News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Membela Sis Grace dan Pandangan Penolakannya tentang Perda Syariah

Membela Sis Grace dan Pandangan Penolakannya tentang Perda Syariah

Grace Natalie namanya. Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia masih saja cerdas, berani dan cantik tentunya. Kecerdasan, keberanian dan kecantikan Sis Grace memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para 'pembenci PSI.' Termasuk ketika salah satu poin pidato Sis Grace dalam rangka Festival 11 belum lama ini dipotong dan viral di jagat media sosial. Poin pidato Sis Grace yang dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap Perda Syariah dan Perda Injil.

Pidato tegas Sis Grace itu dipelintir sedemikian rupa oleh mereka warganet maupun politisi oposisi agar PSI terkesan anti Islam.

Saya sendiri adalah orang yang menyaksikan langsung pidato Sis Grace. Pidato bertajuk 'Yang Muda Menangkan Indonesia' itu disiarkan langsung di semua media sosial PSI dan Kompas TV. Pidato atas nama Ketua Umum PSI itu disampai dengan lugas dan memukau.

Hampir semua poin dalam pidato Sis Grace betul-betul menggugah batin saya.

Tidak ada satupun dari penggalan pidato Sis Grace yang bermasalah. Pandangan-pandangannya tentang optimismenya bagi kemajuan Indonesia patut dibanggakan. Nah bagi yang belum menyimak secara utuh isi pidato Sis Grace, bisa dilihat di kanal Youtube resmi PSI. 

Baik, izinkan saya membela Sis Grace dan pandangan penolakannya terhadap Perda Syariah, selain Perda Injil, meskipun sebetulnya yang dimaksud Sis Grace adalah penolakan terhadap segala aturan yang berdasarkan formalisasi agama, bukan hanya Islam, melainkan juga agama-agama yang lain. 

Jadi kita tidak boleh salah paham ketika mengupas pandangan Sis Grace. Sekali lagi, yang dimaksud Perda Syariah oleh Sis Grace adalah formalisasi Syariat Islam. Menolak Perda Syariah sama dengan menolak formalisasi syariat Islam, sama dengan menolak Khilafah Islamiyah. 

Bukan hanya Sis Grace, saya dan seluruh warga Nahdliyin pun sama menolak penerapan formalisasi syariat Islam. Mengapa Sis Grace menolak? Karena Indonesia bukan Negara-agama, melainkan negara-bangsa. Formalisasi syariat Islam itu bertentangan dengan empat pilar kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.

Tidak bisa dibayangkan jika semua umat agama di Indonesia memberlakukan Perda-perdanya berdasarkan agamanya masing-masing; Perda Syariat Islam, Perda Kristen, Perda Budha dan lain sebagainya. 

Saya juga harus menjelaskan soal ini. Soal potongan (video) pandangan KH. Salahuddin Wahid dan Prof. Dr. Mahfud MD yang mengatakan bahwa Undang-undang dan segala peraturan yang berlaku di Indonesia, berikut Pancasila dan UUD 1945 adalah memenuhi prinsip-prinsip syariah. 

Negara Pancasila, Negara-bangsa yang berlaku di Indonesia telah memenuhi syariat Islam dan bahkan dapat diterima oleh syariat agama-agama lain.

Pernyataan Gus Solah dan Prof Mahfud memang benar, memenuhi syariah yang dimaksud Gus Solah dan Prof Mahfud bukan dalam arti formalisasi syariat Islam.
Kalau para aktivis HTI, FPI, umumnya alumni 212 (termasuk para politisi yang memanfaatkan suara kelompok radikal ini) memang benar-benar menginginkan Indonesia menjadi Negara Islam atau khilafah Islamiyah, di mana nantinya Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI diganti oleh konsep syariat Islam ala mereka. 

Jadi pemahaman syariah antara Gus Solah dan Prof Mahfud dengan mereka (Aktivis HTI, FPI dan alumni 212) itu sangat jauh berbeda. Nah di sinilah kita tidak boleh terkecoh oleh segala daya tipu dan tunggang mereka yang paling jago memancing emosi umat Islam. 

Yang jelas PSI dan kader-kadernya tidak perlu takut, tidak perlu reaktif, tidak perlu emosional. Saya yakin Sis Grace juga tidak akan gentar. 

Ketidaksukaan mereka terhadap PSI itu sebetulnya bisa jadi hanya karena persoalan sepele, misalnya selain PSI masih parpol baru, karena Sis Grace itu bukan beragama Islam, tidak memakai jilbab dan gaya berpakaiannya kurang tertutup. 

Nah sumber dari kejahilan dan kebencian mereka terhadap PSI itu ya seputar persoalan sepele tersebut. Di mata saya sepele, tapi menurut mereka sangat serius. 

Makanya jangan aneh jika PSI dianggap ancaman hanya karena persoalan sepele tersebut.
Saya dan saya pikir kita sekalian harus tetap mencintai Indonesia sebagai Negara-bangsa, bukan Negara-agama, sampai kapanpun. 

Selain kita juga harus bersabar untuk terus mendakwahkan pandangan-pandangan moderat demi majunya bangsa Indonesia.

Dakwah mereka (HTI, FPI, alumni 212, kelompok Islam radikal lainnya, termasuk para politisi sontoloyo) memang punya banyak cara untuk memancing emosi umat karena senjata mereka adalah agama--Al-Qur'an dan hadits, asalkan bisa merebut kekuasaan. 

Tapi yakinlah selama masih ada Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, bangsa kita akan senantiasa toleran. Sebab siapapun yang menggunakan agama untuk provokasi dan politik identitas-radikal tidak akan bertahan lama, mereka akan tenggelam oleh kezaliman mereka sendiri. 

Mamang M Haerudin (Aa)
Pesantren Daarut Tauhiid Bandung, 14 November 2018, 14.55 WIB

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.