Rekam Jejak HBA, Bedrum 20.716 Hingga Trending Topic "Arisan Bangunan"
The Jambi Times - Jambi - Pemerintah Provinsi Jambi dibawah kepemimpinan Gubernur
Jambi,Hasan Basri Agus (HBA)telah berhasil mencapai program kerakyatan yang baru, yang direct (langsung)
kepada rakyat miskin, yaitu Program Satu Miliar Satu Kecamatan
(Samisake) khususnya di bidang perumahan rakyat miskin .
Program Samisake yang terdiri dari beberapa item kegiatan
ini melahirkan icon yang sangat membantu demi mengangkat derajat masyarakat pra sejahtera.
Kondisi tempat tinggal masyarakat Provinsi Jambi yang
tergolong Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) mendorong Hasan Basri Agus untuk membantu
RTSM untuk menggulirkan Bedah rumah Samisake.
Saat awal Hasan Basri Agus bersama wakilnya terdapat 34.180 RTSM
di Bumi Supucuk Jambi Sembilan Lurah. Rumah yang di bedah adalah rumah
yang berlantaikan tanah, beratapkan daun, dan dengan kondisi yang
memprihatinkan.
Berdasarkan sumber data Bappeda Provinsi Jambi,Program Bedrum Samisake, 2.802 unit rumah yang sudah di bedah pada 2011, kemudian di lanjutkan tahun 2012 sebanyak 3.759 unit.
Tahun 2013
sebanyak 6.000 unit, dan tahun 2014 (sampai Agustus 2014) sebanyak 1.718
unit.
14.279 unit rumah RTSM yang sudah di bedah dari
Program Bedrum Samisake (sampai Agustus 2014).
Bedah rumah Samisake ini di kenal luas
di kalangan masyakat Provinsi Jambi. Bahkan, di tingkat nasional pun,
Beda rumah Samisake ini sudah mulai di kenal serta di respon positif oleh
berbagai daerah.
Dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Jambi pada 21
sampai 23 September 2011, Presiden Republik Indonesia, Soesilo Bambang
Yudhoyono (SBY) mengapresiasi Bedrum Samisake dan kegiatan Samisake
lainnya sebagai program yang pro rakyat.
Bedrum yang
di perjuangkan Hasan Basri Agus ini tidak hanya di laksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Jambi.
Perusahaan dan para pengusaha pun berkontribusi dalam program
yang di peruntukkan bagi kemaslahatan masyarakat ini.
Corporate Social Responsibility (CSR) sampai dengan
Agustus 2014, sudah 507 unit rumah RTSM di Provinsi Jambi memalui program tersebut.
Dengan rincian 203 unit pada tahun 2011, 166
unit pada tahun 2012, 51 unit pada tahun 2013, dan 87 unit pada tahun
2013.
Kepedulian terhadap pelaksanaan Bedrum juga meluas ke Badan
Amil Zakat Daerah (BAZDA) Provinsi Jambi. Melalui BAZDA, 7 unit rumah
di Nbedah pada tahun 2012, 16 unit pada tahun 2013. Selain itu, dari
Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemenpera RI), telah
membedah 5.907 unit rumah di Provinsi Jambi sampai dengan Agustus 2014.
Jadi, total Bedrum di Provinsi Jambi sampai Agustus 2014 sebanyak 20.716
unit.
Tidak hanya dari perusahaan dan para pengusaha saja, masyarakat kelas bawah pun turut berpartisipasi dalam Bedrum
ini secara gotong royong.
Masyarakat Desa Purwo Bhakti, Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo
sangat mendukung bedah rumah ini dengan memadukannya dengan “Arisan Bangunan” masyarakat setempat. Hasil perpaduan Bedrum dan arisan
bangunan ini pun sangat memuaskan.
Dalam kunjungan kerjanya ke Desa
Purwo Bhakti beberapa waktu yang lalu, Hasan Basri Agus tidak bisa menyembunyikan
rasa senangnya melihat hasil perpaduan bedah rumah dan arisan bangunan
itu.
Wakil Gubernur Jambi, H.Fachrori Umar sudah meninjau bedah rumah
perpaduan Bedrum Samisake dan arisan bangunan tersebut. Fachrori Umar
juga menyatakan sangat mengapresiasinya.
Bedrum Samisake ini
merupakan bukti kepedulian yang sangat besar dari HBA kepada masyarakat,
bukti tanggung jawab seorang kepala daerah kepada masyarakatnya, bukti
bahwa negara hadir untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.Bedah Rumah, Sebuah Program Unggulan Gubernur HBA.
Menghapus kemiskinan adalah cita-cita Gubernur Jambi Hasan Basri Agus . Hampir setengah abad umurnya di habiskan hanya untuk
memperjuangkan nasib masyarakat.
Ini tahun
kelima masa kepemimpinan Hasan Basri Agus menjabat gubernur Jambi. Ini tahun kelima
pula program bedah rumah di gulirkan. Tercatat, sudah 20.716 rumah
masyarakat miskin yang dibedah, di perbaiki oleh Pemprov Jambi .Ya,
masyarakat pun sudah menikmati dan merasakan programnya.
“Sesekali saya berjumpa dengan
masyarakat yang rumahnya antara dapur, tempat tidur tergabung menjadi
satu. Kondisi yang sangat prihatin. Akan menyentuh jiwa siapapun yang
menengoknya,”kata HBA.
Tidak satu dua saja. Kondisi seperti itu
banyak ia temui di tengah masyarakat. Hati HBA terenyuh melihat fakta
itu. Sebelum tidur merebahkan tubuh HBA tak henti-hentinya selalu
terbayang kondisi mereka. “Saya terpikir betapa enaknya hidup seorang
pejabat yang semuanya difasilitasi. Tapi masyarakat hidup dalam
kesusahan. Padahal, pejabat itu makan dari uang rakyat. Fasilitasnya
dibiayai dari uang rakyat. Pejabat itu seyogyanya adalah pembantu
rakyat. Maka tak sepantasnya bila ada pejabat yang hidup
bersenang-senang sementara rakyatnya susah. Itu namanya pejabat tak
punya nurani. Seketika saya merasa malu pada diri sendiri,”katanya.
Setelah menjadi gubernur, kondisi ini malah lebih sering HBA temukan.
Kalau dulu HBA cuma ketemua masyarakat miskin di Sarolangun. Kini HBA
banyak ketemu masyarakat yang hidupnya susah di berbagai daerah. Mulai
dari ujung Barat sampai ujung Timur. Bahkan, beberapa diantaranya HBA
pernah bertemu dengan salah seorang masyarakat yang rumahnya (maaf)
seperti kandang hewan. Sungguh sangat tak layak. Ada yang lebih parah
lagi. Sungguh memprihatinkan. “Saya bertekad untuk membantu kehidupan
masyarakat yang susah. Inilah awal munculnya ide Program Bedah
rumah,”katanya.
Selama lima tahun ini, sudah lebih 20 ribu rumah
masyarakat tak layak huni telah diperbaiki. Rumah tak layak itu
diperbaiki melalui program bedah rumah Samisake yang dibiayai APBD
Provinsi Jambi. Program ini telah banyak membantu masyarakat dan mereka
pun sangat merespon positif program ini. HBA mematok target pada tahun
2015 mendatang semua rumah yang tak layak sudah beres dibedah. Kini dari
data yang ada, tinggal 7 ribuan lagi rumah warga yang patut dibedah.
“Kita berharap bisa tuntas sampai tahun 2015,”katanya.
Program
ini memang punya kelemahan. HBA sering mendengar langsung laporan
keluhan atas pungutan dan tak sesuainya anggaran dengan papan yang
dipakai untuk memperbaiki rumah. Padahal, pemerintah sudah
menggelontorkan anggaran yang nilainya sama dan dalam jumlah Rp 10 juta
untuk tiap rumah. Problemnya ada ditingkat bawah. Yakni di kecamatan
yang melakukan eksekusi atas program ini. Saat ini Pemprov tak lagi
kelola uang, semuanya ditransfer ke kecamatan dan dikelola penuh.
Pemprov sifatnya hanya memantau. ini semacam tantangan. Apapun
hambatannya, program bedah rumah ini sangat diperlukan dan HBA komit
harus terus berjalan. “Soal masalah-masalah itu tadi, tetap jadi
pemikiran. Kedepan persoalan ini tak terulang dan segera
diperbaiki,”katanya.
HBA semakin yakin bahwa cara ini terbilang
efektif untuk menekan angka kemiskinan. Sejak digulirkan tahun 2011
lalu, hingga tahun 2013, program Samisake telah berhasil menekan angka
penduduk miskin hingga 5,29 persen dari 7,90 persen yang terdata.
HBAse makin yakin ketika banyak daerah luar yang mencoba meniru program
kita ini. “Saya sangat bangga. Gagasan pembangunan ini disadur daerah
lain. Saya tidak iri. Saya ikhlas sepenuh hati. Gagasan mulia ini bisa
di terapkan untuk masyarakat Indonesia yang lebih luas,”ujarnya.
Salah satu yang menyadur program kita adalah Kepulauan Bangka Belitung.
Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jambi
pernah diminta secara langsung menjadi narasumber dalam memaparkan
program Samisake tersebut. Sengaja Bangka Belitung datang ke Jambi untuk
mempelajari program Samisake dan bedah rumah. Kemudian, kini mereka
sudah mengadopsi program itu untuk menekan angka kemiskinan di Kepulauan
Bangka Belitung. Ya, program mereka SATAM EMAS
.
Inilah yang
menarik minat provinsi lain untuk mengadopsi didaerah masing-masing.
Misalnya, ada DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang datang ke Jambi,
juga untuk mempelajari program ini. Mereka tertarik dengan model
penuntasan kemiskinan melalui program Samisake.
Bukan hanya
Jabar, beberapa provinsi lain sudah datang ke Jambi untuk mempelajari
program ini, seperti Bengkulu, dan sejumlah daerah lainnya. Kalau Babel
itu mulai dari Bappeda dan DPRD datang ke Jambi untuk melihat model
program ini. Sedangkan di Kota Bengkulu justru menjalankan program
dengan nama yang sama tapi di tiap kelurahan yakni Samisakel (Satu
Miliar Satu Kelurahan).
“Yang membuat kita bahagia, pemerintah
pusat juga sangat mengapresiasi program ini. Kementerian PPN/Bappenas
dan Indonesia Governance Index (IGI) sudah meminta Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jambi memaparkan program ini di pusat. Modelnya juga
diterapkan di Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk program
bedah rumah di tiap provinsi. Program ini muncul setelah presiden
berkunjung ke Jambi dan melihat langsung pelaksanaan kegiatan bedah
rumah. Ketika itu presiden meminta Kemenpera menerapkan program ini
untuk bedah rumah di provinsi lain.
Syukurlah, gagasan ini membawa
banyak faedah. Tak hanya masyarakat Provinsi Jambi yang merasakan
manfaatnya. Program ini seakan-akan mewabah dan menular ke daerah lain.
Inilah cita-cita HBA, cita-cita seorang gubernur. Ingin memperbaiki
perekonomian masyarakat, memperbaiki rumahnya yang tak layak huni. Agar
nantinya semua rumah masyarakat sudah harus layak huni.(Tim -JT/hms)