Nusantara Pusat Peradaban Dunia
Oleh : HG Sutan Adil
Dalam satu dekade belakangan ini isu tentang keberadaan dan kejayaan asal usul bangsa Indonesia yang dahulumya sering disebut sebagai Nusantara ini mulai terkuak. Bahwa Nusantara adalah pusat peradaban dunia yang dimulai dari Ad Tlantis, Lemuria dan Sundaland mulai banyak di wacanakan. Apa lagi disimpulkan pula bahwa Bangsa Arya yang sering di sebutkan sebagai bangsa terbaik dunia itu adalah berasal dari Nusantara.
Wacana ini seiring dengan terbitnya terjemahan dua buku kontroversial, “Atlantis itu Indonesia” (Arysio Santos, 2009) dan “Eden in the East” (Stephen Oppenheimer, 2010). Bangsa Indonesia patutlah bersyukur dan berbangga dengan terbitnya kedua buku tersebut.
Harapannya adalah akan makin banyak para Akademisi dan Guru Besar untuk melakukan riset dan penelitian secara mendalam tentang keberadaan leluhur bangsa Indonesi ini.
Selama ini bangsa Indonesia diajari sejarah berdasarkan dari peneliti sejarah bangsa penjajah dan diajarkan di sekolah dasar-menengah, juga diajarkan kepada para mahasiswa sejarah, dan yang telah menghasilkan para sejarawan besar Indonesia seperti Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo, juga para ahli arkeologi besar Indonesia seperti R Soekmono, RP Soejono adalah sejarah dan arkeologi yang palsu?, karena sejarah dan arkeologi nya buatan kolonial Belanda, penjajah.
Jadi semua sejarah dan arkeologi yang beredar itu adalah sejarah yang "bohong besar" yang ditujukan agar Indonesia tak punya jati diri. Isu ini mengatakan sejarah yang kita kenal sekarang ini adalah hasil perbuatan konspirasi Belanda atau negara2 Barat lainnya untuk mengecilkan Indonesia.
Para penganut teori konspirasi berpendapat bahwa sejarah Indonesia itu palsu atau bohong besar menggunakan tesis dari penulis Swedia “Juri Lina”, yang pada tahun 2004 menulis buku kontroversial “Architects of Deception- the Concealed History of Freemasonry”.
Dalam bukunya ini, Juri Lina berpendapat bahwa sejarah Indonesia merupakan bukan sejarah asli karena sudah dibengkokan atau dikaburkan oleh penjajah Belanda.
Kesimpulan nya adalah ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri :
1. Kaburkan sejarahnya
2. Hancurkan bukti2 sejarahnya agar tak bisa dibuktikan kebenarannya
3. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.
Pemikir perancis yang anti-kolonial, Frantz Fanon,menguraikan bagaimana kolonialisme menghancurkan budaya dan karakter rakyat yang dijajah dan akibatnya,rakyat di negara jajahan ditingalkan dalam kebingungan intelektual, hilang kesejatian indentitas diri.
Upaya pembodohan terhadap bangsa Indonesia adalah kejahatan terbesar Belanda terhadap bangsa ini Indonesia, Di antaranya yaitu penulisan dan pencatatan sejarahnya.
Sementara bangsa ini "Gagal" merekonstruksi sejarah leluhurnya,"Gagap" membaca bukti bukti fisik yang sudah jelas di depan mata, hanya pandai mengamini sejarah yang ditulis hanya berdasar "Perkiraan" Para Filolog Belanda.
Rektor Universitas Leiden Carel Stolker, mengatakan : “Ada 26 ribu manuskrip kuno milik Indonesia di perpustakaan Leiden, Jika di jajar berdasarkan ketebalannya, Panjangnya dapat mencapai 12 kilometer”.
Perpustakaan Leiden adalah perpustakaan tentang Indonesia terlengkap di dunia, Perpustakaan Nasional Indonesia sendiri saja hanya mengoleksi 10,3 ribu manuskrip kuno. Belanda di sini telah berhasil membuat kita "Buta" siapa sejatinya leluhur nenek moyang bangsa Indonesia.
Ada banyak kejanggalan yang memaksa kita untuk harus menarik semua dokumen kuno milik leluhur kita dari Belanda, Harus mengkaji, merevisi catatan sejarah bangsa Indonesia ini, merekonstruksi dan menulis kembali dengan benar. Dan tidak mengikuti saja semua catatan yang sudah tertulis berdasar kacamata penafsiran penjajah Belanda yang tertulis tidak sesuai faktanya dan menulis terbalik,membuat seolah kita bangsa pengimport budaya lain.
Menurut kalangan penganut teori konspirasi, bahwa sejarah Indonesia itu adalah buatan Belanda, buatan Freemasonry, buatan Knights of Templar, buatan Illuminati – kalangan ini juga diilhami oleh novel kontroversial yang mengaduk2 fakta dan fiksi Dan Brown, “the Davinci Code” atau “the Lost Symbol” yang menggambarkan bahwa banyak konspirasi2 itu bekerja.
Pembuktian lain adalah pendapat dari peneliti “Santo Saba Piliang”, seorang peneliti asli bangsa Indonesia yang telah meneliti dan melakukan eksplorasi sejarah langsung terhadap keberadaan situs Borobudur di Jawa Tengah dan situs Muara Takus di Kampar, Riau. Beliau tidak menyebut situs tersebut sebagai “Candi”, karena memang kedua situs tersebut bukanlah tempat ibadah agama Budha atau ajaran Buddhism maupun Agama Hindu.
Beliau berpendapat bahwa kesalahan terbesar dalam penulisan sejarah Indonesia adalah menghitung awal tahun Saka yang dimulai 78 Masehi,sehingga "Hilang" atau di hilangkan sejarah kita sebelum tahun itu, yang malah dengan mudahnya disebut sebagai ajaran Animisme dan Dinamisme.
Hal ini terbukti dengan adanya figura relief dasar Borobudur yang di tutup pada Panil no 43 tergambar bangunan dengan bentuk atap khas Nusantara, Inskripsi pada tepi pigura terbaca "Maheçãkhya"
Kata "Maheçakya" berarti “Berkuasa Besar” atau kaum yang mempunyai kuasa besar "Çakya" adalah Çaka/Saka/Aryan, inilah leluhur kita di Nusantara Indonesia tersebar ratusan prasasti berangka tahun Çaka/Saka. Kaum "Saka" inilah yang menaklukan Raja Salivahana di tahun 78 Masehi.
Hal ini membuktikan bahwa Kaum Saka sudah ada jauh sebelum tahun 78 Masehi, Mahecakya, Cakya, Schitya, saka, Aryān adalah leluhur bangsa di Nusantara atau Indonesia yang telah maju lebih dahulu.
Sumbangan terbesar kaum Saka atau "Arya" bagi peradaban adalah pengenalan konsep "Dharma", inilah konsep ajaran leluhur Nusantara, yang tergambar di Borobudur berawal di Svarnadvipa hingga kini tersimpan sempurna di Bali. Leluhur bangsa Indonesia terdahulu para "Brahman" disebut oleh sejarawan eropa sebagai "Brahmanism" sebelum "Veda" di tuliskan
Mereka adalah kaum Saka para Aryan,yang membawa ajaran nya "Dharmic Original" ke luar Nusantara mendasari lahirnya Buddhism, Hinduism dan Jainsm di india.
Ajaran asli bangsa Indonesia terdahulu "Dharmic Original" dibawa ke luar Nusantara , berawal di pelajari di Svarnadvipa, Sumatera tepatnya di area yang dahulu merupakan "Landmark" tempat pembelajaran dan pendidikan yaitu situs "Muara Takus"
Inilah area atau tempat yang di kunjungi para peziarah atau pelajar Tiongkok dan Asia lainnya yang datang untuk belajar, mencatat ajaran leluhur kita kemudian di bawa dan di kembangkan di negrinya masing masing, bukan membawa ajaran "Buddhism" lalu di sebarkan ke Nusantara
Untuk itu, mulailah sekarang bangsa Indonesia menggali sendiri dan meneliti secara mendalam tentang leluhur bangsa Indonesia yang merupakan pusatnya peradaban dunia. Semua bukti sejarah tersebut tersebar dan ada di Nusantara ini dan tersebar dari Sabang sampai Merauke.
TRUE BACK HISTORI OF NUSANTARA
Penulis adalah Ketua FKMI (Forum Komunikasi Muslim Indonesia)