News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Alat ISPU Belum ada, BLHD Baru Berencana

Alat ISPU Belum ada, BLHD Baru Berencana


The Jambi Times - Sarolangun - tiap tahun kabupaten sarolangun mengalami kabut asap, namun kabupaten yang megah ini belum memiliki alat untuk mengukur Indeks standar Pencemaran Udara (ISPU).
 
Dari data yang dirangkum harian ini, pihak terkait seperti badan lingkungan hidup daerah (BLHD)kabupaten sarolangun baru memiliki wacana untuk memiliki alat ISPU.
 
Sehingga saat ini pihak BLHD belum mengetahwi beberapa besar bahaya dari kabut asap dan tidak bisa memastikan berapa ukuran kabut asap dikabupaten sarolangun.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh kepala dinas BLHD kabupaten sarolangun yang mengakui hingga saat ini belum memiliki alat untuk mengukur kabup asap.
 
“ Kita tidak punya alat ISPU saat ini, namun kita rencanakan tahun ini kita lakukan pengadaan, agar ke depannya kita tidak lagi mengusulkan ke provinsi jambi, ataupun ke pecan baru”.Kata Kepala BLHD Hambali (09/9).
 
Dikatakannya hingga saat ini pihak BLHD belum mengetahwi berapa besar indeks pencemaran udara, namun dirinya merasa lega dan bersyukur dengan kondisi udara kabut asap di sarolangun secara berangsur-angsur sudah mulai berkurang.
 
“ Kalau biasanya kategori yang berbahay itu di atas nilai 100, nah sekarang ini kita lihat, kabut asap sudah mulai berkurang, dan penglihatan pun tidak lagi membahayakan seperti minggu yang lalu”.Jelasnya.
 
Lanjut, pihaknya pernah mengajukan untuk mendatangkan alat ISPU ke sarolangun baik di kota jambi maupun di pekan baru.
 
“ nanti kalau kita sudah punya alat ISPU itu, ketika sudah diketahui berbahaya atau tidak udara, kita langsung kerja sama dengan dinas kesehatan untuk mengantisipasinya, “.Jelasnya lagi.
 
Terpisah, menurut warga sarolangun kabut asap yang ada bukan berkurang malah kabut yang ada kian pekat dan untuk pendangan mereka mengalami kesulitan dalam melihat.
“kalau di bilang berkurang, ‘’saya rasa tidak’’ sebab asap kian pekat dan tebal saja yang dilihat, dan sebagian warga kita sudah mengalami mata yang perih, pilek dan lainnya,”pungkasnya.
 
Dijelaskannya, ia mengatakan atas kebakaran saat ini menimbulkan pertanyaan besar sebab dari kabar yang saya dengar di sejumlah media dari sekian banyak titik api mayoritas dari pihak perusahaan.
 
“kabarnya hanya beberapa belas titik api dari masyarakat sebagian dari pihak perusahaan, tentunya menimbulkan pertanyaan apakan pihak-pihak terkait memampaatkan momen musim kemarau untuk menjadikan lahan mereka,”tukasnya.
 
Jika memasuki musim kemarau biasanya lahan warga jarang terbakar sebab akan diadili oleh desa yaitu nenek mamak.
 
“kalau lahan warga desa jarang kebaran yang cukup serius, sebab mereka takut akan dituntut pemilik lahan yang bersebelahan dalam proses adat, nah jika perusahaan maka yang harus ambil sikap saiapa,”ungkapnya.(Alamsyah)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.