Para begawan fotografi bersabda: Foto yang bagus itu tanpa caption, karena gambarnya sendiri sudah bercerita. Nah, selembar foto Anies berkunjung ke joglo milik bos beras Sragen Billy Haryanto, Minggu 25 April hari ini, menarik perhatian saya karena sangat-sangat bercerita.
Foto dimaksud adalah sebuah joglo yang dipasang spanduk MMT bertuliskan "Joglo Kemenangan Anies Capres 2024". Di depan spanduk, ada Anies yang mengenakan baju hitam bermotif. Duduk berhadapan dengan Billy yang hanya memakai kaos biru dan celana kolor pendek.
Nah, dari foto saja sudah ketahuan Anies ngapain ke Jateng. Kampanye untuk pancapresannya di 2024. Foto ini juga menjadi jawaban publik pada apa yang dilakukannya di Cilacap pekan lalu. Mau dia panen raya, mau dia main wisata di pantai, ya intinya kemarin itu kampanye.
Miris ya. Di tengah situasi pandemi yang belum juga reda, Anies masih mikir kepentingan pribadinya. Masih sempat-sempatnya safari ke luar provinsi demi ambisi politiknya.
Kedua, dari foto itu sudah kelihatan siapa bos siapa anak buahnya. Siapa mengendalikan siapa, siapa lebih butuh siapa. Anies baju lengkap semi formal, Billy kaos dan celana kolor. Kalau Billy posisinya sebagai orang yang butuh bantuan Anies, ya masa menemui tamunya dengan kaos dan celana kolor.
Jadi sudah jelas ya siapa bos siapa anak buahnya. Dan sudah jadi kodrat di semua zaman bahwa anak buah lah yang melayani bosnya, menyediakan apapun keinginan bosnya. Kalau bosnya juragan beras, apalagi penyuplai beras terbesar di Cipinang, yang menentukan stok dan harga beras di Jakarta, maka tugas anak buah apa? Ya memastikan bosnya senang, menjamin bisnis bos dan teman-temannya tidak terganggu. Kalau itu dilaksanakan, maka everybody happy. Bos beras lancar usahanya, sang anak buah pun akhirnya didukung mewujudkan ambisi politiknya.
Nah bicara beras, namanya suplyer beras kan bahasa kerennya ya. Sama gak sih dengan tengkulak atau bakul. Yang kerjaannya beli beras ke petani dan menjual beras ke kota. Atau menampung beras dari desa untuk dikirim ke pasar induk di ibukota.
Saya jadi inget cerita atau berita di koran koran bahwa meski harga beras di pasar tinggi tapi petani tidak menikmati hasilnya. Sebab gabah petani dibeli dengan harga murah oleh tengkulak dengan bermacam sistem yang menguntungkan pemodal.
Trus sekarang kok ada kepala daerah yang berambisi jadi presiden tapi menghamba pada tengkulak kan bahaya booss.. Trus ngapain kemarin koar koar bantu petani pakai acara pencitraan panen raya di Cilacap segala. Sungguh pencitraan politik yang memalukan menurut saya. Karena itu sama saja upaya pembohongan dan pembodohan pejabat kepada rakyatnya.