Apa Hubungan Haji Dengan Qurbãn?
THE JAMBI TIMES - Masih tersisa satu
pertanyaan: Apa hubungan haji dengan qurbãn?
Dalam bahasa
Indonesia, “haji” bisa mengacu pada dua hal. Yaitu “ibadah haji” dan “orang
bergelar haji”.
Jelas ibadah haji,
secara manasik, adalah rangkaian ritus (upacara) mulai dari penentuan miqat (tempat dan waktu) orang-orang yang akan melakukan manasik haji, sampai
upacara puncak di Arafah.
Selanjutnya adalah shalat ‘Idul-Adhã, hari raya
‘Idul-Adhã, yang kadang kita sebut lebaran Haji. Nah, dari sinilah pertanyaan
timbul.
Kalau namanya Lebaran Haji, kenapa kita semua harus ikutan?
Bahkan
sebelumnya kan ada ‘puasa Arafah’. Kenapa pula kita semua harus ikut puasa. Dan
kemudian kita juga harus ikutan menyembelih qurbãn bersama para haji. Apa
hubungan haji dengan qurbän?
Fungsi ibadah haji
Sebagaimana saya sebut
dalam tulisan terdahulu, ‘ibadah haji adalah semacam konferensi umat Islam
sedunia; yaitu merupakan sarana bagi umat Islam untuk saling bertemu, saling
kenal secara formal dan sungguhan, saling kenal dalam arti mengetahui segala hal
tentang satu dan lain pihak yang berkumpul di Arafah.
Untuk selanjutnya,
setelah saling kenal, diharapkan terjadi pertemanan, persahabatan, persaudaraan
bagi umat Islam sejagat. Jelasnya, lewat ibadah haji, umat Islam sedunia
diharapkan untuk bersatu-padu.
Selanjutnya, soal
kedua dalam ibadah haji adalah para pelakunya, yang sering kita sebut “jama’ah
haji”. Secara bahasa, jama’ah adalah kumpulan, dan haji adalah “orang yang
berhujjah”.
Apa pula itu “orang
yang berhujjah”?
Anda mungkin pernah
tahu tentang istilah “hujjatul-Islam” (pembela Islam), yang antara lain
ditujukan kepada Al-Ghazali yang menulis kitab Ihya ulumiddin yang terkenal itu. Selain itu, ada pula sebuah hadis yang menyebut Al-Qurãn
sebagai hujjatun laka aw ‘alaika (pembelamu atau
penuntutmu).
Dengan demikian, biasa
dipahami bahwa hajji (kata pelaku) adalah sebutan bagi para
pelaku ibadah haji, sesuai dengan tugas mereka dalam ‘konferensi’ tersebut,
yakni sebagai penyandang missi untuk ber-‘hujjah’ (berargumen – demi membela)
kepentingan wilayah yang diwakilinya; demi menempatkan
masalah-masalahnya, supaya berkepastian hukum, apakan untuk diberi status legal
atau ilegal, sesuai ‘hukum Islam’. Atau bila ada masalah yang terjadi di
wilayahnya, apakah layak diprioritaskan atau tidak?
Jadi sebutan hajji
atau al-hajju bagi orang-orang yang
‘berhaji’ adalah sebutan yang sifatnya pragmatis (sesuai kebutuhan situasi dan
kondisi), yaitu ketika mereka sedang melaksanakan tugas sebagai “duta wilayah”
(negara; kota; kampung; dsb.). Bila tugas sebagai duta sudah selesai, apakah
mereka masih layak disebut haji? Harap dicatat baik-baik bahwa pelaku haji,
misalnya Nabi Muhammad, tidak pernah menyebut diri dan disebut “Haji Muhammad”.
Lalu mengapa sekarang istilah haji dijadikan gelar?
Kembali ke pertanyaan
di atas: apa hubungan haji dengan qurbãn?
Kita tegaskan, haji
yang dimaksud di sini tentu ‘ibadah haji. Apa hubungan ibadah haji dengan
qurbãn?
Di atas sudah
dijelaskan bahwa ibadah haji adalah semacam konferensi, dan qurbãn dijelaskan
dalam tulisan terdahulu, adalah semacam simulasi kepedulian pihak
berpunya terhadap kaum dhu’afa (lemah secara sosial-ekonomis).
Harap diingat pula
bahwa ibadah haji dan upacara qurbãn bukanlah kegiatan-kegiatan yang hanya
dilakukan jama’ah haji, tapi oleh umat Islam secara keseluruhan? Mengapa?
Karena para haji yang pergi ke Makkah (untuk berkonferensi) adalah para duta
(refresentatif; utusan; pengemban amanat) dari wilayah-wilayah yang mereka
wakili. Dengan demikian, puasa Arafah juga tidak hanya dilakukan mereka yang berwukuf
di Arafah, tapi oleh semua umat Islam; karena yang sebenarnya yang
‘bartanggung-jawab atas terselenggaranya ibadah haji (konferensi umat) itu
adalah kita semua (umat Islam).
Saya kira sekarang
sudah terjawab tentang apa hubungan haji dengan qurbãn.
Selanjutnya tinggal
masalah setuju atau tidak dengan tulisan-tulisan saya.
Bagi saya, setuju
syukur; dan bila tak setuju, silakan paparkan pengetahuan anda sendiri.
Ajukan pemikiran
ilmiah. Jangan kemukakan emosi.
Ahmad Haes, Bekasi, Selasa 13 September 2016.