Empat Bupati Tampilkan Inovasi Hari ke-7 Wawancara Top 99
The Jambi Times, JAKARTA | Empat bupati dari Jawa Tengah menampilkan inovasi dalam presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2019 hari ke-7. Sebanyak 8 inovasi dibawakan dari Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan 4 inovasi, Kabupaten Kebumen sebanyak 2 inovasi, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang masing-masing satu inovasi.
Presentasi diawali dengan Inovasi Desa
Dermaji Melek Informasi dan Teknologi (DEMIT) yang disampaikan oleh Bupati
Banyumas Achmad Husein. Menurutnya Desa DEMIT diwujudkan dalam pemanfaatan
_website_ desa sebagai media informasi untuk mendukung kegiatan pembangunan
desa.
_Website_ desa adalah sebuah platform yang
memungkinkan berbagai informasi penting yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan,
dengan cara yang cepat, mudah dan murah.
Kemudian _website_ desa mengalami perluasan
fungsi, tidak hanya sebagai media informasi saja, tetapi untuk mendukung
transparansi sejak 2015, serta sebagai media promosi produk dan potensi desa.
Inovasi Desa DEMIT setidaknya mendorong penguatan pada empat hal, yaitu
partisipasi, keterbukaan informasi publik, transparansi, dan pelayanan prima.
Selanjutnya Achmad Husein mempresentasikan
Inovasi Penanganan Cepat, Tanggap dan Tuntas dalam Pendampingan Warga Miskin
Penderita Sakit Kronis (PATTAS SOSIAL MITRA KURIR LANGIT). Tujuan inovasi
ini adalah memberikan pendampingan secara cepat, tanggap dan tuntas kepada
warga miskin yang menderita sakit kronis dari kendala/hambatan penyiapan
administrasi kependudukan, jaminan kesehatan, biaya saat menunggu di rumah
sakit, biaya transportasi ambulans, biaya rumah singgah pasien, pendampingan sosial
dan psikososial, kebutuhan dasar makan minum serta pendampingan pasca perawatan
dari rumah sakit.
Melalui inovasi ini, warga miskin yang
menderita sakit kronis, cukup menginformasikan melalui layanan _hotline_
sms/facebook, atau melaporkan langsung ke Dinsospermasdes, maka dengan cepat,
tanggap dan tuntas Tim akan segera melakukan penanganan bersama jejaring mitra
kerja yang tergabung dalam Pattas Sosial Mitra Kurir Langit.
“Melalui inovasi ini, warga miskin yang sakit
kronis akan diberikan bantuan pendampingan dan biaya menunggui di rumah sakit,
ambulans gratis,rumah singgah gratis,kebutuhan makan/minum keluarga yang
ditinggalkan dan bantuan pasca dirawat dari rumah sakit,” ujarnya saat
Presentasi dan Wawancara KIPP 2019, di Kantor Kementerian PANRB, (10/07).
Selanjutnya Bupati Banyumas menjelaskan
Inovasi Public Safety Center (PSC) 119 Sistem Aplikasi Terpadu Rujukan,
Informasi Kesehatan dan Ambulans Gawat Darurat Kabupaten Banyumas (SATRIA).
Aplikasi ini menyediakan informasi, ketersediaan darah harian PMI, jadwal
praktek tenaga kesehatan dan tombol _panic button_ apabila terjadi
kegawatdaruratan.
Pada aplikasi petugas juga dapat mengetahui
posisi terdekat petugas kesehatan dengan lokasi kejadian sehingga _time respon_
bisa didapatkan. Sistem ini bisa diunduh secara gratis karena sudah diakomodir
oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Dengan aplikasi ini penanganan kasus pasien
dapat ditangani dengan baik dan cepat sesuai standar pelayanan dengan respon
yang cepat tanpa harus berpindah-pindah rumah sakit. Selain itu, _respon time_
kegawatdaruratan meningkat dan angka kematian serta angka kecacatan dapat
diturunkan yang berarti angka harapan hidup masyarakat meningkat.
Sesi pertama ditutup oleh Aplikasi Kesehatan
Ibu dan Anak Go 0 Tidak Ada Kematian (SASKIA G0TAK) dari Puskesmas Kebasen
Dinas Kesehatan Pemkab Banyumas. Achmad Husein menceritakan terbangunnya
inovasi dipicu oleh persoalan pengawasan ibu hamil di wilayah yang luas, serta
sulitnya memperoleh data kesehatan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di
luar wilayah.
SASKIA G0TAK adalah aplikasi berbasis android
yang memproses data kesehatan ibu hamil serta anak sampai dengan 1000 hari
kehidupan. Dengan melibatan lintas sektor dan _stakeholder_, pengawasan menjadi
optimal,serta kendala dapat diatasi secara dini.
“Sistem aplikasi ini juga berinteraksi
langsung dengan ibu hamil sebagai _early warning system_ ,sehingga tidak
terjadi keterlambatan pemeriksaan kesehatannya,” pungkasnya.
Sesi kedua dimulai oleh Inovasi Stop Kematian
Angka Kematian Ibu dan Anak melalui peran serta Pedagang Keliling (SAKINA
PELING) dari UPTD Puskesmas Buluspesantren II Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Kebumen. Dalam pemaparan yang disampaikan Bupati Kebumen Yazid
Mahfudz, inovasi Sakina Peling merupakan usaha preventif dan promotif dalam
rangka menekan angka kematian ibu dan anak dengan cara memperluas jejaring,
melibatkan peran serta masyarakat dalam hal ini melalui pedagang keliling.
Pedagang Keliling sangat berperan penting
dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi serta pengetahuan
tersebut akan lebih cepat sampai kepada masyarakat luas, terlebih lagi hal itu
dilakukan secara intens setiap harinya. Jalinan kerjasama dilakukan sejak bulan
Januari tahun 2018 dengan merekrut pedagang keliling yang berjualan di wilayah
kerja Puskesmas.
“Mereka diberikan pembekalan yang akan selalu
di_refresh_ serta dievaluasi setiap 3 bulan sekali melalui pertemuan GURU
PELING (Guyup Rukun Pedagang Keliling,” katanya.
Selanjutnya masih dari Kabupaten Kebumen
dengan inovasi Taman Proklim Lebah Klanceng (TAMPLEK) milik Dinas Perumahan dan
Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup. Yazid mengatakan bahwa Taman Proklim
Lebah Klanceng (TAMPLEK) adalah taman tetumbuhan diselingi budidaya lebah
Klanceng yang didesain untuk meningkatkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
serta memiliki peran penting dalam melindungi dan melestarikan lingkungan
hidup, meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan, meningkatkan ketahanan
pangan, serta melaksanakan pemberdayaan dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Taman Proklim Lebah Klanceng merupakan
perpaduan antara Taman Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem dan Program Kampung
Iklim sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan penumbuhkembangan kearifan
lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup.
“Selain itu juga untuk mengambil manfaat
ekonomi dari potensi sumber daya lokal karena lebah Klanceng banyak dijumpai di
wilayah pesisir dan pegunungan Kabupaten Kebumen,” katanya.
Presentasi selanjutnya disampaikan Bupati
Magelang Zaenal Arifin dengan membawa Inovasi Pengurangan Resiko Bencana
Berbasis Masyarakat (PASESO) dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pemerintah Kabupaten Magelang. PASESO/Sister Village adalah inovasi yang
merupakan _icon_ dari Kabupaten Magelang terkait dengan penanganan pengungsi
letusan Gunung Merapi. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kelembagaan
melalui persaudaraan dengan membentuk desa bersaudara untuk pengurangan risiko
bencana berbasis masyarakat.
Konsep inovasi adalah memperbesar skala
pengungsian dari rumah ke rumah menjadi desa ke desa. Dalam praktiknya ada desa
penyangga, yaitu desa yang akan ditempatkan sebagai desa penampung dari desa
yang tertimpa bencana yaitu dengan cara seperti melamar pengantin.Lamaran Desa
tersebut dapat diterima, ditolak atau sudah diterima namun gagal menjadi
pasanganpengantin desa.
PASESO/Sister Village mampu menjawab
manajemen buruk dari pengelolaan bencana selama ini. Sistem ini mampu menciptakan
“perasaan nyaman di zona aman”. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 2 hal yang
terpenuhi, yaitu _Technical engineering_ dan _Social engineering_. Sebelumnya
jika mengungsi terjadi kesemrawutan dan ketidak pastian tempat mengungsi.
Adanya Paseso yang dikuatkan dengan MOU kedua belah pihak selayaknya pengantin
dengan buku nikahnya.
Presentasi dan Wawancara hari ke-7 ditutup
oleh Inovasi Pilihan Cermat, Bayi Sehat (OJEK ASI) dari Dinas Kesehatan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Presentasi dibawakan oleh Bupati Karanganyar
Juliyatmono, dimana secara umum Inovasi Ojek ASI dapat digambarkan seperti
layanan pengantaran barang pada aplikasi transportasi _online_. Ojek ASI akan
menjemput dan mengantarkan ASI dari Ibu menyusui yang sedang bekerja untuk
diberikan kepada bayinya yang berada di rumah.
Menurutnya Petugas Ojek ASI adalah mereka
yang sudah diberikan pelatihan tentang cara penanganan ASI dan dilengkapi
peralatan yang memadai, sehingga kualitas ASI tetap terjaga. Ojek ASI ini
inovatif karena menggunakan metode yang sederhana, aman, mudah dan murah.
Sederhana (sarana yang dipakai hanya berupa
sepeda motor yang dimiliki hampir setiap orang). Aman (ASI yang dikirimkan
dijamin kualitas dan keamanannya, karena dapat dilacak selama proses
pengantaran melalui aplikasi pada handphone berbasis android). Mudah (Cukup
menggunakan handphone berbasis android). Murah (Menggunakan aplikasi gratis
dari google play).
Dampak yang dapat dilihat berkat inovasi Ojek
ASI ini adalah pertama memberikan kemudahan kepada ibu menyusui yang bekerja
untuk tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kedua meningkatnya
Angka Capaian ASI Eksklusif di wilayah Kecamatan Kebakkramat dari 21,55 persen
pada tahun 2017 menjadi 38,24 persen pada tahun 2018. (byu/HUMAS MENPANRB)