News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

IMF-WB : Untung atau Buntung?

IMF-WB : Untung atau Buntung?

Oleh : Dr Jerry Massie MA, PhD peneliti Kebijakan Publik (Indonesian Public Institute)
Kalau grand designya SBY jangan mengklaim bahwa iven IMF ini besutan Presiden Jokowi.
Saat Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998, kala itu economic growth bisa tumbuh rata-rata 6%.

Kala itu ekonomi Indonesia anjloknya paling berkisar 2–0 %. Namun justru berbeda, saat mengundang IMF, malahan ekonomi kita terperosok alias anjlok 13%. Sungguh ironis!
Salah satu ekonom yang memperingatkan tentang aspek probabilitas krisis dan bencana ekonomi yakni, Rizal Ramli. 

Tapi, Economic Forecast-nya (ramalan ekonominya) tak ada yang percaya atau distrust. Tapi, apa yang terjadi ramalannya tepat, benar dan tak meleset.

Seyogianya kita belajar dimasa lalu siapa IMF sebetulnya? Apa rencana mereka di Indonesia? Adakah keuntungan secara finansial bagi kita? Jadi kita bisa tahu. Saya menilai sama saja kan Sri Mulyani Menteri keuangan di era SBY begitu pula saat ini di pemerintahan Jokowi.

Apa untungnya IMF ini? Memang budgeting atau event cost yang kita keluarkan tidak kecil yakni mencapai Rp868 miliar. Sebelumnya harus ada financial analysis, apa dan profit bagi kita?. Bukan hanya keuntungan bagi Bali semata.

Lucunya, bantuan gempa dan tsunami di Sulteng tak berbanding. Pemerintah hanya mengucurkan bantuan Rp560 miliar. Sedangkan bantuan asing yang masuk berjumlah Rp220 miliar.

Juatru saya lebih tertarik annual confrence on disaster terkait kasus tsunami?  Ini masih wajar dilakukan, pasalnya Indonesia berada diperingkat ke-12 untuk ring of fire. 

Pikirkan! mana yang needs program or wants program (program kebutuhan dan program hanya keinginan). 

Disisi lain, pertemuan ini, akan jadi pembicaraan dunia, tapi apakah hanya sampai di situ? dengan menggelar iven akbar ini. 

Padahal dana kita terkuras untuk Asian Games 2018 Rp 23,9 Triliun dan Asian Para Games Rp1,6 triliun. Harus berbanding antara masuk dan keluar.

Untuk menyelamatkan bank-bank, BLBI maka disuntik $80 milyar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yang bangkrut, penggangguran naik 40%.

Sementara IMF berhasil membujuk Indonesia pada 1 Mei 1998, untuk menaikkan harga bensin 74% dan minyak tanah 44%.

Director IMF, Hubert Neiss seminggu sebelumnya sempat mengundang Rizal Ramli di Grand Hyatt. Mereka membujuknya untuk mendukung usulan itu  Tapi, Rizal menolak dan bahkan ingatkan bisa terjadi kerusuhan. DR Neiss katakan: “ DR. Ramli, you are aggregating”. Jawaban  RR ke Neiss saat itu, “just take a note of what I said !”.

Tanggal 1 Mei 1998, atas bujukan IMF, pemerintah naikkan harga bensin 74% dan minyak tanah 44%. Tanggal 2 Mei 1998, demonstrasi besar-besaran anti kenaikan BBM di Makassar, tanggal 4 Mei di Medan, 9 Mei dst Solo hancur, Jakarta minggu ke-2 Mei rusuh. Ini apa yang disebut literatur : “IMF Provoked Riots”.

Malaysia kena krisis 1998 menolak saran IMF atas saran DR.Zeti Acting Governor Central Bank. Malaysia selamat dari krisis, ringgit dan ekonomi stabil! Pres Kim Dae Yung, bawa 100 pengutang Korea untuk restrukturisa utang ke New York. Namun negeri Ginseng ini selamat, Indonesia manut IMF, paling hancur.

Presiden pun sempat menyampaikan terkait IMF pada Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center di Senayan, Rabu, 22 April 2015 silam.  Kepala negara menekankan, negara-negara Asia-Afrika harus bisa lepas dari ketergantungan pada institusi keuangan global. 

Dalam paparan presiden saat itu dia mengatakan, pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang. 

Begitu pun pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pertemuan di Bali tak minta utang pada IMF. Persoalan disini seberapa besar bantuan IMF atas bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Dalam case ini Menkeu sudah sadar atau hanya lip service saja.

Jadi ini sebuah pelajaran berharga. Agar dengarkan nasehat orang bijak. Gunakanlah pemikiran dan gagasan mereka yang ahli di bidangnya.  "Make it our country from ordinary to extraordinary", we hope so.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.