hidup oleh Allah sang pembuat hidup. Silahkan Anda menangis...Tetapi, bukan tangisan yang Anda butuhkan saat ini. Tangisan hanya membuat perut semakin lapar dan otak semakin kosong. Semoga Anda sepakat dengan saya. Bahwa titik masalahnya adalah orang Islam tidak memahami petunjuk hidupnya sendiri, tidak memahami kitab agamanya sendiri. Logikanya, orang yang punya petunjuk hidup adalah orang yang menguasai kehidupan. Nyatanya, sebagian besar muslim adalah orang-orang yang tersingkir dari catur kekuasaan dunia. Quran bukan untuk alam kematian, Quran adalah pedoman hidup.
2.2 Sejarah AlQuran
Masa sejarah penulisan AlQuran sama dengan masa turunnya wahyu itu sendiri. Rasul selalu memerintahkan para sahabatnya untuk menuliskannya setiap kali wahyu turun. Namun, di jaman rasul, AlQuran belum berbentuk kitab seperti sekarang ini. Kalam-kalam Allah ini tersebar dalam helai-helai yang ditulis. Banyak sahabat yang menulis dan mengumpulkan setiap wahyu yang turun pada rasul. Kumpulan tulisan ini disebut mushaf. Ada mushaf Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Tsabit, Umar bin Khatab dan mushaf Abu Bakar. Banyak pula sahabat rasul yang hafal AlQuran (hafidz). Pada jaman kekhalifan Utsman bin Affan mushaf-mushaf ini dikumpulkan dan dari kesamaan mushaf-mushaf ini dilakukan penulisan ke dalam sebuah kitab.
Cara penulisan wahyu pada masa awal munculnya Islam adalah dengan mencatatnya di atas apa saja yang bisa ditorehkan tulisan. Di antaranya adalah:
• ‘Usub, jamak dari kata ‘Asib yang berarti pelepah korma.
• Likhaf, bentuk jamak dari kata ini adalah lakhfah yang berarti batu-batu yang tipis dan berwarna putih.
• Riqa’, bentuk jamaknya adalah ruq’ah, artinya lembaran-lembaran kuliy atau daun atau kertas.
Masa turunnya AlQuran
Masa turunnya AlQuran secara bertahap selama dua puluh tahun, dimulai tiga tahun setelah bi’tsah, akhir hayat Rasulullah saw. Sedangkan di dalam surat alBaqarah:185 dan surat alQadr:1 disebutkan bahwa AlQuran diturunkan pada malam bulan ramadhan, malam Qadr. Dari beberapa pendapat ahli hadits dan sejarawan tergambar garis besar bahwa AlQuran memiliki dua wujud, wujud lahiriah yang terjelma dalam bentuk lafazh-lafazh dan kalimat-kalimat, kedua adalah wujud batiniah yang tetap berada dalam posisinya. AlQuran dalam wujud batiniah dan aslinya menjelma dalam hati rasulullah saw secara utuh pada malam Qadr.
Tertundanya Turunnya Quran selama 3 tahunAwal turunnya wahyu risali pada tanggal 27 Rajab, 13 tahun sebelum hijrah (609 M). Namun turunnya Quran sebagai kitab samawi, pernah tertunda selama 3 tahun. Ketertundaan ini disebut Fathrah. Ketika berada dalam rentang waktu itu, rasulullah menjalankan dakwahnya secara diam-diam hingga ayat ini diturunkan, Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) (QS alHijr:94).
Pengumpulan dan Penyusunan AlQuranPengumpulan ini berlangsung selama beberapa tahun atas upaya beberapa orang dan berbagai kelompok. Sedangkan urutan, susunan dan jumlah ayat dalam setiap surah sudah dibakukan sejak jaman Rasulullah berdasarkan perintah Allah swt.
Pada saat itu bentuk tulisan alQuran tidak seperti sekarang ini. Tulisan AlQuran saat itu adalah tulisan tanpa harakat (sandang) atau dikenal dengan ‘tulisan Arab gundul’. Namun seiring dengan perkembangan Islam, makin banyak orang yang memeluk Islam, tidak hanya orang Arab (yang mengerti bahasa Arab), tapi juga orang-orang di luar Arab. Orang-orang bukan Arab yang tidak mengerti bahasa Arab, mereka sering salah membunyikan tulisan dalam alQuran karena tidak ada sandangan yang membedakan bunyi fonem (a,i,u) pada huruf-hurufnya. Untuk mempermudah orang melafalkan, mengeja dan mengucapkan tulisan dalam alQuran, maka tulisannya diberi harakat atau sandangan(a,i,u). Tentang penulisan AlQuran dibahas dalam subjudul sejarah AlQuran.
2.3 Sifat Studi AlQuranStudi AlQuran yang akan digunakan adalah AlQuran menurut sunah rasul, yaitu menurut apa yang diajarkan, diucapkan dan diamalkan oleh Muhammad SAW. Ada pula orang-orang yang mengamalkan dan menggunakan kalam Allah (AlQuran) untuk selain yang dicontohkan rasul, mereka menyalahgunakan AlQuran untuk hal-hal yang tidak berfaedah baik.
Apakah AlQuran bisa disalahgunakan? Bisa saja. Sama seperti Anda memiliki pena. Pena berguna untuk menulis, tapi Anda juga bisa menggunakannya untuk mencelakai orang bila digunakan untuk menusuk matanya, misalnya. Mungkin Anda juga bisa menggunakannya untuk mendzalimi orang dengan menuliskan sebuah fitnah tentang orang itu di atas kertas yang kemudian Anda sebarkan. Manfaat pena itu tergantung pada siapa Anda.
Untuk menyamakan persepsi dalam studi ini, ada dua pertanyaan yang harus kita jawab. Pertama, apakah pengertian din (agama) bagi Anda? Kedua, untuk apa Anda melaksanakan ajaran agama?Anda memiliki jawaban, saya pun punya jawaban. Pertama, dien adalah tata aturan hidup yang berasal dari Allah, yang menciptakan kehidupan. Kedua, dien dilaksanakan untuk kehidupan di dunia. Akhirat adalah hasil dari kehidupan dunia, akhirat adalah akibat dan dunia adalah sebab. Allah tidak menurunkan agama untuk dilaksanakan di akhirat, tetapi untuk dilaksanakan di dunia.
Jadi, pengajian bukanlah untuk kepentingan akhirat saja, tapi untuk mengkaji aturan dari Allah untuk menjalani hidup di dunia. Bagaimana dengan kehidupan saya di akhirat? Otomatis, yaitu akhirat adalah kehidupan yang secara otomatis, dengan sendirinya tercipta dari kehidupan di bumi. Artinya kehidupan di akhirat adalah cerminan dan efek dari kahidupan saya selama hidup di dunia. Sama halnya ketika saya bercermin melihat bayangan yang memantul di sana. Jika saya ingin merapikan tampilan rambutan saya di cermin, maka yang harus saya rapikan adalah rambut saya, bukan mengubah cermin, karena tidak mungkin. Tidak ada ikhtiar yang bisa dilakukan di akhirat. Akhirat adalah hasil akhir amal perbuatan di dunia. Karena itu, mempelajari AlQuran adalah kewajiban di dunia sebagai bekal hidup di dunia. Bagi saya bekal hidup di akhirat adalah hidup di bumi. Lalu bagaimana halnya dengan pahala? Bukankah pahala adalah bekal saya di akhirat?
Tahukah Anda tentang arti pahala? Pahala adalah sebuah kebaikan. Pahala adalah sebuah manfaat positif atas amal perbuatan. Pahala bukanlah sebuah perhitungan kuantitatif deretan angka-angka. Jika saya menjalani hidup di dunia dengan baik dan benar, maka dengan sendirinya kehidupan baik pula yang akan saya jalani di akhirat. Seperti layaknya orang bercermin. Apa yang ada pada diri saya, itulah yang nampak pada cermin. Saya belum pernah mati, begitu pula Anda. Keyakinan saya berasal dari pengerahan seluruh kemampuan saya untuk berpikir. Dan saya hidup dengan keyakinan tersebut.
AlQuran adalah qalam Allah kepada manusia yang berisi ajaran-ajaran dan petunjuk hidup. Apakah Alquran itu berbentuk sebuah kitab? Tidak selalu. Apakah jika ia ditulis di sebuah dinding maka ia bukan lagi AlQuran?
Di jaman rasul, Muhammad SAW, AlQuran belum berbentuk buku seperti sekarang. AlQuran masih ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf yang terpisah-pisah.
Umat Islam diperintahkan untuk menghormati AlQuran. Apakah saya telah menghargai AlQuran? Menaruh AlQuran pada tempat yang tinggi, tempat yang indah, adalah baik. Tapi ada yang lebih layak dari itu semua, yaitu menaruh AlQuran di tempat yang benar. Di manakah? Di dalam setiap perbuatan saya. Itulah obsesi saya.
Menghormati AlQuran berarti menghormati ajaran Allah. Jika saya menghormati AlQuran dengan menghormati isi AlQuran dan melaksanakannya, sudah pasti saya pun menghormati AlQuran dalam bentuk wujudnya, kitabnya.
Studi ini adalah studi untuk memahami AlQuran menurut sunah rasul. Pemaknaan sesuai dengan tuntunan rasul Muhammad SAW. Sunah rasul ada dua bentuk, sunah qawliyah (perkataan) dan sunah fi’liyah (perbuatan).
Studi berarti belajar, yaitu kegiatan belajar untuk memahami, mengerti dan mengetahui. Studi AlQuran berarti belajar memahami, mengerti dan mengetahui AlQuran secara benar menurut sunah rasul.
Mengapa tidak digunakan istilah ‘pengajian’? Karena arti pengajian secara umum kini telah menyimpang dari arti harfiahnya. Pengajian berasal dari kata ‘kaji’ yaitu menelaah, membahas, mempelajari. Maka seharusnya pengajian AlQuran adalah sebuah kegiatan yang berupaya untuk mempelajari dan memahami tentang AlQuran. Namun yang saya temui dalam masyarakat, mengaji adalah kegiatan membaca, melantunkan, membunyikan, melafalkan huruf-huruf yang tertera dalam AlQuran. Dalam hal ini, pengertian membaca pun telah bergeser. Dalam kamus, membaca berarti kegiatan menangkap, memperoleh pengertian tentang hal yang tertera dalam bentuk serangkaian huruf menjadi sebuah pengertian dalam pikiran kita. Jika saya tidak mampu memperoleh sebuah pengertian tentang serangkaian huruf yang saya baca, maka benarkah bahwa saya ‘membaca’?
اِقْرَأْ bacalah adalah firman Allah yang pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW. Ini adalah perintah bagi seluruh umat manusia. Manusia diperintahkan untuk membaca, membaca petunjuk Allah yang turun dalam bentuk alQuran. Sudahkah saya memenuhi perintahNya?
Banyak orang yang telah menjalankan perintah membaca alQuran. Namun sayangnya, pengertian ‘membaca’ mereka adalah pengertian ‘membaca’ tidak dalam arti sebenarnya. Pada umumnya banyak yang mengartikan membaca sebagai membunyikan huruf-huruf di dalam AlQuran tanpa memahaminya. Kegiatan membunyikan tulisan ini pun menjadi beragam bentuk, dengan nada-nada atau melodi tertentu. Hal ini tidak salah, namun belum sepenuhnya benar, karena tujuan membaca menjadi tidak tercapai. Yaitu memindahkan pengertian yang tertera pada hal tulisan yang dibaca ke dalam pengertian di benak si pembaca.
Mungkin ada sebagian orang yang ‘mengaji’ untuk mendapatkan pahala dari Allah. Entah dengan pemahaman atau tidak, orang-orang ini merasa telah melaksanakan perintah Allah agar membaca AlQuran. Mereka bertujuan mengharapkan pahala atas amal ibadah mengaji. Apakah mereka memperoleh manfaat dari itu? Apa yang mereka dapat? Jika Anda menjawab: pahala, maka: apakah tujuan dari kegiatan pengajian? Pemahaman atau pahala?
Sifat Studi AlQuran Kegiatan studi AlQuran ini memiliki sifat-sifat yang mendukung tercapainya tujuan mempelajari AlQuran, yaitu mengerti AlQuran secara benar. Berikut adalah sifat studi AlQuran:
1. Pribadi atau personal
Studi AlQuran bersifat pribadi. Artinya setiap orang yang melakukan studi AlQuran ini adalah orang yang mewakili dirinya sendiri. Ia sebagai individu, tidak mewakili golongan, kelompok, suku atau aliran tertentu. Ia melakukan studi AlQuran dalam kapasitas dirinya sebagai manusia beriman yang ingin memahami isi AlQuran. Jika nantinya, ia melakukan transfer tentang apa yang ia ketahui kepada orang lain, maka itu ia lakukan atas kesadaran mengamalkan ilmu. Sesuai hadits rasul, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”.
2. Komparatif
Studi ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan kajian studi dengan standar AlQuran menurut sunah rasul. Pemaknaan AlQuran menurut sunah rasul selalu dijadikan standar kebenaran dalam studi ini. Karena Muhammad SAW adalah manusia yang paling memahami AlQuran.
Prinsip terlarang dalam studi: Dalam melakukan studi ini, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Hal-hal terlarang ini akan menghambat tercapainya tujuan studi. Prinsip-prinsip yang tidak boleh dipakai dalam studi ini:
1. Tidak ada selain yang sudah diketahuiArtinya kita menutup diri dari pengetahuan-pengetahuan baru. Ini tidak boleh dilakukan. Di hari kemarin kita tidak mengetahui tentang sesuatu, di hari kemudian boleh jadi pengetahuan kita bertambah. Pengetahuan yang dimiliki manusia selalu bertambah, karena manusia dikaruniai akal. Dengan akalnya ia berusaha mencari kebenaran. Hanya Allah yang Maha tahu segalanya, manusia tidak mengetahui apapun kecuali yang Allah beri. Tugas manusia untuk mencari ilmu. Ini sudah menjadi tugas naluriah manusia. Manusia dikarunia sifat selalu ingin tahu. Jika kita tidak ingin berusaha untuk mencari ilmu, mungkin artinya kita sudah kehilangan sebagian naluri kita. Untuk itu prinsip yang benar dalam studi ini adalah “Selalu ada yang belum kita ketahui”.
2. Tidak benar selain yang sudah dikaji Dalam etika keilmuan, prinsip ini pun tidak boleh ada. Begitu pula dalam upaya studi ini. Tidak benar selain yang sudah dikaji, artinya kita tidak menerima rumusan baru, hasil kajian baru selain yang sudah ada. Prinsip ini tidak boleh ada dalam kegiatan kita melakukan studi AlQuran.
Pada masa Yunani kuno, orang-orang percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta, di mana matahari, bulan dan benda-benda langit lainnya berputar mengelilingi bumi. Ini dikenal dengan Geosentris, Aristoteles adalah penemunya. Kemudian, setelah lensa teleskop dan teropong ditemukan, di mana manusia bisa melihat benda-benda lebih jauh, muncul pengetahuan baru pada seorang manusia bernama Galileo Galilai. Ia berkata bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta. Matahari adalah pusatnya, dikenal dengan teori Heliosentris. Bumi, bulan dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Pada saat itu orang-orang Yunani tidak mau menerimanya. Mereka beranggapan Aristoteles adalah benar dan tetap akan benar. Kepercayaan ini diperkuat oleh Injil yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Saat itu dipercaya juga bahwa bumi berbentuk datar. Ketika itu dipercaya, jika kita mengarungi bumi sejauh-jauhnya, maka kita akan menemui ujung bumi dan akan terlempar ke bawah seperti terjatuh dari atas sebuah meja. Seiring dengan itu Galileo juga mengungkap tentang penemuannya pada hukum gerak jatuh bebas. Ia berkata bahwa benda berat dan benda ringan akan jatuh dengan sama cepat. Ini bertentangan dengan apa yang telah diungkapkan oleh Aristoteles. Menurutnya benda yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu dari benda yang lebih ringan. Orang-orang saat itu menganggap Aristoteles lah yang benar, karena menurut mereka ucapan Aristotelas lebih masuk akal. Benda berat tentu sampai di tanah lebih dulu dibanding benda ringan bila dijatuhkan dari atas. Saat ini percobaan ilmiah telah membuktikan bahwa Galilieo adalah benar dengan hukum gerak jatuh bebas. Semua benda akan tiba secara bersamaan bila dijatuhkan pada saat yang sama. Dan untuk benda-benda tertentu, seperti bulu ayam misalnya, akan jatuh lebih lambat dibandingkan besi misalnya. Hal ini karena ada resistensi udara yang menghalangi bulu ayam. Namun bila resistensi udara ditiadakan, kedua banda yang berbeda bobot ini akan tiba di tanah secara bersamaan. Hal ini telah dibuktikan pada ruang hampa udara.
Bayangkanlah, bagaimana jika berpegang pada prinsip Tidak benar selain yang sudah dikaji. Apa jadinya manusia sekarang? Kita akan tetap terkukung pada kebodohan tanpa ilmu. Tidak ada perkembangan peradaban. Karena adanya penemuan dari orang-orang yang berpikirlah, kita bisa berada dalam peradaban. Dan karena adanya sifat terbuka, mau menerima perubahanlah peradaban terus berkembang dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu, dalam melakukan studi ini, prinsip-prinsip yang menjerumuskan pada kebodohan ini harus ditinggalkan. Yang benar adalah “Selalu ada kebenaran yang belum kita kita ketahui”.
3. Tidak boleh ada selain yang sudah diakui/dikaji oleh umum Prinsip ini sama dengan dua prinsip sebelumnya. Orang yang memegang prinsip ini artinya ia tidak mau menerima hal-hal baru. Ia hanya mau menerima apa yang sudah diwariskan oleh pendahulunya. Prinsip ini tidak boleh ada dalam studi mempelajari alQuran. Ilmu Allah sangat luas dan ilmu manusia hanya setitik dibanding denganNya. Selalu ada hal yang belum diketahui,dipahami dan dikaji manusia. Pengetahuan manusia akan selalu bertambah selama ia berusaha mencarinya. Allah akan memberikan ilmuNya pada manusia selama ia berusaha mendapatkannya.
4.Studi Gramatikal Annisa:3
Annisa ayat 3 Bukanlah Perintah Berpoligami
Poligami dalam beberapa tahun ini menjadi begitu populer. Masyarakat memperbincangkannya, memperdebatkannya bahkan tidak sedikit yang menghujatnya. Islam kerap ikut terseret di dalamnya karena banyak pelaku poligami yang membawa dalil Islam untuk membenarkan tindakan poligaminya. Benarkah Islam menyuruh umatNya berpoligami?
وان خفتم الاتقسطوافى اليتمى فانكحواماطاب لكم من النساءمثنىى وثلث وربع فان خفتم الاتعدلوافواحدة اوماملكت ايمانكم ذلك ادنى الاتعولوا
AnNisa : 3 “ Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap para yatim, maka kawinilah olehmu perempuan, dua, tiga atau empat, tetapi jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya”.(terjemahan I)
Apa yang dibicarakan dalam ayat ini? Poligami? Anak yatim? Atau perempuan yang yatim.
Surat An Nisa adalah firman Allah yang membahas mengenai hukum keluarga, terutama mengenai pengurusan anak yatim. Surat ini bukanlah anjuran untuk berpoligami. Mengapa banyak sekali orang yang mengambil ayat ini sebagai dalil untuk berpoligami? Mari kita telusuri...
Di dalam terjemahan Quran yang banyak beredar di Indonesia, ayat ini biasanya diterjemahkan seperti ini (terjemahan II): ” Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bila kamu mengawininya) maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu sukai, dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat supaya kamu tidak berlaku aniaya”.
Silahkan Anda bandingkan terjemahan pertama dan terjemahan kedua. Apakah Anda sudah menemukan perbedaannya? Jika Anda bingung dan tidak mempercayai kebenaran dari terjemahan I maupun terjemahan II, maka silahkan Anda ambil sebuah kamus Arab dan buku tata bahasa Arab atau Anda bisa memperolehnya di blog ini, (pada Bab 3. Tata Bahasa Quran) dan silahkan Anda terjemahkan sendiri.
Dalam ayat ini kata adil disebutkan dua kali, الاتقسطو dan الاتعدلو. Kata الاتقسطو adalah bentuk fiil mudharik مضارع atau kata kerja sedang/akan (present perfect continuous tense). Kata dasarnya adalah عدل dan قسط .Penambahan لا adalah menunjukkan bentuk kalimat negatif, yaitu ‘tidak adil’. Yaitu konsep adil bagi para yatim. Siapakah mereka? Yaitu anak-anak yatim, baik perempuan maupun laki-laki, yaitu mereka yang masih berstatus hukum sebagai anak, yaitu mereka yang masih membutuhkan pengasuhan dan pendidikan.
Apakah makna adil? Ini adalah istilah dalam Quran di mana pengertiannya bisa ditemukan juga di dalam Quran di ayat-ayat lainnya yang berkaitan dengan kata عدل ini.
Artinya, hak-hak anak yatim adalah tanggung jawab dan kewajiban seluruh masyarakat. Jika ada anak-anak yatim yang terlantar, maka ini adalah kesalahan seluruh masyarakat, kesalahan sistem masyarakat yang tidak mengatur pengurusan hak-hak anak yatim di dalamnya. Setiap muslim diperintahkan untuk berbuat adil pada anak yatim, yaitu memberikan hak anak yatim (pengasuhan dan pendidikan). Namun jika Anda takut akan melalaikan hak-hak anak yatim, maka kawinilah oleh Anda perempuan-perempuan lain. Siapakah perempuan lain tersebut? Perempuan selain yang Anda telah nikahi (istri Anda). Lalu berkaitan dengan hak-hak anak yatim ini, maka perempuan yang akan Anda nikahi agar Anda dapat berlaku adil terhadap anak yatim, adalah janda yang memiliki anak yatim.
Di kalimat selanjutnya dalam ayat tersebut dikatakan : فان خفتم الاتعدلوافواحدة اوماملكت ايمانكم ذلك ادنى الاتعولوا“.. tetapi jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka seorang saja”.
Takut tidak dapat berlaku adil kepada siapa? Kepada anak-anak yatim tersebut. Yaitu takut tidak dapat memberikan hak-hak anak yatim secara layak, dalam hal pengasuhan dan pendidikan. Jika Anda takut tidak mampu berlaku adil terhadap anak yatim jika Anda mengasuhnya, maka cukuplah Anda berlaku adil pada anakmu saja. Jika Anda tidak mampu menjamin pengasuhan dan pendidikan anak-anak lain, maka cukuplah bagi Anda untuk melaksanakan kewajiban primer Anda, yaitu mengasuh dan mendidik anak Anda. Berikan anakmu penghidupan dan pendidikan yang layak.
Namun jika Anda adalah seorang manusia yang memiliki kemampuan lebih untuk mengasuh dan mendidik anak-anak yatim dan terlantar, maka itulah kewajiban yang harus Anda penuhi. Dan jika Anda takut melalaikan kewajiban ini, maka ikatkan diri Anda secara hukum dengan anak-anak yatim tersebut. Kawinilah perempuan-perempuan ini, kawinilah janda yang memiliki anak yatim. Dan akhirnya secara hukum, anak yatim tersebut menjadi anak sah Anda dengan segala kewajiban Anda untuk mengasuhnya.
Bisakah Anda bayangkan, jika negeri ini tidak memiliki satu pun anak-anak terlantar? Artinya negeri ini akan memiliki masa depan kuat dan cerah karena adanya regenerasi yang baik, karena adanya calon-calon penerus bangsa yang memiliki kualitas pendidikan dan moral yang baik. Bayangkanlah sistem masyarakat seperti apa yang bisa mewujudkan mimpi tersebut. Tentunya, ialah sistem yang mampu menyelenggarakan kemajuan pendidikan anak-anak bangsa, termasuk di dalamnya, anak-anak yatim.
sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran
Diposting oleh Nurisah di 08.07 6 komentar:
Senin, 24 Maret 2008
4. Studi Gramatikal
4. Semut-semut dalam surat An Naml
Semut kah yang dibicarakan dalam ayat ini? Semut kah yang telah diajak berbicara oleh Nabi Sulaiman? Mukjizat apakah yang dimiliki oleh Sulaiman? Bagaimanakah muslim memahami hakikat mukjizat? Jawabannya ada di dalam Quran, sebagaimana pertanyaan itu berawal.
Surat An Naml adalah surat yang turun di Mekkah. Pada ayat 18 di surat ke 27 ini, dikatakan:
حتی اذااتواعلی وادالنمل قالت نملة يايهاانمل ادخلوامسكنكم لايحطمنكم سلليمن وجنوده وهم لايشعرون
(An Naml:18)
Dalam terjemahan Quran, biasanya ayat tersebut diterjemahkan menjadi:
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, seekor semut berkata, “Hai semut-semut, masuklah ke sarang-sarang kamu agar Sulaiman dan balatentaranya tidak menginjak kamu sedang mereka tidak menyadari.”Dalam terjemahan ini, kata النمل diterjemahkan menjadi ‘lembah semut’. Dan kata نملة diterjemahkan ‘semut’.
Tapi benarkah seperti ini seharusnya?
Lets check this out..
An Naml adalah nama sebuah tempat, daerah. Seperti halnya nama lainnya, seperti nama orang, nama negara, nama kota, nama produk, nama Anda dan nama lainnya, nama tempat tidak perlu diterjemahkan. An Naml adalah nama sebuah tempat, sehingga tidak perlu diterjemahkan menjadi kota semut. Secara historikal, wilayah An Naml diperkirakan berada di Palestina. Kini letak Naml masuk ke dalam wilayah Israel. Kota Namal (nama lain dari An Naml dalam surat ini), merupakan kota tua yang pernah berdiri di Palestina. Sampai saat ini, terdapat pelabuhan bernama Namal di kota Tel Aviv di Israel.
Sedangkan نملة adalah bentuk tunggal kata benda Jamid, yaitu jenis kata yang tidak perlu diterjemahkan. Kata ini adalah sebuah nama. Jadi orang An Naml adalah orang An Naml. Bukan orang kota semut. Dan bukan semut.
Dalam bahasa Quran, setiap kata terdiri dari tiga huruf pokok. Kata An Naml terdiri dari ن م ل Penambahan huruf pada kata itu akan merubah arti dasarnya, menjadi kata dalam bentuk lain. Misalnya:
فتح = fataha, ini adalah bentuk (ma di)past tense, berarti ‘telah membuka’. Jika diubah menjadi ‘fatihun’ maka artinya menjadi ‘pembuka’ atau jika diubah menjadi ‘yaftaha’ يفتح , maka artinya menjadi ‘sedang/akan membuka’ (bentuk continous tense).
Penambahan huruf ة pada kata النمل akan mengubah artinya menjadi orang An Naml.
Siapakah orang-orang An Naml? Apakah semut-semut?
Pada banyak ayat lainnya, ayat 16, 20 dan ayat 39 surat An Naml diceritakan pula hal serupa mengenai kemampuan Sulaiman dalam berbicara dan berinteraksi dengan burung-burung dan bangsa dari golongan jin. Secara bahasa, penelisikan ayat 18, mengantar saya pada ayat-ayat tersebut (An Naml:16, 20, 39). Jika bukanlah semut yang Sulaiman ajak bicara, maka bukan pula burung dan bangsa jin yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut.
Diketahui pada An Naml:44, Sulaiman memiliki peradaban yang sangat tinggi, contohnya peradaban dalam bidang penerbangan dan arsitektur. Bahkan sang ratu menaikkan roknya karena mengira lantai yang injak adalah air.
Peradaban ini bukan tidak mungkin merupakan cerminan dari seluruh kemajuan peradaban di masa itu. Pembacaan Quran secara benar sebagai sumber sejarah, menentukan kebenaran pemahaman yang kita peroleh tentang masa lalu.
Keajaiban atau mukjizat Sulaiman yang tersirat pada An Naml ayat 18, dapat berbicara dengan binatang, membuat kebesaran Nabi Sulamain dalam bidang lainnya ilmu penerbangan dan pemerintahan, menjadi tenggelam begitu saja. Tidak diingat, tidak dikenal dan akhirnya tidak diambil sebagai hikmah ilmu bagi kita semua.
Pada An Naml:15, “Dan sungguh Kami datangkan ilmu pada Daud dan Sulaiman dan keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”.
Apakah kelebihan Nabi Daud dan Sulaiman dibanding orang-orang beriman lainnya? Ialah ilmu. Ilmu lah yang menjadi kelebihan mereka, dan bukan sihir, seperti yang dituduhkan Fir’aun kepada Musa. Apakah ilmu mereka? Dan apakah sebenarnya makna ilmu?
Ada perbedaan mendasar antara ilmu dan sihir. Di dalam sihir, proses yang terjadi tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tongkat berubah menjadi bunga, topi menjadi bola, ada orang bisa menghilang. Lain halnya dengan sulap, yang menggunakan trik-trik dengan alat-alat teknologi. Sulap hanya nampak seperti sihir bagi para penontonnya, bagi orang-orang yang tidak mengetahui rahasia di balik aksi sulap tersebut. Tapi bagi si pesulap, para crew sulap dan orang-orang yang mengetahui trik tersebut, aksi sulap hanyalah sebuah permainan untuk memanipulasi ilusi penonton.
Allah menegaskan dalam An Naml:15, bahwa yang Allah berikan kepada Daud dan Sulaiman adalah ilmu, bukan sihir. Ilmu lah yang melebihkan Daud dan Sulaiman dari hambaNya yang lain. Maka ilmu pula yang mengangkat harkat orang beriman lebih tinggi dari hambaNya yang tidak berilmu. Lalu kepada siapa Allah memberi ilmu? Kepada hambaNya yang meminta di jalanNya.
ولقداتيناداودوسليمن علماوقالاالحمدلله الذي فضلناعلى كثيرمن عباده المٶمنين
An Naml: 15, “Dan sungguh Kami datangkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman”.
2. Al Baqarah
3. Ar Ra’d
4. Al Fajr
5. Al Alaq
sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran
Diposting oleh Nurisah di 17.17 5 komentar:
Selasa, 18 Maret 2008
5. Quran dan ilmu
5.1 Quran sebagai ilmu
Istilah ilmu diambil dari Quran عِلْمٌ. Ada beberapa pemahaman terhadap kata ‘ilmu’. 1. menurut orang Arab, ilmu itu pelita hati. 2.menurut orang-orang di belahan dunia barat, science is organized body of principle supported by fact, (ilmu tersusun atas pernyataan dengan didukung fakta). 3. Allah menerangkan dengan Quran tentang alam semesta; matahari, bulan, manusia, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain kepada manusia. Dengan demikian, ilmu adalah rangkaian keterangan dari Allah tentang kenyataan hidup disertai faktanya.
Syarat-syarat sebuah ilmu menurut kesepakatan ilmiah adalah metodis, sistematis, analitis dan objektif. Saat ini, asas keilmuan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan alam semesta. Manusia sebagai subjek meneliti semua hal yang ada di alam ini sebagai objek. Dengan semua syarat ilmiah tersebut, maka Quran adalah sebuah kumpulan ilmu, dengan alasan berikut:
5.1.1 MetodisMenurut Quran, ada tiga pokok dalam asasnya, yang saling terkait dengan sebuah garis linier. Yaitu Allah, manusia dan alam.
Quran membebaskan manusia untuk mengkaji semua ciptaanNya, alam semesta dan seisinya. Jika dianalagikan, matahari menyinari benda-benda di sekitarnya. Matahari menyinari bumi dan bulan. Di malam hari, sinar yang diterima bulan dari matahari, ia pantulkan ke bumi. Intinya, ada garis pantul dari matahari ke bulan, dari bulan ke bumi. Tidak mungkin bulan menerangi matahari.
Allah memberi pengetahuan pada manusia sejak manusia pertama ada di bumi ini. Allah memberi ilmu kepada Adam as dan memberinya akal pikiran. Allah mengajarkan asma-asmaNya. Asma, yaitu Ismun dalam bahasa Quran, dan dunia mengadopsinya menjadi kata Isme. Ismun berarti ilmu, paham, asas, pandangan atau nama. Ditilik dari keseluruhan ayat di dalam Quran, maka Ismun berarti ilmu atau ajaran, dan bukanlah nama seperti yang umumnya ada. Itu artinya, Allah telah mengajarkan ilmu-ilmuNya tentang ciptaanNya kepada Adam. Karena pengetahuan inilah yang menyebabkan perintah Allah kepada iblis untuk sujud kepada Adam.
Allah menciptakan manusia dengan naluri ilmiahnya, keinginan dasarnya, yaitu memiliki rasa ingin tahu. Setelah pengetahuan asma-asma (ilmu) yang diberikannya pada Adam, Allah pun menurunkan kitab-kitab suciNya untuk membimbing golongan kaumNya. Dan Quran adalah kitab suci terakhir untuk membimbing seluruh umat manusia. Quran menjadi petunjuk manusia dalam menjalani kehidupannya, termasuk dalam menjalani sifat insaniahnya yaitu memenuhi keingintahuannya.
Di dunia barat, tidak terdapat aturan keilmuan seperti ini. Setiap hal bisa dikaji oleh manusia, termasuk sang khalik, Allah SWT. Ini sama dengan analogi bulan menerangi matahari. Sedangkan bulan hanya mampu memantulkan (tidak memiliki sinarnya sendiri) cahayanya pada bumi.
Allah adalah pencipta dan manusia adalah makhluk ciptaanNya. Mungkinkah ciptaan meneliti penciptanya, mampukah makhluk mengkaji Khalik?
5.1.2 Sistematis
Quran disusun oleh Allah dan bukan disusun atas kehendak Muhammad.
سورۃ١نزلناهاوفرضاهاو١نزلنافيها١يتبينا
Quran disusun secara sistematika berikut:
1. Pendahuluan (AlFatihah)
2. Uraian (surat-surat panjang)
3. Kesimpulan (surat-surat pendek)
Fatihah di awal sebagai pembuka karena Fatihah merupakan ummul kitab atau induk Quran. Makna kandungan surat ini mencakup keseluruhan isi Quran. Tidak sedikit orang yang menganggap membaca Fatihah pahalanya sama dengan membaca seluruh isi Quran. Bagi saya, itu tidak benar. Allah tidak akan menurunkan seluruh isi Quran jika hanya dengan satu surat Fatihah saja sudah bisa menjadi pedoman hidup manusia. Sedangkan saat ini pengertian pahala itu sendiri menjadi lebih dibiaskan pada pengertian imbalan dari Allah pada manusia. Padahal setiap kali kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya akan muncul kebaikan bagi diri kita sendiri dan bagi manusia pada umumnya. Kebaikan itu selalu membawa manfaat. Dan tentang balasan dari Allah kelak di akhirat itu akan terjadi dengan sendiri. Kita tidak perlu menghitung-hitung imbalan pahala karena bukanlah menjadi tujuan dan karena pahala bukanlah imbalan matematis.
Sistematika Quran
a. Sistematika surat
Susunan Quran ditentukan oleh Allah. Turunnya ayat-ayat Quran sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Sebelum Quran diturunkan kepada Muhammad, Quran telah siap seluruhnya100% di Lauh Mahfuz. Surat-surat di dalam Quran saling menjelaskan satu sama lain.
b. Sistematika Ayat
5.1.3 AnalitisAnalisa adalah penjajakan suatu hipotesa atau dugaan ke dalam pembuktian. Demikian pula Quran, di mana seluruh isinya dapat dibawa ke dalam pengujian atau pembuktian. Walaupun, karena keterbatasan ilmu manusia, pembuktian kebenaran Quran terjadi secara bertahap, waktu demi waktu.
Contohnya, dalam Quran ada ayat-ayat tentang prediksi kejadian yang saat itu belum terjadi. Misalnya, tentang mimpi Nabi Yusuf yang menceritakan sebelas bintang, matahari dan bulan sujud padanya. Artinya, sebelas saudara Nabi Yusuf tunduk pada Yusuf dan menyatakan penyesalan atas sikap mereka yang buruk. Dan mimpi ini terbukti di lain masa, saat Yusuf menjadi raja di Mesir.
Ayat lainnya bercerita tentang kekalahan pasukan Quraish ketika berperang dengan Nabi.Dalam hal science, saat Quran turun, ilmu pengetahuan di dunia barat belum berkembang seperti sekarang. Quran telah menuturkan tentang proses penciptaan manusia, bumi dan alam semesta. Pada saat itu orang-orang belum memahami sepenuhnya realitanya dalam dunia nyata. Jika baru pada abad 17 teori geosentris milik Plato dan juga Aristotelas tergeser oleh heliosentris sang Galileo Galilei yang didukung Newton dan Copernicus, Quran telah memberikan kebenarannya pada abad ke 6.
Dan jika pada abad ke 18, orang-orang baru mengkaji unsur-unsur pembentuk manusia dan kehidupan. Quran telah menyatakannya berabad-abad sebelumnya. Allah menurunkan Quran bukanlah untuk menghentikan keingintahuan manusia tentang alam semesta. Quran diperuntukkan sebagai landasan berpijak yang benar untuk membantu semua langkah manusia, termasuk langkah dalam ilmu pengetahuan.
5.1.4 ObjektifDalam surat Ar-Rum, diceritakan bahwa bangsa Romawi akan kalah dalam xxxx. Dan kemudian hari, ternyata benar, Romawi mengalami kekalahan.
sumber: tulisan penulis berdasar materi studi Quran dan referensi lainnya
Diposting oleh Nurisah di 16.03 3 komentar:
3. Tata Bahasa AlQuran
Tata bahasa AlQuran adalah segala hal yang berkaitan dengan isi AlQuran dari segi bahasa, khususnya dalam hal gramatikal. Ada yang mengatakan , tata bahasa ini tidak terlepas dari sejarah penulisan AlQuran hingga menjadi seperti sekarang ini.
Persoalan dalam mempelajari Quran
Ada 2 persoalan pokok dalam mempelajari Quran, yaitu persoalan bahasa dan pemaknaan. Dalam memaknai isi Quran, peran ilmu sangat penting. Semakin banyak ilmu yang dimiliki, akan semakin benar proses pemaknaan yang dilakukan.
Dalam tata bahasa Quran terdapat teori bentuk kata nahwu dan teori bentuk kalimat (saraf). Kata terdiri dari kata benda dan kata kerja. Kata benda terdiri dari kata benda asli (jamid) dan kata benda jadian. Dalam kata kerja, terdapat kata kerja yang terdiri dari 3 huruf pokok dan kata yang terdiri dari 3 huruf pokok beserta beberapa huruf tambahan. Dalam setiap kata kerja terkandung 3 huruf pokok, yaitu tiga huruf yang membentuk kata tersebut. Dengan disertai imbuhan dalam pembentukannya, kata-kata ini bisa berubah makna.
Imbuhan dalam bahasa Quran adalah harakat َ ِ ُ ً ٍ ٌْ ّ atau fathah, domah, kasroh, tanwan, tanwin, tanwun, tasjid, sukun (a,i,u,an,in,un,konsonan tunggal, dan doble). Tiga huruf pokok dalam kata kerja berkembang dengan tambahan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf dalam setiap kata.
Tata bahasa Quran
3.1 Bahasa
Bahasa adalah alat suatu kelompok orang untuk menyatakan kesadarannya, maksud dan ide. Nabi Ibrahim pernah berdoa:
واجعلي لسان صدق فى الاخرين
Hubungan kekerabatan Muhammad dengan Ibrahim ; Ibrahim beserta orang-orang Babylon lainnya pindah ke Mekkah. Ibrahim dan istrinya, Hajar, memiliki anak yaitu Ismail. Sedangkan dari istri pertamanya, Sarah. Ibrahim memiliki anak, Ishaq. Ismail menikah dengan orang Arab. Dari garis keturunan inilah, Muhammad lahir. Dan bangsa Yahudi lahir dari garis keturunan Ishaq. Bahasa Quran serumpun dengan bahasa Arab. Pertama kali mendengar bahasa Quran, orang-orang Arab tercengang karena sangat tinggi tata bahasanya dan belum pernah didengar sebelumnya.
Perbedaan bahasa Arab dengan Bahasa Quran
AlQuran disampaikan kepada Rasul dalam bahasa Arab. Allah menyampaikan wahyuNya dalam bahasa kaum di mana wahyu itu turun. Begitu pula AlQuran, seperti wahyu-wahyu sebelum AlQuran.
Lalu mengapa dikatakan bahasa AlQuran tidak persis sama dengan bahasa Arab saat ini dan hanya dikatakan serumpun? Karena bahasa Arab dalam perkembangannya telah dipengaruhi bahasa di luar Arab, baik dalam bentuk kata serapan maupun pola pembentukan katanya. Sedangkan AlQuran sejak diturunkan hingga sekarang tidak pernah mengalami perubahan. Allah menjamin AlQuran dalam perlindungannya.
Jika kita membuka AlQuran dan mengamati ayat-ayat demi ayat dan membuat pengelompokkan pola di dalamnya, maka kita akan menemui keteraturan tata bahasa yang terpola. Berikut adalah pemetaan polanya:
a. Pola kalimat
1. Bahasa Quran memiliki 23 pola bentukan kata (dlm bahasa Arab:kalimah), sedangkan bahasa Arab terdapat 35 pola.
2. Ada 5 pola dalam bahasa Quran tidak ada dalam bahasa Arab. Begitu pula ada beberapa pola yang ada dalam tata Arab yang tidak ada dalam tata bahasa Quran.
Contohnya:المزمّل
Muhammad adalah bangsa Arab dan menggunakan bahasa Arab. Nabi sebagai utusan Allah SWT datang dengan bahasa kaumnya.
b. Bentuk bahasa
1. Bahasa percakapan atau bahasa lisan
Bentuk ini memiliki ciri-ciri:
a. maknanya sangat ditentukan oleh intonasi atau nada pengucapan
b. tidak terkait dengan kaidah tata bahasa
c. terkadi kontak langsung antar lawan bicara
d. tidak bisa dilagukan atau dinyanyikan
2 Bahasa tulisan
a. terikat pada kaidah tata bahasa baku
b. bisa jadi pihak I dan pihak II tidak pernah bertemu, tidak terjadi kontak langsung
3 Bahasa syaira. diucapkan dengan alunan suara
b. bisa jadi isi kalimat yang diucapkan tidak ada kaitan dengan si penyanyi
Bisa diamati, di dalam Quran terdapat bentuk bahasa jenis 1 dan 2. Di dalam Quran, juga terdapat bentuk bahasa lambang. Contohnya, ayat yang berisi percakapan Musa dengan Harun, adiknya. Contoh lainnya adalah ayat tentang percakapan Malaikat dengan Allah.
Dengan demikian, ada ayat-ayat yang bisa dibaca dengan lagu, ada ayat yang harus dibaca keras, dengan biasa dan ada ayat yang sebaiknya dibaca dengan berbisik. Ini semua tergantung pada isi yang dikandung dalam ayat tersebut. Cara lainnya adalah dengan membacanya dalam hati. Sebab, tujuan utama dari pembacaan Quran adalah pemahaman. Quran adalah sebuah petunjuk hidup yang kebenarannye bersifat mutlak. Kebenarannya tidak dilarang untuk dikaji, diteliti bahkan diragukan sekalipun. Jika keraguan itu menjadi awal dari upaya pencarian kebenarannya.
Selain bentuk bahasa, ada kesusastraan dalam Quran. Nilai-nilai kesusastraan dalam Quran, yaitu مبين atau gamblang, Allah menjelaskan kepada hambaNya dengan bahasa yang gamblang dan jelas. Kedua, sastra ungkapan atau perumpamaan. Misalnya, Umar bagaikan singa, artinya Umar pemberani. Dalam sastra perumpamaan, ada 4 piranti; yang diungkapkan, tempat perumpamaan, alat perumpamaan dan hubungan perumpamaannya. Contohnya: اتخذتبيتاوانّ١وهن١لبيوتلبيت١لعنكبوتلوكانويعلمونArtinya: perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah, adalah laksana laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya, serapuh-rapuh rumah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.
Lainnya adalah ungkapan Harun kepada Musa.... لاباردولاكريم, artinya: jangan kau cukur rambutku dengan sembilu. Perkataan itu mengungkapkan hati Harun yang pedih mendengar tuduhan Musa padanya. Ketika ditinggalkan Musa untuk beberapa lama, banyak umat Musa yang membelot. Sebelumnya, Musa telah menitipkan umatnya pada Harun. Akibatnya, ia mengira Harun telah menyia-nyiakan amanatnya.
3.2 Pengetahuan Dasar
Bahasa Arab memiliki 30 huruf yang disebut huruf hijaiyyah. Pengertian huruf dalam bahasa Arab tidak sama dengan huruf latin. Huruf hidup atau huruf vokal dalam tulisan latin tidak dikenal sebagai huruf dalam tata bahasa Arab. Huruf ini disebut sebagai imbuhan vokal penyerta atau harakat. Harakat terdiri dari fathah, kasroh, domah, tanwan, tanwin, tanwun, sukun dan tasjid َ ِ ُ ً ٍ ٌ ْ ّ ( a, i, u, an, in, un, konsonan mati dan doble).
Berikut adalah huruf dalam bahasa Arab disertai huruf latin:
ا (alif), ب (b), ت (t), ث (ts), ج (j), ح (kh), خ (‘kh’), د (d), ذ (dz), ر (r), ز (z), س (s), ش (sy), ص (sh), ض (dh), ط (th), ظ (‘dh’), ع (‘a), غ (gh), ف (f), ق (q), ك (k), ل (l), م (m), ن (n), و (w), ه (h), ء(hamzah), dan ي (y).Tanda kutip di atas artinya dibaca dengan nada penekanan berat. Sedangkan tanda kutip satu pada huruf ع adalah dibaca dengan penekanan pada ujung pangkal mulut. Seperti pada pengucapan syi’ar, dan sya’ir dalam dalam bahasa Indonesia.
3.2.1 Pola Kata
Setiap kata kerja di dalam Quran sebenarnya terdiri dari 3 huruf pokok (dalam bahasa Indonesia, tiga huruf pokok ini serupa dengan tiga suku kata). Kata-kata yang memiliki lebih dari 3 suku kata adalah bentukan kata setelah ditambah huruf-huruf. Tiga huruf pokok setelah diberi harakat/imbuhan vokal akan menjadi suku kata. Dan pembentukan kata-kata dari 3 pokok suku kata ini (3 huruf pokok) tertata berdasarkan jenis kata yang ada.
Dalam pola kata pada bahasa Quran, terdapat sebelas 11 jenis kata, yaitu kata kerja lampau (ماض ), kata kerja masa sekarang / akan ( مضارع ), kata dasar (مصدر ), kata pelaku atau subjek ( فاعل ), kata benda objek ( مفعول ), kata perintah ( ١مر ), kata larangan ( نهي ), kata benda alat ( ١لۃ ), kata penunjuk waktu ( زمان ) dan kata penjuk tempat ( مكان ). Pada kesebelas jenis kata ini, ada beberapa macam pembentukan. Yaitu ada 6 macam pembentukan tiga huruf pokok (3hp), 4 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1), 6 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf pokok (3hp + 2) , 5 macam bentukan 3 huruf pokok tambah 3 huruf (3 hp + 3) dan ada 1 bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1) serta 1 bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf (3hp + 2 ).
1. enam macam pembentukan tiga huruf pokok (3hp)Ada di dalam tabel 1. Contoh kata yang digunakan adalah فعل, kata ini jika dimasukkan ke dalam sebelas jenis kata yang berbeda, akan menghasilkan makna yang berbeda. Misalnya bentuk , menjadi فَعَلَ telah melakukan, يَفْعَلُ sedang melakukan, فَعْلً kelakuan atau perbuatan, فَاعِلٌ pelaku atau yang melakukan, مَفْعُولٌ , اِفْعَلْ berbuatlah (perintah),لاَتَفْعَلْ jangan lakukan (larangan).
Dari satu kata dasar فَعَلَ , terbentuk sebelas macam kata-kata yang berbeda.
2. empat macam bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1)
Contoh ada di Tabel 2
3. enam macam bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf pokok (3hp + 2)
Contoh di Tabel 3
4. lima macam bentukan 3 huruf pokok tambah 3 huruf (3 hp + 3)
Contoh di Tabel 4
5. satu bentukan 3 huruf pokok tambah 1 huruf (3 hp + 1)
Contoh di Tabel 5
6. satu bentukan 3 huruf pokok tambah 2 huruf (3hp + 2 ).
Contoh di Tabel 6
Setiap dasar kata dalam bahasa Quran bisa menjadi bermacam-macam kata dengan arti yang berbeda. Misalnya kata baca قرأ. Kata ini terdiri dari 3 huruf pokok. Kata ini bisa berarti telah membaca قَرَأ, akan sedang membaca يَقْرأٌ , baca قَرْٲٔ, pembaca قَارِٲٌ , yang dibaca مَقْرُوٲٌ, bacalah ١قْرَٲْ, jangan baca لَاتَقْرَٲْ , alat untuk membaca مِقْرَ١ٲٌ , waktu membaca مَقْرَٲٌ dan tempat membaca مَقْرَٲٌ.
Jumlah keseluruhan kata – kata bentukan itu adalah 23. Karena itu, tata bahasa Quran memiliki 23 pola kata. Secara empiris, jika kita menelaah seluruh ayat dalam Quran, akan ditemukan pola pengelompokan kata ini. Yaitu terdapat 23 pola kata yang berbeda dalam seluruh kandungan Quran.
Untuk mempelajari tata bahasa dalam Quran, para ahli telah lama membentuk dua bentuk pemetaan. Pemetaan ini untuk menyederhanakan pembelajaran Quran secara menyeluruh dan benar.
Berikut adalah tata aturan di dalam 23 pola bentukan kata tersebut:a. PEDAS
PEDAS adalah akronim dari ‘pemecahan dasar’. Pemecahan dasar ini merupakan susunan tata aturan pembentukan kata yang terdiri dari 3 huruf pokok ke dalam 11 jenis kata. Ada enam macam bentukan di dalam PEDAS.
Berikut tabel 6 macam bentukan ke dalam 11 jenis kata:
ماض مضار مصدر فاعل مفعول ١مر نهي عزمان/مكان ماض
verb-telah verb-ing k.benda pelaku objek perintah larangan alat zaman madi mudari'
يَفْعَلُ فُعِلَ مَفْعَلٌ مِفْعَالٌ ﻻَتَفْعَلْ اِفْعَل مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعَل فَعَلَ
يَفْعَلُ فُعِل مَفْعَلٌ مِفْعَلٌ ﻻَتَفْعُلْ اُفْعُلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعُلُ فَعَلَ
يَفْعَلُ فُعِل مَفْعِلٌ مِفْعَلٌ ﻻَ تَفْعِلْ ﺍِفْعِلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعِلُ فَعَلَ
يَفْعَلُ مَفْعَلٌ فُعِل Ǿ ﻻَتَفْعَلْ اِفْعَلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعَلُ فَعِلَ
يَفْعَلُ مَفْعِلٌ فُعِل Ǿ ْ ﻻَتَفْعِلْ ﺍِفْعِلْ مَفْعُوْلٌ فَاعِلٌ فَعْلاً يَفْعِلُ فَعِلَ
يَفْعَلُ مَفْعَلٌ فُعِل Ǿ ﻻَتَفْعُلْ اُفْعُلْ Ǿ فَعِيلٌ فَعْلاً يَفْعُلُ فَعُلَ
Penjelasan:
ماض adalah bentuk kata kerja lampau
مضارع adalah bentuk kata kerja yang sedang dan atau dilakukan
مصدر adalah bentuk kata dasar
فاعل adalah bentuk kata pelaku atau yang melakukan
مفعول adalah bentuk kata objek atau yang dilakukan atau melakukan apa
١مر adalah bentuk kata perintah
نهي adalah bentuk kata larangan
١لة adalah bentuk kata benda alat, menunjukkan alat perbuatan
زمان dan مكﺍن adalah bentuk kata penunjuk waktu dan tempat.
Dalam bahasa Quran, kata terdiri dari 3 huruf. Bentuk imbuhan vocal (a,i,u) dan imbuhan konsonan (huruf mati atau sukun) serta syaddah/tasjid atau dobel menjadikan kata dasar (3 huruf pokok) menjadi memiliki makna. Makna yang muncul setelah diberi imbuhan akan berbeda-beda tergantung imbuhan yang disertakan.
Pada pola PEDAS (pemecahan dasar), makna kata tersebut berubah sesuai pola imbuhan vocal yang menyertainya. Pola-pola ini bisa membentuk 11 jenis kata. Yaitu kata kerja lampau, kata kerja sedang/akan, kata dasar, kata pelaku, objek, kata perintah, kata larangan, kata benda alat, kata penunjul waktu dan tempat.
Pada tabel pola selanjutnya, selain imbuhan vokal yang menyertai 3 huruf pokok, ada tambahan satu, dua atau tiga huruf lagi. Huruf-huruf tambahan itu adalah ا , ت , ي . Di pemecahan lanjutan ini, makna yang muncul menjadi bertambah. Misalnya, di jenis kata kerja lampau مﺍض, penambahan huruf alif ﺍ , menjadikan kata kerja itu menjadi kata kerja berobjek.
Pola 3 hp + 1
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول فاعل مصدر مضارع ماض
يُفْعَلٌ اُفْعِلَْ مُفْعَلٌ Ǿ لاَتُفْعِلْ اَفْعِلْ مُفْعَلٌ مُفْعِلٌ ﺍفْعاَلاً يُفْعِلُ افْعَلَ
يُفَعَّلٌ فُعِّلَْ مُفَعَّلٌ Ǿ لاَتُفَعِّلْ فَعِّلْ مُفَعَّلٌ مفَعِّلٌ تَعِيْلاً يُفَعِّلُ فَعَّلَ
يُفَاعَلٌ فُوْعِلٌَ مُفَاعَلٌ Ǿ لاَتُفَاعِلْ فَاعِلْ مُفَاعِلٌ مُفاعِلٌ فِيْعالاً يُفَاِلُ فَاعَلَ
يُفَعْفَلٌ فُعْفِلٌ مُفَعْفَلٌ Ǿ لاَتُفَعْفِلٌ فَعْفِلْ مُفَعْفَلٌ مُفَعْفِلٌ فَعْفَلاً يُفَعْفِلُ فَعْفَلَ
Pola 3 hp + 2
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُتَفَعَّلُ تُفُعِّلَ مُتَفَعٌَلٌ Ǿ لاَتَتَفَعَّلْ تَفَعَّلَْ مُتَفَعٌَلٌ مُتَفَعِّلٌ تَفَعُّلاً يَتَفَعَّلُ تَفَعَّلُ
يُتَفَاعَلُ تُفُوْعِلَ مُتَفَاعَلٌ Ǿ لاَتَتَفَاعَلْ تَفَاعَلْ مُتَفَاعَلٌ مُتَفَاعِلٌ تَفَاعُلاً يَتَفَاعَلُ تَفَاعَلُ
يُفْتَعَلُ اُفْتُعِلَ مُفْتَعَلٌ Ǿ لاَتَفْتَعِلْ اِفْتَعِلْ مُفْتَعَلٌ مُفْتَعِلٌ اِفْتِعَالاً يَفْتَعِلُ اِفْتَعَلَ
يُنْفَعَلُ اُنْفُعِلَ مُنْفَعَلٌ Ǿ لاَتَنْفَعِلْ اِنْفَعِلْ مُنْفَعَلٌ مُنْفَعِلٌ اِنْفِعَََالاً يَنْفَعِلُ اِنْفَعَلَ
يُفْعَلُّ اُفْعُلَّ مُفْعَلٌ Ǿ لاَتَفْعَلْ اِفْعَلْ مُفْعَلٌ مُفْعَلٌ اِفْعِلاَلاً يَفْعَلُّ اِفْعَلَ
يُسْفَعَلُ اُسْفُعِلَ مُسْفَعَلٌ Ǿ لاَتَسْفَعَلْ اِسْفَعَلْ مُسْفَعَلٌ مُسْفَعِلٌ اِسْفِعَالاً يَسْفَعَلُ اِسْفَعَلَ
Pola 3 hp + 3
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُسْتَفْعَلُْ اُسْتُفْعِلَ مُسْتَفْعَلٌ Ǿ لاَتَسْتَفْعِلْ اِسْتَفْعِلْ مُسْتَفْعٌَ مُسْتَفْعِلٌ اِسْتِفْعَالاً يَسْتَفْعِلُ اِسْتَفْعَلَ
يُفْتَعَّلُ اُفْتُعِّلَ مُفْتَعَّلٌ Ǿ لاَتَفْتَعَّلْ اِفْتَعَّلْ مُفْتَعَّلٌ مُفْتَعِّلٌ اِفْتَعَّلاً يَفْتَعَّلُ اِفْتَعَّلَ
يُفَّعَّلُ اُفُِّّلَ مُفَّعَّلٌ Ǿ لاَتَفَّعَّلْ اِفَّعَّلْ مُفَّعَّلٌ مُفَّعِّلٌ اِفَّعَّلاً يَفَّعَّلُ اِفَّعَلَ
يُفْتَاعَلُ اُفْتُوْعِلَ مُفْتَاعَلٌ Ǿ لاَتَفْتَاعِلْ اِفْتَاعِلْ مُفْتَاعلٌ مُفْتَاعِلٌ اِفْتِيْعَالاً يَفْتَاعِلُ اِفْتَاعَلَ
يُفَّاعَلُ اُفُّوْعِلَ مُفَّاعَلٌ Ǿ لاَتَفَّاعِلْ اِفَّاعِلْ مُفَّاعَلٌ مُفَّاعِلٌ اِفِيْعَالاً يَفَّاعِلُ اِفَّاعَلَ
Pola 4 hp dan 4 HP + 1
مضارع ماض زمان مكﺍن ١لة نهي ١مر مفعول
فاعل مصدر مضارع ماض
يُفَعْلَرُ فُعْلِرَ مُفَعْلَرٌ Ǿ لاَتَفعْلِرْ فَعْلِرٌْ مُفَعْلَرٌ مُفَعْلِرٌ فِعْلاَرًا يُفَعْلِرُ فَعْلَرَ
يُفْعَلَرُّ اُفْعُلِرٌ مُفْعَلَرٌّ Ǿ لاَتَفْعَلِرَّ اِفْعَلِرَّا مُفْعَلَرّ مُفْعَلِِرٌّ اِفْعِلاَرً يَفْعَلِرُ اِفْعَلَرَAda bentuk lain dari مصدر atau kata dasar, yaitu:
مصدر atau kata dasar
3 HP مَفْعَلاً مَفْعَلاً مَفْعِلاً مَفْعَلاً مَفْعِلاً مَفْعَلاً
3 HP +1 مُفْعَلاً مُفَعَّلاً مُفَاعَلاً مُفَعْفَلاً
3 HP +2 مُتَفَعَّلاً مُتَفَاعَلاً مُفْتَعَلاً مُنْفَعَلاً مُفْعَلاً مُسْفَعَلاً
3 HP + 3 مُسْتَفْعَلاً مُفْتَعَّلاً مُفَّعَّلاً مُفْتاعَلاً مُفَّاعَلاً
4 HP مُفَعْلَرًا
4 HP + 1 مُفْعَلَرًا
b. PETA (Pemecahan Tahap Lanjut)Pemecahan tahap lanjut atau PETA adalah pola-pola pembentukan kata berkaitan dengan subjek atau objek yang menyertainya. Misalnya, kata kerja makan yang digunakan dalam kalimat ‘Dia makan’ dengan kalimat ‘Mereka makan’ akan berbeda.
Pemecahan ini memerlukan pemahaman tentang kata ganti. (dibahas pada sub bab berikut).
Berikut adalah pola pembentukan kata dalam PETA. ada di edisi selanjutnya...
Contoh Kata Dasar Contoh bentukan kata Keterangan
3.2.2 Kata Ganti ضميرKata ganti adalah kata yang mewakili dan menyatakan seorang, dua orang atau lebih. Di Dalam tata bahasa AlQuran terdapat 3 macam kata ganti yang terbagi dalam 14 kata ganti, yaitu:
1. kata ganti orang pertama
2. kata ganti orang kedua
3. kata ganti orang ketiga
Kata ganti ضَمِيْرٌ Jumlah In English
Orang III (laki-laki) هُوَ
هُمَا
هُمْ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural He
They (they)
They
orang III (perempuan) هِيَ
هُمَا
هُنَّ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural She
They (both)
They
Orang II (laki-laki) اَنْتَ
اَنْتُمَا
اَنْتُمْ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural You
You (both)
You (all)
Orang II (perempuan) اَنْتِ
اَنْتُمَا
اَنْتُنَّ Tunggal/single
Dua orang/both
Banyak/plural You
You (both)
You (all)
Orang I اَنَا
نَحْنُ Tunggal/single
Banyak/plural I
We3.2.3 Huruf Budhuk ( عِلَهَ )Huruf budhuk adalah huruf yang kehilangan bunyi aslinya jika melebur dengan huruf yang fonem vokalnya tertentu, yaitu i untuk ي, u untuk و dan a untuk ١. Huruf budhuk membuat huruf di depannya berbunyi lebih panjang. Ada 3 huruf budhuk yaitu ١,و dan ي.
a. Alif atau hamzahHamzah adalah huruf yang penulisannya seringkali ditulis di atas atau di bawah huruf lainnya. Huruf yang ditumpangi oleh hamzah disebut rumah hamzah. Ada 3 rumah hamzah, yaitu ۱untuk hamzah yang bervokal a, و untuk hamzah bervokal u, dan ي untuk hamzah bervokal i.
1). Pada ١ atau ء di awal kata, jika harakatnya di atas, maka rumah ء adalah ١ (alif)
Yaitu: ٵَ dan ٵُ
Jika harakatnya di bawah, maka : ٳِ
2). Pada ء hamzah di tengah kata, jika hamzah itu:
a. mati atau sukun, maka ء ditulis di atas harakat huruf sebelumnya. Contohnya:
بَأْسَ , مُؤْمِنْ , بِئْسَ
b. berbaris, maka ء ditulis di atas rumahnya sendiri. Contohnya :
سَأَلَ , رَؤُفَ , قَائِلُ
Ketentuan ini (2b) tidak berlaku jika huruf sebelum hamzah memiliki harakat ُ dan ِ .
Jika demikian, maka hamzah ditulis di atas harakat baris sebelumnya.
c. hamzah antara huruf ا dan ي , maka hamzah boleh ditulis di atas ي atau sendiri (tanpa rumah). Contohnya: بَرَاءِيْ atau بَرََئِيْ
d. hamzah disambung dengan ۃ, maka hamzah ditulis di atas alif ۱, contohnya:
نَشْأَۃٌ
e. jika sebelum hamzah adalah huruf budhuk (۱ , و, ي ), maka hamzah ditulis:
1. jika ي , contoh: َرَيْئَةٌ , hamzah ditulis di atas rumahnya sendiri
2. jika ۱dan و , contoh: لُوْءَةٌ , بَرَاءَۃٌ, hamzah ditulis sendiri
3). Pada hamzah di akhir kata dan hamzah:
a. berharakat/berbaris, maka hamzah ditulis di atas harakat huruf sebelumnya. Contohnya:
ضَمِئَ , لَكَأَ , هَبُؤَ
b. sebelumnya adalah sukun (ْ ), maka hamzah ditulis sendiri tidak di atas huruf apapun atau gentayangan. Contohnya:
جُزْءٌ , لَوْءٌ
c. bersambung dengan kata ganti ضمير , maka ada 2 ketentuan:
Contohnya:
بَقَاءَهُ hamzah ditulis sendiri
بَقَاؤُهُ hamzah ditulis di atas rumahnya masing-masing
بَقَائِهِ
b. huruf و dan ي
Pada kedua huruf budhuk ini terdapat hukum IBDAL atau hukum penggantian.
3.2.4 Bengek
Bengek adalah dua huruf yang sama dan letaknya berurutan. Misalnya تَبْبَ, setelah ت, ada dua huruf ب yang letaknya berurutan. Untuk kondisi ini, harakat atau imbuhan vokal (huruf hidup) yang digunakan adalah harakat pada ب yang kedua. Demikian, menjadi تَبَّ.
Pada bentuk kata perintah dan kata larangan, jika ditemui bengek (huruf ganda) maka huruf alif atau١, menjadi dihilangkan. Huruf alif pada kata perintah dan larangan disebut alif amar.
3.2.5 PETA luar biasa
PETA luar biasa adalah bentuk pemecahan lanjutan di luar bentuk PETA di pokok bahasan sebelum ini. PETA ini disebut PETA PENAT, singkatang dari Pemecahan Tahap Lanjutan dengan Penekanan Nada Berat. Ada 2 macam PETA PENAT:
1. PETA PENAT مُضَارِعٌ biasa
Pada jenis ini, akan ditemui نّ atau doble nun. Huruf ل atau lam pada kata perintah dan larangan menjadi difathahkan atau harakat a ( َ ), kecuali pada bentuk kalimat (subjek) jamak. Misalnya: يَفْتَحُ menjadi يَفْتَحَنَّ
Artinya: sedang / akan membuka menjadi berarti sungguh-sungguh akan membuka.
1. PETA PENAT مُضَارِعٌ luar biasa
a. PENAT pada kata perintah
Pada jenis ini, jika ditemui لِ pada kata perintah, maka artinya kata perintah ini ditujukan pada orang ke tiga III. Jenis kata ganti, bisa di lihat di pokok bahasan selanjutnya. Perintah ini adalah bentuk perintah atau suruhan yang halus.Makna dari perintah jenis ini adalah ‘agar’ dan ‘hendaknya’.
Sedangkan pada perintah untuk orang I dan II, akan ditemui huruf لَ atau la. Bentuk perintah ini bermakna pasti, contohnya dalam AnNahl:98 dan al Ankabut:28,29.
3.2.6 Kata Benda
Kata benda yang akan dibahas disini adalah kata benda pelaku. Ada tiga macam kata pelaku, yaitu:
1. Kata pelaku lebih اِسْمٌتَفْضيْلٌ
Arti lebih di atas adalah lebih dalam perbuatan atau pekerjaannya. Pada kalimat, pekerjaan pelaku atau subjek adalah predikat. Contohnya, اَكْرَمُ . Kata ini asal katanya adalah كرم, terdiri dari 3 huruf pokok. Arti harfiah كرم adalah mulia. Pada اَكْرَمُ, kata mulia berarti ‘lebih memuliakan’, karena اَكْرَمُ adalah predikat untuk kata pelaku. Sedangkan kata pelaku adalah termasuk ke dalam kata benda.
2. Kata pelaku sangat اِسْمٌﻤُشَايَمَةٌ
Polanya adalah :
- فَعَلٌ
Dibaca: fa’alun. Contohnya, حَسَنٌ artinya pelaku hidup sangat baik atau yang melakukan hidup yang sangat baik.
- فَعِلٌ
Dibaca : fa’ilun. Contohnya عَمِهٌ, artinya pembingung sangat atau yang membuat sangat bingung.
- فَعِّلٌ
Dibaca fa’ilun. Contohnya لَيِّنٌ atau orang yang lembut
- فَعِيْلٌ
Dibaca fa’iilun. Contohnya كَرِيْمٌ atau orang yang sangat memuliakan atau yang sangat melakukan perbuatan mulia
- فَعْلٌ
Dibaca fa’lun. Contohnya صَعْبٌ atau orang yang sangat menyulitkan atau sangat membuat sulit.
3. Kata pelaku paling اِسْمٌ فَاعِلٌ
3.2.7 Macam-macam bentuk kata Kata Sandang جَرٌّمَجْرُوْنْ
a. بِ
contoh: Albaqarah:23
b. مِنْ
contoh: Albaqarah:25
c. عَلَى
contoh: Albaqarah:45
d. اِلَى
contoh: Albaqarah:29
e. فَوْقَ
contoh: Albaqarah:63
2.7.2 اِنَّ dan kawan-kawan
a. اِنَّ
contoh: Albaqarah:62
b. اَنَّ
contoh: Annisa:60
c. وَلَكِنَّ
Contoh: Annisa:166
d. لَعَلَّ dan وَلَكِنْ
Contoh: Almaidah:6
e. كَٲَنَّ
f. لَيْتَ
kata sambung كَانَ dan kawan-kawan
a. كَانَ
b. ضَلَّ
c. لَيْسَ
d. مَا
e. صَارْ
f. اَصْبَحَ
g. بَاتَ
h. اَمْسَ
Huruf yang mensukunkan fiil mudharika.لَمْ
b. لاَ
c. مَنْ
d. ماَ
e. اِنْ = jika, فَ = maka
kata penghubung
a. وَ
contoh: Maryam:71
b. ثُمَّ
contoh: Maryam:69
c. حَتَّى
contoh: Fushilat:20
d. اَوْ
contoh: Az Zuhruf:80
e. وَلٰكِنْ
kata penghubung
a. اَلَّذِي
Contoh: al Ahzab:41
b. اَلَّتِى
c. مَا
kata tanya
a. ٲَ
b. َمْ
c. هَلْ
d. مَنْ
e. مَا
f. اَيْنَ
g. كَيْفَ
h. مَتَى
i. كَمْ
3.2.8 Teori Kalimat
Kalimat adalah susunan kata yang membentuk pokok kalimat dan keterangan kalimat. Dalam bahasa Indonesia, pokok kalimat biasanya berupa subjek dan keterangan kalimat adalah predikat yang menyertainya.
Macam-macam kalimat
1. kalimat tunggal atau kalimat dasar.
Kalimat terdiri dari dua macam kalimat, yaitu kalimat nominal dan kalimat verbal.
a. kalimat kata benda (kalimat nominal) جُمْلَﺔٌاِسْمِيَةٌ
contohnya:
Pokok Kalimat
Ha-hal yang menjadi pokok kalimat dalam tata bahasa Quran adalah nama sesuatu/seseorang, kata pengganti nama (kata ganti), kata sambung, اِنَّ dan كَانَ serta kata majemuk ( اِضَافَةٌ ).
1. Nama sesuatu/seseorang
Nama ini adalah nama identitas dari seseorang atau sesuatu barang. Misalnya : Budi, Paman, Wati, Si Pandai dan lainnya. Contoh nama barang adalah buku, mobil, pagar Pak Andi, baju ibu dan lainnya.
2. Kata ganti ضَمِيْرٌ
Dalam bahasa Indonesia, kata ganti terdiri dari kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. Misalnya: saya, kami, kamu, kalian, dia dan mereka. Dalam bahasa Quran ada 14 kata ganti untuk orang pertama, kedua dan ketiga, yang terbagi menjadi kata ganti tunggal dan jamak. (mengenai kata ganti, telah dibahas pada sub bab sebelumnya)
3. Kata sambung
Contoh kata sambung dalam bahasa Quran adalah اَلَّذِ , اَلَّذِيْنَ
Misalnya: Annas:5……… اَلَّذِيْيُوَسْوِسُ ‘yang membisikkan dalam dada manusia’.
Note: Mohon maaf atas kesalahan bentuk tabel di atas. Karena keterbatasan forma