News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

KPAI Atasi Sekolah Darurat di Lombok

KPAI Atasi Sekolah Darurat di Lombok

JAKARTA  | Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah darurat yang dibangun pemerintah dan masyarakat pasca bencana gempa di Lombok. 

Pengawasan dilakukan oleh Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti pada 28-30 September 2018. Lokasi sekolah darurat yang dikunjungi KPAI  adalah SMPN 12 Kota Mataram, SMAN 1 Gunungsari (Lombok Barat) dan SMAN 1 Pemenang (Lombok Utara).

Saat pengawasan langsung ke sekolah-sekolah darurat di Lombok, KPAI didampingi oleh rekan-rekan guru dari Serikat Guru Indonesia (SGI) Mataram dan SGI Bima, yang merupakan anggota dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). 

KPAI mengapresiasi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha yang telah bahu membahu memfasilitasi sekolah-sekolah darurat di Lombok. 

Tenda darurat merupakan sumbangan dari BNPB dan Kemdikbud RI, sementara biaya pembangunan kelas-kelas darurat merupakan sumbangan dari berbagai pihak, dari tiga sekolah yang dikunjungi KPAI, biaya pembangunan berasal dari BUMN dan masyarakat. 

SMPN 12 Kota Mataram mengalami kerusakan berat (zona merah) pada  4 ruang kelas, satu kelas ditampung di ruang ketrampilan dan 3 kelas belajar di tenda darurat yang didirikan di halaman sekolah dengan menggunakan tenda terpal. Tenda berwarna biru tersebut tidak besar sehingga anak-anak terpaksa belajar dengan menggunakan karpet plastic yang beralaskan tanah. 

Meski ada jendela kecil di beberapa bagian tenda, namun kelas tersebut kurang nyaman untuk proses pembelajaran karena kelas darurat tersebut sudah mulai terasa panas pada pukul 9 pagi, semakin siang semakin panas.

Bantuan tenda terpal untuk kelas darurat di sekolah ini merupakan sumbangan dari HDCI (Harley Davidson Club Indonesia).

SMAN 1 Gunungsari, Lombok Barat mengalami kerusakan sekitar 12 ruang kelas. Namun demikian, ruangan yang ada juga banyak yang mengalami keretakan termasuk ruang guru, perpustakaan dan ruang laboratorium.  Bahkan toilet sekolah mengalami kerusakan berat dan tidak bisa dipergunakan lagi.
Awalnya, sekolah yang memiliki luas 3 hektar ini mendirikan 10 tenda darurat yang difungsikan untuk ruang kelas secara swadaya tanpa bantuan pemerintah, namun tenda-tenda tersebut mengalami masalah ketika hujan turun saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Tenda yang hanya ditopang dengan bambu-bambu besar itu tidak mampu menahan air hujan yang deras, sehingga tenda berpotensi rubuh dan anak-anak yang berada di dalamnya akan basah kutub terkena air hujan.

Saat ini, di SMAN 1 Gunungsari  sudah mulai dibangun kelas-kelas semi permanen pengganti kelas tenda, kelas ini lantainya di cor. Ada 12 ruang kelas semi permanen yang berdiri di halaman sekolah, 6 (enam) kelas sudah siap pakai dan 6 kelas masih dalam penyelesaian. Menurut keterangan Wakil Kepala SMAN 1 Gunungsari, 10 kelas sumbangan dari BUMN dan pengerjaannya dilakukan oleh WIKA. Sedangkan 2 kelas lagi merupakan donasi dari MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Provinsi Sumatera Barat.  

Menurut keterangan guru dan beberapa siswa, kelas baru yang semi permanen memang lebih baik dan aman dari angin, tetapi ruangan yang baru tersebut dikeluhkan panas oleh para siswa, terutama di atas jam 10.00 wita. “Kalau hujan airnya juga tampias ke dalam kelas karena atapnya yang di luar miring dan pendek, sehingga air langsung masuk lubang udara di bagian atas dinding kelas di kiri dan kanan ruang kelas,”ujar seorang guru yang mendampingi KPAI saat pengawasan langsung di lokasi. 

SMAN 1 Pemenang, Lombok Utara mengalami kerusakan berat hampir di seluruh ruangan. Hanya ruangan lobby, ruang Tata Usaha, ruang Guru dan Ruang Kepala Sekolah  yang berada paling depan yang masih dapat dipergunakan, namun semua ruangan ini pun mengalami keretakan di dinding bangunan.

Seluruh ruang kelas di SMAN 1 Pemenangan memang masuk dalam zona merah. Kabupaten Lombok Utara memang dekat dengan titik pusat gempa, sehingga wilayah terdampak sangat luas termasuk  gedung-gedung sekolah. Banyak gedung sekolah ditetapkan sebagai zona merah.  

Saat ini, berdasarkan pengawasan KPAI, di SMAN 1 Pemenang sudah berdiri ruang-ruang kelas darurat yang semi permanen yang akan di pergunakan para siswa dalam proses pembelajaran selama menunggu sekolahnya nanti direhab total. Jumlah kelas semi permanen di sekolah darurat SMAN 1 Pemenang berjumlah 6 ruang kelas sudah dipergunakan untuk proses pembelajaran dan 6 ruang kelas lagi masih tahap pengerjaan, tinggal finishing. 

Selain kelas darurat, juga dibangun 6  (enam) ruang toilet darurat, 3 (tiga) diantaranya sudah siap dipergunakan. 

Menurut pengamatan KPAI, dibandingkan dengan ruang kelas yang sama di SMAN 1 Gunungsari, Lombok Barat maka ruang kelas di SMAN 1 Pemenang secara umum sama, yang berbeda adalah pintu kelas.

"Kalau di SMAN 1 Pemenang pintu kelas ada dua, yaitu di depan dan di belakang ruang kelas, sehingga lebih banyak angin yang masuk ruang kelas, sedangkan di SMAN 1 Gunungsari pintunya hanya 1 dibagian depan kelas. Selain itu di SMAN 1 Pemenang, atap miring yang dekat ventilasi udara di ruang kelas ukurannya lebih panjang dibandingkan di SMAN 1 sehingga jika terjadi hujan, air tidak tampias masuk ke ruang kelas,”ujar Retno Listyarti, Komisioner KPAI bidang pendidikan.
KPAI mendorong pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk bekerjasama membangun kelas-kelas semi permanen di sekolah-sekolah darurat, karena kelas tenda darurat menurut peserta didik jauh dari nyaman saat proses pembelajaran berlangsung di dalam tenda.

KPAI mendorong tambahan pembangunan toilet di sekolah-sekolah darurat di perbanyak menyesuaikan banyaknya jumlah siswa, mengingat pengalaman banyak siswa yang harus lama antri nenggunakan toilet karena jumlahnya yang masih terbatas.

KPAI mendorong para orangtua siswa berinisiatif membantu sekolah dengan bergotong royong membeli kipas angin ditiap kelas mengingat ruang kelas darurat terasa sudah panas setelah pukul 09.00 wita. Selain itu, juga dijumpai banyak kursi/meja dan whiteboard yang rusak karena tertimpa reruntuhan dinding dan enternit saat gempa terjadi. 

Untuk mencegah anak terluka jika menggunakan kursi/meja hampir rusak, maka diperlukan gotong royong dana dari para orangtua siswa yang memiliki kemampuan ekonomi di sekolah tersebut untuk berbagi. 

KPAI mendorong pemerintah pusat mengutamakan dan segera merealisasikan pembangunan atau rehab gedung-gedung sekolah di Lombok yang masuk kategori zona merah, mengingat proses pendidikan harus berjalan kondusif, aman dan nyaman bagi seluruh peserta didik di Lombok.

"KPAI akan terus melakukan pengawasan dalam proses rehab  gedung-gedung sekolah di Lombok demi memastikan terpenuhinya hak-hak anak dan pemenuhan rasa aman selama anak berada di sekolah," pungkas Retno. (kpai)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.