News Breaking
Live
wb_hadi

Breaking News

Hari Sumpah Pemuda,Ketua PN Batang Hari Ingatkan Sejarah

Hari Sumpah Pemuda,Ketua PN Batang Hari Ingatkan Sejarah


THE JAMBI TIMES - MUARA BULIAN - Ketua Pengadilan Negeri Muara Bulian Derman P. Nababan, S.H.,M.H menjadi Inspektur Upacara Pada Peringatan Hari Peringatan Sumpah Pemuda, bertempat di halaman Pengadilan Negeri Muara Bulian, kabupaten batanghari.

Upacara tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua PN Muara Bulian Rais Torodji, SH.,MH, Para Hakim, Panitera, Sekretaris, Pejabat Fungsional dan Pejabat Struktural serta Pegawai dan Honorer Pengadilan Negeri Muara Bulian.

Upacara dilakukan sesuai dengan Surat Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor 939/SEK/HM.01.2/10/2017, tanggal 25 Oktober 2017, yang menindaklanjutit Surat Edara Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor10.13.1/MENPORA/DII/X/2017, tanggal 13 Oktober 2017, tentang Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89 tahun 2017, yang menginstruksikan kepada Para Pimpinan Pengadilan pada Empat Lingkungan Peradilan di Indonesia untuk melangsungkan Upacara Bendera.

Pada kesempatan itu, Ketua Pengadilan Negeri Muara Bulian berkenan membacakan Sambutan Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, dengan Tema “Pemuda Indonesia Berani Bersatu”.

Disebutkan bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 yang lalu, sebanyak 71 Pemuda berkumpul di Jalan Kramat Raya, Daerah Kwintang Jakarta, mengikrarkan diri sebagai Satu Nusa, Satu Bangsa dan satu Bahasa, yaitu Indonesia, sebuah Ikrar yang sangat menomental bagi perjalanan sejarah bangsa Inonesia, sehingga 17 tahun kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945.

Sumpah pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh Pemuda Lintas Suku, Agama dan daerah. Panitia dan peserta Kongres berasal dari pulau-pulau terjauh Indonesia, secara imaginative sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah.

Dari belahan Barat Indonesia ada Mohammad Yamin, seorang Pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera Barat yang mewakili Organisasi Pemuda Sumatera, Jong Smateranen Bond. Dari Belahan Timur Indonesia ada Johannes Leimena, Kelahiran Kota Ambon Maluku, mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura, Cornelius Lefrand Senduk mewakili Organisasi Pemuda Sulawesi, Jong Celebes

Pernahkah kita membayangkan, bagaimana Seorang Muhammad Yamin dari Sawah Lunto dapat bertemu dengan Johannes Leimena dari Ambon? Pernahkah kita dapat membayangkan bagaimana seorang Katjasungkana dari Madura dapat bertemu dengan Lefrand Senduk dari Sulawesi? Bukan hanya bertemu, tetapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat mengikatkan diri dalam komitmen Keindonesiaan.

Padahal jarak antara Sawah Lunto dengan kota Ambon lebih dari 4.000 kilometer, hamper sama dengan jarak antara Kota Jakarta ke Kota Sanghai di China. Sarana tranformasi umum saat itu masih mengandalkan laut.

Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasipun masih terbatas mengandalkan korespondensi melalui Kantor Pos, apabila mengirim surat satu hingga dua bulan baru sampai di tujuan.

Belum lagi kalau berbicara tentang perbedaan agama dan bahasa.
Mohammad beragama Islam berbahasa Melayu, Johannes Leimena beragama Protestan berbahasa Ambon. Begitupun Katjasungkana, Lefrand Senduk dan 71 Pemuda Peserta Kongres lainnya.

Mereka memiliki latar belakang agama, suku, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun fakta sejarah menjunjukkan bahwa sekat dan batasa-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi Para Pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar Inonesia. Inilah yang kita sebut dengan “BERANI BERSATU”;tegasnya.( iip )

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.