Penelitian Tindakan Layanan Bimbingan Konseling
Oleh: Hamdani
Dunia pendidikan, belakangan terus melakukan berbagai inovasi, dalam meningkatkan kualitas pendidikan.Makanya, Para Pendidik (Guru/Dosen), acap kali hadir dalam seminar-seminar, guna mengikuti perkembangan arus perubahan kualitas pendidikan kearah yang lebih baik. Inovasi bagi peningkatan kualitas tersebut seperti yang dilakukan Prodi Bimbingan Konseling (BK), melalui workshop pembuatan Penelitian Tindakan Layanan (PTL) BK, digedung BK Unja Telanaipura, baru-baru ini.
Dr. Akmal Sutja, M.Pd, Dosen senior BK, Universitas Negeri Jambi, tampil sebagai pemateri tunggal, diruang ilmiah itu. Workshop diikuti para Dosen muda, dan guru BK sekota Jambi.
Dr. Akmal Sutja, M.Pd, dalam paparan workshop seperti juga dalam bukunya (Penelitian Tindakan Layanan) menjelaskan, sedikitnya ada delapan langkah atau tahapan didalam pembuatan Penelitian Tindakan Layanan (PTL) BK.Tahapan tersebut, diawali dengan menguasai,
1. Pengertian PTL, 2. Mengapa harus PTL, 3.Karakteristik PTL, 4. Merumuskan Masalah, 5.Menetapkan Subjek PTL,6.Prosedur PTL,7.Menyiapkan Proposal, 8. Dan menyiapkan Laporan.
Beriku uraiannya:
1.Pengertian PTL.
Penelitian Tindakan (action research), sesungguhnya adalah model penelitian yang bertujuan untuk perbaikan pekerjaan. Pertama sekali dikembangkan oleh Kurt Lewin tahun 1940-an.Ia sukses melakukan serangkaian penelitian seperti meningkatkan kompetensi kepemimpinan melalui penerapan kekuatan sosial (sosial forces).
Sebagai suatu model atau pendekatan dalam penelitian, action research sangat berbeda dengan penelitian konvensional lainnya, karena action research dilakukan dengan reflektif, dimana peneliti menganalisa sendiri praktik yang dilakukan dan kemudian mencoba melakukan perbaikan secara berulang kali sampai menemukan cara atau teknik terbaik.
Tindakan tersebut bukan hanya sekedar penyelesaian masalah, melainkan mengandung misi perubahan dan peningkatan. Maksudnya PTL berusaha menemukan tindakan yang paling efektif,sehingga terjadi perbaikan terus menerus.
Penerapan action research dalam BK memiliki karakteristik berbeda dengan PTK, karena setting BK lebih bervariasi jika dibanding dengan pembelajaran. Layanan BK tidak hanya menyediakan format klasikal, tetapi juga memiliki format kelompok, individual, lapangan,kolaboratif, dan jarak jauh.
Oleh karena itu, PTL memungkinkan dilaksanakan secara individual, kelompok, diluar kelas , atau jarak jauh.
2. Mengapa Harus PTL.
Karena PTL dilaksanakan langsung oleh praktisi yang terkait langsung dengan kegiatan tersebut, sehingga memiliki tiga manfaat. Pertama,permasalahan yang diteliti akan langsung berkenaan dengan masalah yang dialami praktisi, sehingga penelitian akan sesuai dengan kebutuhan praktisi dilapangan.Kedua, dengan adanya kolaborasi dalam PTL, akan mengurangi interpretasi perorangan sehingga akan melahirkan hasil yang lebih objektif dan konprehensif.Ketiga, dengan keterlibatan praktisi dalam melaksanakan penelitian tersebut untuk perbaikan aktivitas atau layanannya, maka temuan penelitian justru dapat diterapkan secara langsung oleh yang bersangkutan tanpa menunggu waktu.
Apabila temuan itu menjadi solusi terbaik, maka temuan itu akan cepat menyebar dikalangan sesama praktisi, dari suatu satuan pendidikan ke satuan pendidikan lainnya.
3. Karakteristik PTL
Sebagai salah satu bentuk penelitian, PTL berbeda dengan penelitian biasa. PTL adalah jenis penelitian yang unik, memiliki sifat-sifat penelitian lain, seperti penelitian kualitatif,deskriptif,eksperimen, asosiatif bahkan studi kasus, tetapi tidak dapat disamakan dengan salah satu penelitian tersebut.
PTL memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya adalah, kajian PTL adalah perlakuan/tindakan yang sedang berlangsung, bukan persoalan yang diam yang tak bergerak.
PTL tidak bersifat mengevaluasi, menguji atau membuktikan kebenaran suatu teori tertentu.Local contec.Tidak begitu tergantung dengan analisis yang bersifat statistic, cukup dengan analisis sederhana saja.
Tidak mempersyaratkan sumber data yang besar, bahkan memungkinkan untuk dilakukan secara perorangan, sesuai dengan format BK yang diberlakukan.
Dilaksanakan dalam tahapan yang utuh dan menyeluruh. Berdaur ulang (Siklis).Reflektif, untuk menyadari dan memahami kondisi sesungguhnya.
Kolaboratif mengundang kontribusi setiap orang dalam setiap tahapan.Setting,PTL dapat dilakukan dikelas, diluar kelas dan dengan subjek yang sesuai dengan masing-masing jenis layanan, klasikal, kelompok, maupun individual.
4. Merumuskan Masalah
Menetapkan masalah penelitian merupakan langkah awal yang paling krusial dalam setiap penelitian, karena mempengaruhi metode, teknik analisis data, bahkan judul penelitianpun harus menggambarkan permasalahan penelitian.
Dalam PTL, menuntut ada dua hal yang harus dipilih: Pertama, adalah masalahnya dan kedua, adalah tindakan atau layanannya.
5. Menetapkan Subjek PTL
Subjek dalam PTL adalah pihak atau sekelompok individu yang terlibat atau dikenal secara langsung oleh tindakan/layanan, atau sama halnya dengan populasi dan sampel dalam penelitian konvensional.
Orang yang dikenakan PTL disebut dengan Subjek. Penetapan subjek penelitian dalam PTL lebih sederhana, karena PTL tidak bertujuan menguji atau mengelaborasi teori yang berkembang, tetapi untuk mengatasi masalah atau persoalan yang ditemukan peneliti di lapangan.
Bila layanan diberikan secara klasikal, maka subjek penelitian adalah seluruh siswa yang tergabung pada kelas tersebut.Akan tetapi, karena setting layanan dalam BK tidak selalu bersifat klasikal.
Jika layanan dilakukan secara kelompok, maka subjek penelitian adalah siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut, bisa beranggotakan 5 s/d 9 orang. Tapi subjek pada PTL harus total, harus tetap dan utuh, artinya subjek harus mengikuti secara penuh layanan yang dilaksanakan dari awal sampai akhir, dalam artian tidak ada yang cabut atau keluar setengah waktu.
Sedangkan instrument pengumpul data PTL,yaitu data tentang tindakan/layanan dan data tentang hasil dari tindakan/ layanan, atau dengan kata lain, data proses dan data hasil (out-put).Kedua data ini bagaikan variable X dan Y dalam penelitian asosiatif.
6. Prosedur PTL
PTL menuntut adanya perlakuan seperti halnya penelitian eksperimen, namun bedanya; pada penelitian eksperimen perlakuan diberikan satu kali kepada suatu kelompok lalu dibandingkan hasilnya dengan kelompok control, yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan.
Sedangkan pada PTL tidak ada kelompok control.Perlakuan dilakukan berulangkali, lalu hasil setiap siklus dibandingkan dan hasil terbaik pada siklus tertentu digunakan untuk memilih perlakuan yang paling efektif dan efisien, serta perlakuan pada siklus itu disimpulkan sebagai temuan perlakuan atau layanan yang efektif.
Langkah-langkah tersebut dikembangkan dalam suatu model tertentu. Sejauh ini ada lima model action research yang popular dan dikenal luas yaitu:
Model Kurt Lewin, Model Mc Kernan,Model Ebbut,Model Elliot, dan Model Kemmis & Mc Taggart. Dari beberapa model ini, model dari Kurt Lewin adalah yang paling praktis, mudah dipahami,serta banyak digunakan termasuk para peneliti PTK.Model Kurt Lewin juga amat sesuai untuk PTL Bimbingan Konseling.
7.Menyiapkan Proposal PTL
Proposal berfungsi sebagai panduan pelaksanaan penelitian,oleh karena itu proposal yang baik adalah yang memuat secara detail semua hal mengenai penelitian itu, sehingga dengan membaca proposal tersebut dapat diketahui secara lengkap masalah, cara penelitian dilakukan serta metode atau teknik analisis datanya.Begitu halnya dengan proposal PTL setiap asfek dari proposal, hendaknya mencerminkan bahwa penelitian yang direncanakan adalah PTL.
Untuk mencerminkan bahwa proposal yang disiapkan itu PTL, maka mulai dari menulis latar belakang, sampe pengembangan instrumenya hendaknya mengacu kepada karakteristik PTL.Sehingga pembahasan setiap aspeknya sesuai dengan tuntutan
PTL.
8. Menyiapkan Laporan.
Untuk kesempurnaan laporan PTL, laporan perlu disajikan dalam dua bentuk.Pertama: laporan dalam bentuk tulisan.
Kedua: laporan dalam bentuk rekaman.Laporan dalam bentuk tulisan adalah informasi, keterangan atau penjelasan proses serta pertimbanganya, termasuk hasil yang diperoleh.Sedangkan rekaman yang berisi laporan tentang proses atau bagaimana tindakan atau layanan itu dilaksanakan.
Kedua bentuk laporan ini bersifat kompartibel dan saling melengkapi.
Tanpa dilengkapi dengan rekaman, sulit dibayangkan bagaimana mengenali proses layanan itu dilakukan.
Seringkali penjelasan terkontaminasi oleh subjektif penulisnya, sehingga mengurangi objektivitasnya.
Begitu juga sebaliknya, rekaman tanpa ada penjelasan dapat menimbulkan penafsiran berbeda. Demikian tahapan pembuatan Penelitian Tindakan Layanan (PTL) BK, sebagaimana disampaikan langsung Dr. Akmal Sutja,M.Pd kepada penulis diruang kerjanya kamis (21/1/2021). Semoga bermanfaat.
Penulis : Guru BK SMAN 2 Kota Jambi
