Lagi lagi Tentang Qurbän
|
THE JAMBI TIMES - Secara bahasa, qurbän(an), adalah mashdar (kata dasar?) dari
katakerja qaruba-yaqrubu, dengan wazn(un) (pola) fa’ala-yaf’ulu. Kata kerja yang
menggunakan pola ini umumnya adalah kata kerja tak berobjek (intransitif), yang
dalam bahasa Indonesia setara dengan kata sifat.
Karena itu terjemahan harfiah
dari kata kerja qaruba adalah (berposisi) dekat, dan demikian juga dengan mashdarnya (posisi dekat, pendekatan), karena mashdar
kadang merupakan kata benda verbal (verbal noun), yaitu kata benda
yang kadang berperan sebagai kata kerja yang lepas dari ikatan waktu.
Karena itu pula kata-kata berpola mashdar kadang digunakan sebagai kata perintah (komando), misalnya wali kelas di sekolah ketika guru masuk, dia berseru: qiyäman (berdiri), ikhtiräman (beri hormat), julûsan (duduk).
Karena itu pula kata-kata berpola mashdar kadang digunakan sebagai kata perintah (komando), misalnya wali kelas di sekolah ketika guru masuk, dia berseru: qiyäman (berdiri), ikhtiräman (beri hormat), julûsan (duduk).
Jadi, qurbãn itu berarti ‘dekat’. Bisa juga berarti pendekatan (pdkt).
Pendekatan atau PDKT dengan
apa/siapa? Bisa dengan apa/siapa saja. Termasuk dengan kekasih dan atau dengan
calon mertua.
Nah, untuk punya posisi dekat, atau melakukan pendekatan, tentu
ada sarana (alat; cara; metode), misalnya, bila ingin melakukan PDKT
dengan calon mertua, kalau datang harus bawa martabak istimewa!
Begitu juga dengan
Allah!
Wow! Sayangnya di sini orang sering keliru, atau berpikiran dangkal.
Wow! Sayangnya di sini orang sering keliru, atau berpikiran dangkal.
Mereka pikir, potong
hewan itu adalah metode untuk PDKT dengan Allah.
Dengan kata lain,
Allah bisa ‘disogok’ dan atau dibujuk dengan unta, sapi, dan kambing! Duh!
Mbok yao eling!
Kalau ngomong Allah itu jangan dipisahkan dengan ajaranNya.
Dalam arti, kita tidak mungkin bisa dekat dengan Allah sebagai dzät (diri; oknum), tapi hanya bisa dekat, benar-benar dekat secara konkret dan faktual, dengan ajaranNya (wahyu; ilmu) yaitu Al Quran.
Dengan cara apa?
Tentu dengan menyentuh mushhaf Al-Qurän, membacanya, memahaminya, mengamalkannya, mewujudkannya jadi kenyataan dalam kehidupan sehari hari.
Kalau ngomong Allah itu jangan dipisahkan dengan ajaranNya.
Dalam arti, kita tidak mungkin bisa dekat dengan Allah sebagai dzät (diri; oknum), tapi hanya bisa dekat, benar-benar dekat secara konkret dan faktual, dengan ajaranNya (wahyu; ilmu) yaitu Al Quran.
Dengan cara apa?
Tentu dengan menyentuh mushhaf Al-Qurän, membacanya, memahaminya, mengamalkannya, mewujudkannya jadi kenyataan dalam kehidupan sehari hari.
Lho, apa hubungannya
dengan potong hewan?
Allah mengajar bukan
hanya dengan bahasa verbal (berupa kata-kata), tapi juga dengan bahasa lambang.
Dan ritus (upacara) adalah bahasa lambang.
Nah, potong hewan itu
dinamakan qurbãn (PDKT), tapi hanya simbolik
(sebagai lambang).
Dengan kata lain, bisa juga dikatakan bahwa pemotongan hewan itu hanya ‘simulasi’, seolah-olah kita sedang memasyarakatkan ajaran Allah.
Dengan kata lain, bisa juga dikatakan bahwa pemotongan hewan itu hanya ‘simulasi’, seolah-olah kita sedang memasyarakatkan ajaran Allah.
Dengan memotong hewan
dan kemudian membagikan dagingnya kepada orang-orang yang berhak, berarti kita
sedang melakukan simulasi (permainan pura-pura), seolah-olah kita sedang peduli
pada saudara kita yang secara gizi kekurangan.
Jadi, potong hewan
itu, walau hanya lambang, tetap ada manfaat nyatanya, yaitu untuk memperbaiki
gizi orang miskin.
Berikutnya tentu tidak cukup sampai di situ. Harus ada usaha-usaha kaum berpunya untuk meningkatkan kemampuan ekonomis kaum dhu’afa (lemah secara ekonomis). Dan inilah memang salah satu tujuan Islam diturunkan.
Yaitu supaya orang kaya punya kepedulian yang real terhadap orang miskin.
Berikutnya tentu tidak cukup sampai di situ. Harus ada usaha-usaha kaum berpunya untuk meningkatkan kemampuan ekonomis kaum dhu’afa (lemah secara ekonomis). Dan inilah memang salah satu tujuan Islam diturunkan.
Yaitu supaya orang kaya punya kepedulian yang real terhadap orang miskin.
Jadi, jangan puas
hanya karena anda sudah potong kambing.
Ingat, itu mah baru
simulasi.
Baru pura-pura.
Mau dekat dengan Allah
kok pura-pura!
Lewati kepura-puraan
itu.
Lakukan PDKT yang hakiki.
Lakukan PDKT yang hakiki.
Tentu dimulai dengan
mempelajari wahyu Allah, memahaminya, mengamalkannya, menghayatinya
(mewujudkannya dalam hayat – hidup).
Kalau semua itu sudah
dilaksanakan, ya berarti kita usah berqurbãn dengan benar.
Lalu?
Fa-idza azamta, fa-tawakkal ‘alallah(i).
Bila sudah kuat tekad,
sudah koreksi niat, ya sudah. mudah-mudahan segala kekurangannya dimaafkan
Allah.
Makanya jika ingin mempelajari Islam secara kafah maka pelajari Iman yang sebenar-benarnya, Apa itu Iman yang sesuai maunya Allah menurut Sunah Rasul Muhammad yang obtyektif.
Bukan Iman semau gue yang subyekif sehingga yang ada jawabanya hanya ikut ikutan atau ikut yang paling banyak diikuti orang khususnya di zaman sekarang ini.
Harap direnungi perjalanan Nabi Muhammad Rasul Allah ini diremehkan oleh kebanyakan orang sehingga pengikut Rasulullah sedikit disaat kurun pertama itu.
Dan di kurun kedua lebih sedikit dari kurun pertama yang lalu.
Tapi didalam Al Quran dikurun kedua nanti, apakah kita, anak kita atau cucu kita dapat menikmati kurun kedua tersebut.Wallahu A'lam.
Yang pasti janji Allah itu jitu dan benar.
Bahwa Rasululluh mati matian memahami Al Quran dengan keringat dingin dan nyawa sebagai jaminan hingga harta benda Rasulullah dan sabahat habis habisan hanya untuk kepentingan dakwah atau bahasa sekarang disebut ceramah demi tegaknya Al Quran.
Bukan sebaliknya.........
Makanya jika ingin mempelajari Islam secara kafah maka pelajari Iman yang sebenar-benarnya, Apa itu Iman yang sesuai maunya Allah menurut Sunah Rasul Muhammad yang obtyektif.
Bukan Iman semau gue yang subyekif sehingga yang ada jawabanya hanya ikut ikutan atau ikut yang paling banyak diikuti orang khususnya di zaman sekarang ini.
Harap direnungi perjalanan Nabi Muhammad Rasul Allah ini diremehkan oleh kebanyakan orang sehingga pengikut Rasulullah sedikit disaat kurun pertama itu.
Dan di kurun kedua lebih sedikit dari kurun pertama yang lalu.
Tapi didalam Al Quran dikurun kedua nanti, apakah kita, anak kita atau cucu kita dapat menikmati kurun kedua tersebut.Wallahu A'lam.
Yang pasti janji Allah itu jitu dan benar.
Bahwa Rasululluh mati matian memahami Al Quran dengan keringat dingin dan nyawa sebagai jaminan hingga harta benda Rasulullah dan sabahat habis habisan hanya untuk kepentingan dakwah atau bahasa sekarang disebut ceramah demi tegaknya Al Quran.
Bukan sebaliknya.........
Ahmad Haes, Bekasi, 7 September 2016.